Manusia senang melakukan segala sesuatunya secara tersembunyi. Apalagi bila hal itu berpotensi mempermalukan dirinya, bertentangan dengan norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku umum di masyarakat.
Kita tentu sering mendengar macam-macam pembicaraan atau komentar berkaitan dengan tindak pidana korupsi. Disinyalir, tindakan korupsi banyak dilakukan lewat pembicaraan yang dilakukan secara diam-diam di balik panggung.
Selain tindak pidana korupsi, perselingkuhan atau perzinahan sering dilakukan secra sembunyi-sembunyi. Hanya segelntir orang yang berselingkuh secara terang-terangan.
Dalam teks Kitab Suci untuk hari ini (14/10/2011), Yesus berbicara dengan sangat tegas ketika mengatakan bahwa
“Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu apa yng kamu kataan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah” (Luk 12:2-3).
Sabda Yesus di atas seperti terpenuhi pada era digitalini. Ketika teknologi berkembang pesat, apa pun yang dilakukan orang secara diam-diam bisa terungkap secara persis ke public, atau apa pun yang dibicarakan atau dibisikan akan dinyatakan secara gamblang terutama lewat perangkat-perangkat teknologi modern.
Kasus Ariel dan Luna serta Cut Tari (bila benar) dan pembicaraan antara Anggodo Wijoyo dengan para anggota penegak hukum atau Ayin dengan partnernya di kejaksaan membenarknan sabda Yesus di atas. Meskipun kata-kata Yesus yang ditulis Lukas di atas mempunyai makna yang lebih dalam dari sekedar pengungkapan secara fisik seperti yang saya gambarkan ini namun kebenarannya tidak dapat dibantah.
Yesus memang bermaksud menyampaikan bahwa apa pun yang kita lakukan, tidak secuil pun yang luput dari pengawasan Allah. Namun manusia biasanya tidak malu melakukan kejahatan di hadapan Allah. Manusia lebih malu bila kejahatan-kejahatan yang dia lakukan diketahui manusia. Itulah sebabnya mengapa di negara yang mayoritas penduduknya atau bahkan semua penduduknya mengaku beragama, kejahatan tetap meraja-lela, bahkan intensitas dan kuaitasnya lebih besar dari yang dilakukan oleh orang-orang di negara-negar yang penduduknya mengaku atheis. Bahkan oleh karena sedemikian berkuasanya para penjahat, mereka bisa mendikte atau mengatur kebenaran sehingga seolah-olah mereka tidak bersalah sedikitpun.
Meskipun sedemikian canggihnya orang-orang menyembunyikan kejahatannya bahkan bisa membeli para hakim, jaksa dan polisi untuk merekayasan kebenaran, kekuasaan Allah yang maha tinggi akan menyatakan apa yang sebenarnya, yakni kebenaran itu sendiri....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H