Mohon tunggu...
Maksimus Adil
Maksimus Adil Mohon Tunggu... profesional -

Pencinta dunia, pendamba perdamaian dan perindu kesejahteraan bagi semua...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Memperjuangkan (Mimpi) Persaudaraan Sejati

20 April 2011   05:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:36 3369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Seorang remaja berumur 15 tahun, Steve Hammod, memulai tulisannya tentang True Brotherhood demikian: True brotherhood is one of the most powerful forces in the world. And it’s something the world greatly needs. Jesus showed us what brotherhood really is by doing three different things:


1.Loving his “brothers;”
2.Respecting everyone;
3.Bringing out the best in everyone.


Dengan pembukaan yang singkat, jelas, dan padat ini Steve memaparkan seluruh sifat dari persaudaraan sejati. Persaudaraan sejati adalah kebutuhan utama umat manusia dalam relasinya satu sama lain. Persaudaraan sejati itu akan menjadi kekuatan yang luar biasa dahsyatnya dan akan mengubah wajah dunia manakala manusia hidup di dalamnya.


Upaya untuk mewujudkan persaudaraan sejati telah berlangsung sekian lama. Tetapi hingga kini kebencian, keserakahan, keputus-asaan, dendam, peperangan dan lain-lain masih meraja lela di muka bumi ini. Persaudaraan sejati ternyata masih jauh dari jangkauan, meski riak-riak kehadirannya terus kita rasakan.


Arti Persaudaraan Sejati.


Akar dari konsep persaudaraan sejati adalah konsep saudara. Kita semua sangat familiar dengan kata ini. Saudara sangat berkaitan dengan pertalian darah antar individu dalam suatu masyarakat. Namun, itu hanya satu aspeknya atau arti sempit dari kata itu. Saudara juga kita pahami secara lebih luas, sebagai sesama manusia, siapa saja yang ada di sekitar kita yang karena satu dan lain hal terjalin erat dengan kita.


Santo Fransiskus Assisi memahami kata saudara secara jauh lebih luas daripada siapa pun. Ia melihat seluruh ciptaan sebagai saudara dan saudarinya (lihat Kidung pujian Saudara Matahari atau Gita Sang Surya). Bersama Bapak Fransiskus Assisi kita patut melihat bahwa segala sesuatu yang ada di dalam alam raya yang maha besar ini, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan saling berhubungan (interrelated) karena semuanya mempunyai akar dan sumber yang satu dan sama yakni yang ilahi sang pencipta sendiri. Karena itu sepatutnya semua unsur ciptaan hidup dalam keharmonisan dan keseimbangan, keharmonisan dalam hubungan antar manusia dan antar manusia dengan alam dan seluruh isinya.


Dari sudut biblis kata saudara ini mempunyai makna yang sangat dalam. Kata “saudara” dalam bahasa Ibrani (Blog Hery Setyo Adi, 2009) adalah ‘akh’ (alef-qames-khet). Dalam tulisan Ibrani kuno setiap piktograf melambangkan suatu ide. Orang Ibrani biasa berpikir konkret, sehingga ide abstrak pun digambarkan dengan sesuatu yang konkret. Huruf ‘alef’ adalah sebuah gambar kepala sapi jantan yang bertanduk (konkret). Orang Ibrani menggunakannya sebagai symbol ‘kekuatan’ (abstrak). Sedangkan huruf ‘khet’ adalah sebuah gambar dinding tenda (konkret) yang melambangkan ‘pemisah; dan ‘pelindung’ (abstrak). Dengan demikian kata ‘saudara’ atau ‘akh’ dalam bahasa Ibrani berarti ‘dinding yang kuat’ atau ‘pelindung yang kuat’.

Orang Ibrani di masa lalu hidup sebagai suku bangsa nomaden. Kondisi ini tidak memungkinkan mereka untuk membangun rumah permanen. Tenda adalah rumahnya. Bagian-bagian tenda meliputi atap, dinding, dan pintu. Dinding adalah bagian samping tenda. Fungsinya untuk memisahkan antara bagian dalam dan bagian luar tenda, di samping sebagai pelindung bagi orang yang tinggal di dalamnya dari serangan binatang buas. Dinding tenda itu terbuat dari “tenunan” bulu domba yang dirajut dengan kuat.


“Saudara” yang dianalogikan dengan dinding tenda, memiliki peran dan fungsi “melindungi”. Ia harus melindungi segenap anggota keluarga dari pihak lain yang mengancam jiwa mereka. Jika ada musuh yang menyerang, maka ia akan berdiri di posisi antara musuh dan keluarganya. Ia tidak akan membiarkan musuh tersebut berhadapan langsung dengan keluarganya. Ia rela menjadi “tameng” bagi keluarganya, asal nyawa keluarganya selamat. Dengan demikian kata “saudara” mengandung makna bersedia berkorban, bahkan rela mati bagi saudara yang lain.


Pemahaman kata saudara dalam perspektif Ibrani ini sangat sejalan dengan apa yang dikatakan Steve pada bagian awal tulisan ini. Saudara mengandaikan cinta, hormat, dan melakukan yang terbaik bagi orang-orang lain di sekitar kita.


Sementara orang mengatakan bahwa kata “saudara” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sanskrit (saya belum menemukan referensi tertulis tentang ini), yakni SA (ESA) dan UDARA (Saya belum berhasil menemukan sumber yang dapat dipertanggung jawabkan tentang ini). SA artinya satu dan UDARA artinya ibu, rahim, perut. Karena itu ‘saudara’ artinya mereka yang menyusui pada ibu yang satu dan sama, berbagi rahim, hidup dalam satu rumah, menanggung penderitaan dan membagi kegembiraan bersama. Kalau pandangan ini ditarik lebih jauh, dengan menempatkan ibu bumi sebagai rahim dan penyalur kehidupan (susu) maka semua penghuni alam semesta adalah sesama saudara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun