Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kedai PKI (Penikmat Kopi Indonesia)

17 Agustus 2016   12:59 Diperbarui: 17 Agustus 2016   13:05 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kopi Sumatera mengenalkanku

pada cita rasa kopi sesungguhnya.

Minumlah kopi terbaik dan

kalian tidak akan berpaling.

(Erna Knutsen, Pencetus terminologi Kopi

Special)

                                                                             

Massa bergerak merangsek masuk. Dari berbagai sisi mereka satu tujuan. Menghancurkan yang selama ini sudah mengurangi pendapatan. Kobaran api mulai menjilat ke berbagai sisi. Merekalah barisan sakit hati. Tengkulak penghisap darah. Berhasilnya dihasut para penggarap kopi untuk menjadi demonstran hari ini. Amukan mereka hampir memusnahkan gudang kopi koperasi Gayo Kopi Bermartabat (GKB), Aceh Tengah. Keputusan tepat. Bertindak cepat. Muzzakir hanya punya 2 pilihan.

Berusaha mencegah massa dengan kemampuan sendiri yang berujung hancurnya gudang kopi atau merelakan sedikit gudang tersebut terbakar untuk mencari bantuan sesegera mungkin. Ia melesat. Mencari pertolongan terdekat. 10 menit berlari. Tibalah ia di muka rumah Kyai Manaf. Tanpa basa-basi, Muzzakir langsung menumpahkan apa yang sedang terjadi. Mereka segera berlari menuju gudang kopi GKB.

Pertolongan tiba. Sebelum gudang kopi GKB musnah menjadi abu, Kyai Manaf mampu meredam gejolak amarah massa. Pendekatan secara kekeluargaan mampu melunakkan bara amarah dalam diri para demonstran. Dengan kharisma Kyai Manaf, massa sedikit mampu diajak berdialog. Mereka sebetulnya hanya petani penggarap. Mereka berhasil dihasut oleh para para tengkulak.

Kehadiran koperasi GKB mampu memberikan opsi kepada para petani pemilik lahan untuk menjual hasil kopi. Tengkulak mati kutu. Gudang mereka kosong. Para petani kini tak lagi menjual hasil panen kopi ke mereka. Selama ini, para petani seolah tak punya kendali. Harga kopi bisa ditekan semena-mena oleh tengkulak. Para tengkulak betul-betul membeli hasil panen kopi dengan harga yang tak manusiawi.

***

Pertemuan Kedai PKI (Penikmat Kopi Indonesia) dengan kopi lokal mengubah kepercayaan kami terhadap pentingnya kolaborasi. Ini yang sekarang kami lakukan. Kesuksesan Kedai PKI menghadirkan kearifan lokal dan kopi lokal semakin melambungkan nama sebagai kedai kopi yang dirindukan dan dicintai dengan segala racikan kopi dibarengi dengan tiap kisahnya. Keputusan kami tepat untuk merangkul semakin banyak kekayaan kopi lokal. Tiap keputusan punya konsekuensi. Niat baik tak selalu bersambut di hati.

Tersisa separuh gudang kopi GKB. Telpon segera terputus. Koordinator penyuplai Kedai PKI dari Gayo, Aceh, Muzzakir tak sanggup lagi berlama-lama mengabarkan hura-hara di sana. Kami tak menyangka akan terjadi hal ini. Kehendak baik tak selalu dimengerti ternyata.

Kini Kedai PKI sedang dihempas badai. Sebelum mampu meluaskan kerjasama dengan petani kopi lokal di Toraja, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Bali, kami kembali diuji. Musibah terbakarnya gudang kopi GKB, Aceh Tengah membenamkan impian tersebut. Impian kami dipaksa berhenti sejenak. Tarikan nafas untuk kembali mampu berlari gapai impian memakmurkan petani-petani kopi lokal.

Dua hari setelah kejadian pembakaran gudang kopi GKB, Roni dan Boni memutuskan mengunjungi Gayo. Hamparan hijau kebun kopi dari petani mitra Kedai PKI di sana sungguh menyejukkan mata. Keindahan panorama pepohonan kopi dengan bebuahan kopi yang berselang-seling. Ada buah kopi yang sudah memerah, setengah memerah, dan masih hijau.  Pilihan kami bermitra dengan petani Kopi Arabika Gayo tak salah. Kini kami menjejakkan kaki kali pertama di lokasi yang sungguh memanjakan mata. Di mana produk kopi ditanam, dipetik, dan diolah di ketinggian 1.200 meter. Kopi Gayo hidup di alam sejuk dataran tinggi. Kesuburan tanahnya memanjakan tanaman-tanaman kopi.

Sejauh mata memandang Roni dan Boni dibuat takjub. Perkebunan kopi Gayo berada di tanah dan kontur yang tepat. Kerja keras dan proses panjang yang dilakukan petani kopi mensyaratkan ketelitian, dan cinta yang besar kepada kopi. Tak berlebihan jika kini kopi Gayo jadi salah satu favorit di Kedai PKI.

Kerja keras penuh cinta dari petani, buruh pemetik, penggiling, eksportir, pemanggang hingga barista mampu menghidangkan kopi Gayo jadi primadona. Kopi Gayo: Kopi Terbaik Diproduksi dari Tetesan Keringat Petani. Filosopi Kopi Gayo yang kami rancang pun benar-benar nyata kala kami mendatangi mitra petani yang menjadi mitra penyuplai di Kedai PKI. Petani dan kopi sudah menjadi satu-kesatuan tak terpisahkan. Dari kepenuhan cinta dan ketulusan para petani tumbuhlah biji-biji kopi Gayo terbaik.

“Ron. Gila ya. Mereka total banget dari menanam, memetik hingga mengolah biji kopinya,” seru Boni penuh semangat.

“Setuju bro. Lo liat dari tadi kan. Hampir tak ada celah sedikit pun mereka perlakukan kopi semena-mena. Metiknya aja gak sembarangan. Harus biji kopi yang sudah merah baru bisa dipetik. Gue speechless,” ujar Roni lirih.

Sudah puas berkeliling ke perkebunan kopi Gayo. Muzzakir menemani mereka menemui sesepuh petani kopi Gayo. Pak Teuku Fasya nama lengkapnya. Namun ia meminta kami cukup memanggilnya Pak Teuku.

“Terima kasih Pak sudah berkenan menerima kami berkunjung. Kami dari Jakarta. Kebetulan kami memiliki kedai kopi. Salah satu produk terbaru di kedai kopi kami adalah kopi Gayo. Sebagai salah satu sesepuh petani kopi di sini, kami mau bertanya sedikit tentang kopi Gayo,” bicara Roni penuh hormat.

“Kopi Gayo ini memiliki beberapa ciri khas tersendiri, di antaranya adalah ia memiliki tingkat kekentalan yang lebih ringan, dan juga memiliki tingkat keasaman yang seimbang. Karena keunggulan yang dimiliki, maka tidaklah mengherankan kopi yang ditanam di Pegunungan Gayo, Aceh Tengah, Nanggroe Aceh Darussalam
ini mendapat Fair Trade Certified™ dari Organisasi Internasional Fair Trade pada tanggal 27 Mei 2010, Pak Teuku menerangkan.

“Selain itu, kopi Gayo juga masuk sebagai nominasi kopi terbaik dunia pada International Conference on Coffee Science, Bali, Oktober 2010. Saat ini, Eropa dan Amerika Serikat merupakan dua wilayah ekspor terbesar kopi Gayo yang memiliki harga jual termahal pada saat pameran kopi dunia yang diselenggarakan oleh organisasi Specialty Coffee Association of America(SCAA) di Portland, Oregon Convention Center, Amerika Serikat,” pungkas Pak Teuku menjelaskan.

“Waw. Luar biasa penjelasan bapak. Keputusan kami memasukkan kopi Gayo ke kedai kopi kami sungguh tepat, karena kopi Gayo justru sudah jadi primadona di luar negeri. Kini tugas kami jadikan kopi Gayo sebagai kopi istimewa di Indonesia. Sudah sewajarnya kopi terbaik Indonesia jadi tuan rumah,” teriak Roni penuh semangat.

Seusai berpamitan dengan Pak Teuku, kami kembali ke rumah Muzzakir untuk menyiapkan langkah-langkah pemulihan dari peristiwa tak mengenakkan di gudang GKB. Peristiwa yang menyadarkan kami bahwa potensi luar biasa dari kopi Gayo belum menjadi pilihan pencinta kopi di Indonesia. Selain itu, kami perlu semakin sering menyosialisasikan keuntungan para petani masuk menjadi anggota koperasi GKB. Memberdayakan petani melalui koperasi agar bersama-sama menuju sejahtera.

***

Dalam pesawat kembali dari Jakarta. Roni terus diam. Ia tak mengeluarkan sepatah kata pun. Wajahnya menekuk. Sedikit mengerut bagai sedang memikirkan sesuatu yang berat. Sepertinya peristiwa pembakaran gudang GKB cukup menyakitkan. Usul memasukkan kopi Gayo dalam menu Kedai PKI adalah kejelian Roni mengangkat potensi kopi lokal. Kala mengambil sekolah barista, ia pernah studi banding ke Aceh. Menyaksikan masyarakat Aceh begitu cinta terhadap kopi. Kedai-kedai kopi di Aceh selalu ramai. Di kedai-kedai kopi tersebut segala lapisan masyarakat berbaur. Tak jarang ia menyaksikan kala itu, pejabat-pejabat pemerintahan berdiskusi dengan masyarakat di kedai kopi untuk menyerap aspirasi dan bertanya sejauh apa pembangunan dilaksanakan.

Ketakjuban Roni semakin membuncah kala menyaksikan langsung bagaimana kopi Aceh disajikan dengan cara yang cukup unik, berdasarkan kebiasaan masyarakat Aceh, kopi ini disajikan dengan cara diseduh terlebih dahulu di dalam panci hingga mendidih. Kemudian, kopi ini baru disajikan dalam gelas.

“Ron, lo masih sedih tentang kejadian dibakarnya GKB?”

“Bukan Bon. Kalo itu gue udah ikhlas. Sukses kan berliku jalannya. Justru dari peristiwa itu gue dapat ide tuk menambah varian kopi lokal di Kedai PKI. Masa kopi-kopi terbaik Indonesia malah orang-orang kita gak tau sih.”

“Rencana lo apa bro?” tak sabar Boni bertanya lebih jauh.

“Kedai PKI bakal tambah menu baru: kopi Toraja, kopi Flores, kopi Bali, dan 17 jenis kopi Indonesia yang dapat nilai terbaik di specialty coffee association of America (SCAA) Expo: Gunung Puntang, Mekar Wangi, Manggarai, Malabar Honey, Atu Lintang, Toraja Sapan, Bluemoon Organic, Gayo Organic, Java Cibeber, Kopi Catur Washed, West Java Pasundan Honey, Arabic Toraja, Flores Golewa, Redelong, Preanger Weninggalih, Flores Ended dan Java Temanggung.”

“Lo yakin bro?” tanya Boni penuh ragu.

“Absolutely. Karena kopi Indonesia memiliki cita rasa rempah dan beraroma lebih kuat karena tumbuh di tanah vulkanik yang memiliki konsentrasi zat hara tinggi,” ujar Roni bersemangat.

***

Di hamparan awan yang laksana berkejaran dengan pesawat yang kami tumpangi untuk menghantarkan kembali ke Jakarta. Membuncah kembali impian besar kami untuk Kedai PKI. Kopi-kopi lokal terbaik dari Indonesia sudah semestinya menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Kedai PKI akan menyediakan kopi terbaik dari mitra penyuplai yang diproduksi dari tetesan keringat petani. Menyajikan kopi dengan keunikan tiap kisahnya dan mengangkat keragaman kopi lokal terbaik itu misi Kedai PKI.

Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen #MyCupOfStory Diselenggarakan oleh GIORDANO dan Nulisbuku.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun