Belakangan ini keindonesiaan mulai kembali dipertanyakan. Isu SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan) mudah memecah belah warga. Isu SARA kembali marak seiring banyaknya gelaran pilkada dan menuju pemilu 2024 (pileg dan pilpres). Isu SARA mudah diembuskan, karena isu yang mudah menimbulkan sentimen dan kecurigaan satu sama lain.
Hembusan isu SARA mudah dan cepat menuai hasil. Hasil yang sudah diprediksi oleh para kontestan pemilu. Isu SARA kerap digunakan oleh para kontestan pemilu yang cenderung lemah dari sisi program.
Isu SARA dalam gelaran pilkada semakin menegaskan politik identitas di Indonesia. Jika pola ini terus digunakan dalam politik, rakyat mudah menggunakan isu SARA untuk mencapai tujuan jangka pendek. Mereka menafikan persatuan dan kesatuan Indonesia demi pemuasan hasrat politik.
Politik identitas dalam konteks pemilu cukup mengkhawatirkan. Rakyat mudah terbelah, bahkan dalam keluarga pun dapat saling kontra satu sama lain akibat berbeda pilihan. Keterbelahan dalam masyarakat dapat menciptakan kerawanan sosial.
Politisi yang menggunakan isu SARA dalam kontestasi pemilu bagai mengkhianati tetesan darah dan korban nyawa para pejuang. Pejuang-pejuang rela mempersembahkan nyawa demi kemerdekaan ibu pertiwi, tetapi kini para politisi mengobral janji-janji yang sesungguhnya lebih mementingkan pencapaian target pribadi, partai atau golongannya. Mereka mengesampingkan etika dalam bernegara dan berbangsa.
Perilaku politisi tersebut tidak mencerminkan nasionalisme. Menurut mendiang Indonesianis, Ben Anderson, menjadi satu bangsa itu memerlukan pengorbanan, namun bukan dengan mengorbankan orang lain. Apalagi dengan mengorbankan sesama saudara sebangsa untuk pemuasan tujuan pribadi, partai atau golongan.
Para politisi tersebut mempertontonkan dengan nyata, power tend to corrupt. Kekuasaan itu cenderung korup. Pernyataan legendaris dari Lord Acton menegaskan bahwa korupsi dan kekuasaan, berjalan beriringan. Korupsi yang berkelindan dengan kekuasaan mencederai kemanusian yang adil beradab dan persatuan Indonesia.
Keindonesiaan yang Diperjuangkan
Nations, however, have no clearly identifiable births,Â
and their deaths, if they ever happen,Â