Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menjaga Api Semangat

24 Desember 2014   02:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:36 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang berbeda terhadap sosok bintang tamu acara Radio Show (kini sudah tiada) di layar kaca TV One yang terdiri dari sajian musik dan perbincangan dengan narasumber. Malam itu narasumber yang diundang seorang perempuan yang tampak luar tidak memiliki kekurangan sama sekali. Narasumber kala itu seorang perempuan, menyandang gelar pascasarjana, finalis Abang None perwakilan Jakarta Barat, duta Indonesia untuk perhelatan Asia-Pacific Development Center of Disability di Bangkok, Thailand dan seorang pemilik kewirausahaan sosial “Thisable Enterprise.” Melalui Thisable Enterprise ia menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial yang meliputi pemberdayaan kaum penyandang disabilitas di Indonesia. Ia juga aktif membantu Yayasan Tuna Rungu Sehjira bersama para perempuan penyandang disabilitas lain untuk berbagi pengalaman agar dapat menerima keterbatasan dan memaksimalkan segala potensi yang dimiliki.

Sosok perempuan inspiratif tersebut adalah Angkie Yudistia. Seiring berjalannya perbincangan malam itu lambat laun terkuak, ia adalah penyandang tuna rungu. Ia menceritakan perjuangan beberapa bagian dari kisah hidupnya. Angkie mengungkapkan bahwa mengalami diskriminasi merupakan hal lazim yang dialami, karena ia menjalani pendidikan di sekolah umum. Sebagai penyandang tuna rungu ia selalu dikucilkan oleh kawan-kawan sebayanya. “Ketika di jenjang SD, SMP dan SMA, saya selalu jadi pusat perhatian, namun kala itu saya tidak mendapat perhatian karena berhasil jadi artis remaja atau bintang iklan. Mereka memperhatikan, karena saya adalah seorang tuna rungu, yang acapkali bicara terbata-bata dan amat jarang merespon teguran atau bahkan sapaan orang-orang sekitar…” ujarnya dalam acara tersebut.

Kisah hidup Angkie dalam buku, Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas mampu memotivasi individu-individu yang memiliki kekurangan untuk mampu bangkit dan menjadikan kekurangan yang dimiliki ditransformasikan sebagai kelebihan. Malam itu kekaguman saya terhadap sosok dan kiprahnya semakin membuncah. Semenjak itu saya selalu berani bersyukur dan tegar menghadapi naik turunnya kehidupan. Tuhan jadikan saya untuk selalu mengucap syukur untuk semua berkat-Mu dan jadikan saya memahami apa yang tak dapat diubah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun