Mohon tunggu...
bona boaz
bona boaz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UNSIA

Saya adalah seorang penulis yang tidak pernah bosan untuk belajar dan mengejar cita-cita. Selain itu, saya juga seorang mahasiswa yang selalu ingin menambah pengetahuan dan ilmu baru. Saya juga merupakan seorang content creator yang senang membuat konten yang menarik dan berguna bagi orang lain. Sebagai penulis, saya selalu bersemangat untuk menulis dan mengejar karya yang lebih baik lagi. Saya selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas tulisan saya dan menjadi lebih baik dari yang terdahulu. Saya juga selalu memiliki harapan yang besar untuk menjadi penulis yang sukses dan dikenal oleh banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Hanya Suka Kabar Baik di Lingkungan Kerja

13 November 2024   11:09 Diperbarui: 13 November 2024   11:14 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di banyak organisasi di Indonesia, kita sering melihat fenomena ini: antusiasme tinggi terhadap berita positif, namun kebingungan atau bahkan rasa enggan saat berhadapan dengan berita negatif. Bukan hanya karena preferensi pribadi, tapi ada nilai-nilai budaya yang berperan di sini.

  • Rasa Harmoni dan Kebersamaan Budaya kita sangat menjunjung tinggi harmoni. Berita positif dianggap menjaga suasana kerja tetap kondusif dan menumbuhkan semangat tim. Namun, saat berita negatif muncul, banyak pekerja merasa tertekan atau lebih memilih menghindar, karena membahas masalah bisa terasa tidak nyaman dan kadang dianggap bisa menimbulkan konflik.
  • Kurangnya Dukungan untuk Hadapi Masalah Selain aspek budaya, banyak juga organisasi yang belum mendorong pendekatan terbuka dan suportif terhadap tantangan atau kegagalan. Karyawan sering kali bingung atau merasa kurang percaya diri menghadapi situasi sulit, dan hal ini membuat banyak masalah terpendam.

Kabar baik membangkitkan SEMANGAT, tapi kabar buruklah yang menguji KEBERANIAN

Bagaimana mengatasi fenomena ini? Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan organisasi untuk membangun mentalitas yang lebih tangguh dan solutif di lingkungan kerja:

  1. Bangun Budaya Keterbukaan Dorong karyawan untuk merasa nyaman membicarakan masalah tanpa takut dihakimi. Dengan budaya keterbukaan, tim akan lebih siap menghadapi tantangan dan belajar dari kegagalan.
  2. Latih Kemampuan Pemecahan Masalah Keterampilan problem-solving perlu dibiasakan sejak dini. Dengan latihan ini, karyawan akan lebih percaya diri dalam mencari solusi dan lebih siap menghadapi tantangan yang datang.
  3. Hargai Kegagalan sebagai Pembelajaran Jika kegagalan dilihat sebagai bagian dari proses belajar, karyawan akan merasa didukung dan tidak takut menghadapi masalah. Di sini, peran pemimpin sangat penting untuk menunjukkan bahwa berita negatif bukanlah akhir dari segalanya, tetapi kesempatan untuk tumbuh.

Dengan pendekatan ini, diharapkan semakin banyak pekerja di Indonesia yang bisa melihat berita negatif bukan sebagai ancaman, tapi sebagai peluang untuk belajar dan berkembang. Sehingga kita tidak hanya siap menyambut kabar baik, tapi juga kuat menghadapi tantangan.

#BudayaKerja #MentalitasTangguh #KomunikasiPositif #SiapMenghadapiTantangan #BelajarDariGagal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun