Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Saatnya Warga (Tak Sekadar) Menulis

18 November 2016   15:55 Diperbarui: 18 November 2016   16:11 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(foto dokumen pribadi)

Budaya kelisanan masih mendominasi kehidupan sehari-hari di Indonesia. Menjamurnya warung kopi hingga kedai kopi mewah menandakan bahwa orang Indonesia kuat dalam budaya lisan. Di warung kopi hingga kedai kopi tersebut mereka bertatap muka dan mengobrol ngalor-ngidul. Tidak ada yang masalah dengan budaya kelisanan tersebut, namun sebuah bangsa yang dianggap maju justru dinilai dari kuatnya tradisi menulis. Budaya lisan menekankan pada spontanitas, cepat menguap, dan kurang mendalam. Sebaliknya, tradisi menulis menekankan pada kuatnya tradisi membaca, perenungan, pengendapan, kedalaman pembahasan, dan berbasis data/ riset.

Kompasiana: Wadah Menulis Warga

Membuat wadah untuk menulis, selain di media arus utama adalah salah satu alasan Kang Pepih Nugraha mendirikan Kompasiana. Ia memulai Kompasiana 1 September 2008. Kompasiana mula-mula didirikan hanya untuk blog jurnalis harian Kompas saja. Kang Pepih merasakan kadang hasil liputan jurnalis Kompas yang panjang, dimuat hanya dalam halaman terbatas. Kompasiana dimaksudkan untuk menampung hasil liputan/ tulisan dari jurnalis Kompas yang terbatas pemuatannya dalam harian Kompas.

Entah karena kesibukan/ sulit mengatur waktu para jurnalis Kompas mulai jarang mengunggah tulisan di Kompasiana. Permasalahan tersebut mengubah arah Kompasiana. 22 Oktober 2008, Kompasiana diubah menjadi blog warga. Wadah yang dapat menampung tulisan dari beragam warga (ragam latar belakang, jenis kelamin, etnis, agama).

Dampak Kompasiana

Kehadiran Kompasiana sebagai bagian dari Kompas.com adalah salah satu mengantisipasi abad digital. Kompasiana menunjukkan keberpihakan pada dinamika kehidupan warga. Warga di mana pun, jika sudah menjadi anggota Kompasiana dapat mengabarkan suatu kejadian, menyuarakan opini, dan berkreasi dalam kanal fiksi. Kompasiana semakin menegaskan sebagai penyambung lidah warga. Slogan sharing and connecting merangkum jelas tujuan Kompasiana.

  • Bagi Kompasianer

Kehadiran Kompasiana menjadi wadah aktualisasi warga. Berkat ketekunan dalam mengolah satu tema spesifik, sudah ada beberapa Kompasianer yang menerbitkan buku. Gustaaf Kusno rutin mengunggah tulisan bertema bahasa. Kumpulan tulisan kebahasaannya di Kompasiana sudah terbit melalui Gramedia Pustaka Utama, berjudul Gara-gara Alat Vital dan Kancing Gigi. M Syukri, Kompasianer dari Aceh memiliki spesialisasi mengunggah tulisan tentang kopi. Kumpulan tulisannya di Kompasiana baru saja diterbitkan oleh Grasindo, berjudul Hikayat Negeri Kopi. Selain 2 contoh tersebut, masih banyak contoh Kompasianer yang sudah, sedang, dan akan menerbitkan buku.

  • Perusahaan Pengiklan

Kehadiran Kompasiana pun memikat ragam perusahaan. Mereka bekerjasama dengan Kompasiana dalam melakukan kegiatan Nangkring dan lomba menulis. Kegiatan Kompasiana Nangkring dan lomba menulis disesuaikan temanya dengan perusahaan yang menjalin kerjasama. Berdasarkan informasi dari acara Kompasiana Nangkring dan KG Fest di Pekan Raya Indonesia, 6 November 2016, para pembicara (Maman Suherman a.k.a Kang Maman, Bang Iskandar Zulkarnaen a.k.a Bang Isjet, dan Mbak Yayat) mengungkapkan tentang asyiknya menjadi blogger.

Kang Maman mengungkapkan bahwa berbagai perusahaan kini sudah menjadikan blogger sebagai bagian dari mitra kerja humas mereka. 1 blogger bisa mengunggah 2-5 per tema seusai kegiatan nangkring. Sedangkan, jika perusahaan mengundang jurnalis dalam konferensi pers, tidak bisa mengharapkan mereka menuangkan tulisan berlembar-lembar dalam media mereka. Tulisan Blogger, khususnya di Kompasiana tidak dibatasi jumlah halaman. Hanya para Kompasianer perlu menaati jeda tiap 1 jam untuk mengunggah tulisan selanjutnya.

Sedangkan, Mbak Yayat (Kompasianer of TheYear 2016) menyatakan bahwa berkat ketekunannya nge-blog di Kompasiana mendapat undangan meliput Malaysia Fashion Week 2016 di Kuala Lumpur. Mbak Yayat menuangkan kecintaan yang besar terhadap MotoGP dalam tiap tulisannya di Kompasiana. Bicara MotoGP di Kompasiana, wajib dan perlu membaca akun Kompasiana Mbak Yayat.

Selain itu, dalam acara nangkring tersebut Bang Isjet selaku asisten manajer Kompasiana mengupas sisi menarik dari Kompasiana dan power of socmed. Di era digital saat ini, semakin banyak pilihan untuk menulis. Sisi menarik Kompasiana yang dikupas Bang Isjet berkisar jumlah artikel, editorial, dan tajuk utama. Fakta menarik diungkapkannya bahwa dalam sebulan pembaca di Kompasiana mencapai 30 juta orang serta 800 jumlah artikel diunggah per hari. Berdasarkan data alexa.com, per November 2016 Kompasiana berada di posisi 36 dari ribuan situs yang eksis di Indonesia dan berada di peringkat 1.508 dari ratusan ribu situs di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun