Unforgettable story, lima tahun yang lalu ....
Embusan angin menyapa pelan tubuh lelahku saat Aku keluar dari area parkir bersama beberapa rekan kerja. Dan hamparan sawah hijau menyegarkan kembali pandangan mataku setelah seharian berkutat dengan pekarjaanku.
Sebentar kemudian Aku sampai di jalan raya melintasi padatnya lalu-lintas Kota Solo. Sore itu, Aku melihat mendung tebal menggantung di atas cakrawala.Â
Sementara sepeda motorku berjalan lambat mengikuti beberapa motor dan mobil di depanku. Aku menuju jalur underpass. Sebuah ruas jalan yang dibuat menjorok ke bawah untuk menghindari kemacetan karena berpotongan dengan jalur rel kerata api. Saat itu lalu-lintas benar-benar padat dan merayap untuk masuk jalur underpass.
Agak jauh sebelum Aku masuk jalur underpass, sebuah sepeda motor berusaha mendahului dan akan memotong jalur di depanku. Aku tetap bertahan dan tidak mau memberikan ruang untuknya. Tapi pengendara motor itu terus merangsek dan mengusik emosiku. Jengkel juga rasa hati ini tapi kutahan agar emosiku tidak meledak keluar dari ubun-ubunku.
Sekilas Aku menengok ke arah motor tersebut melalui kaca sepion kanan motorku. Di sana ... kulihat seorang anak kecil, mungkin seumuran anak kelas 4 SD, membonceng di depan bapaknya. Dan sepertinya masih ada lagi pembonceng di belakangnya. Tidak begitu jelas bagaimana ekspresi anak itu saat sang bapak berusaha menerobos jalanku.
Aku mulai masuk jalur underpass. Sebuah kereta api dengan gerbong panjang melintas di atasnya. Suara mesin dari lokomotif diesel beradu dengan bunyi deru knalpot sedikit menggema di antara tembok-tembok pembatas jalur underpass. Pengendara motor tadi semakin nekat. Roda depan motornya mulai masuk diantara motorku dan mobil disampingku.
Aku heran, ada juga orang-orang seperti ini! Tidak sabaran dan tidak mempedulikan keselamatan orang lain termasuk dirinya sendiri. Aku tetap tidak mau memberikan ruang dengan harapan bapak itu tidak meneruskan aksi nekatnya. Tapi kelakuan bapak itu semakin menyulut emosiku!
Perlahan tapi pasti separuh badan motornya sudah berada di antara motorku dan mobil disampingku, yang secara logika tidak bisa dilewati motornya. Tak ada ruang bagiku untuk menepi, karena disamping kiriku tembok pembatas! Aku berusaha untuk tetap menjaga jarak motorku agar tidak besenggolan dengan motornya.
Aku teringat anak gadis yang membonceng di depan bapak itu. Seketika itu juga Aku teringat anak mbarepku di rumah. Dia masih seumuran dengan anak bapak itu. Teringat canda tawa cerianya. Aku tidak ingin hal buruk terjadi di sini! Di jalur underpass yang padat ini! Saat itu juga Aku menginjak rem untuk melambatkan laju sepeda motorku.
"Silakan duluan, Pak," kataku dalam hati.
Dan dengan cepatnya bapak itu mendahului motorku dan berjalan zig-zag di antara motor-motor di depanku. Masyaallah ...! Ternyata istri dan salah satu anaknya yang lain juga ikut membonceng di belakangnya. Bapak itu apa sudah tidak ingat dengan anak isterinya yang lagi duduk di depan dan di belakangnya?Â