Berlanjut kemudian dengan kritikan betapa simpang-siurnya informasi kala pandemi. Dalam kisah, Segenggam Garam Pengusir Kematian mendeskripsikan kebingungan apa penyebab dari wabah. Bermunculan desas-desus yang menguatirkan. "Apalagi, ketika informasi-informasi pemerintah pun semangkin daripada membingungkeun. Segala macam informasi itu menjadi sama tidak bisa dipegang kebenarannya dengan bermacam desas-desus yang berembus. Sampai-sampai banyak yang bilang; omongan pemerintah dan omongan dukun sama-sama membingungkan," (hlm. 50).
Nyaris sudah setua peradaban manusia kisah prostitusi hadir mewarnai kehidupan. Dalam kisah, Tuhan dalam Kampung Pelacuran mengugah kesadaran pembaca betapa jangan mudah menjustifikasi. Tuhan tak hanya milik orang suci, tapi juga pelacur dan bromocorah. Kalimat dalam novel, "Mereka pikir Tuhan hanya ada di tempat yang mereka anggap suci. Kalau mereka percaya Tuhan ada di mana-mana, pastilah Tuhan juga ada di tempat-tempat paling kotor (hlm.236).
Hingga kini fenomena pendengung (buzzer) tetap menghiasi pemberitaan. Tak ketinggalan dalam novel juga menyentil fenomena ini. Â "Yang dapat bayaran itu buzzer (pendengung). Bukan cendekiawan. Meski sekarang sulit membedakan antara buzzer dan cendekiawan," (hlm.147).
Keterbelahan masyarakat dalam dua kali pilpres, 2014 dan 2019 masih nyata residunya. Sentilan khas Agus Noor juga mengeritik fenomenanya, "Kalau dalam politik ada cebong, kodok, kampret, unta, kadal gurun, kenapa tak boleh ada keledai?!" (hlm. 184).
Penutup
Membaca novel yang lahir akibat pandemi akan membuat pembaca merasa ada kawan bersama dalam mengarungi "derita". Kesedihan, kemiskinan, kebingungan, dan kekelaman hidup tokoh-tokoh dalam novel juga kurang lebih dialami oleh sebagian pembaca.Â
Akibat pandemi banyak yang diberhentikan dari pekerjaan, tak mendapat gaji secara penuh, bahkan sudah banyak korban meninggal dari situasi pandemi.
Semoga di akhir dari membaca novel ini pembaca mendapat sedikit penguat dalam menghadapi pandemi sebab cerita mampu mengubah keyakinan. Membaca karya sastra adalah salah satu merawat kesadaran manusia sebab derita menjadi tertanggungkan ketika ia menjelma cerita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H