Belum genap satu bulan merah putih membungkus tanah air
Dengan gegap gempita euforianya
Dan dengan gagah kubusungkan dada
Inilah Indonesia ...
Meskipun pisau belati mengoyak napas Nusantaraku
Meskipun rintik hujan menyapu bagai air bah digenggaman tanganku
Meskipun kata-kata memporak-porandakan rasa ini
Rajutan benang di benderamu tetap lebih kuat dari tali baja
Hunjaman tiangmu bahkan lebih kuat dari cengkraman elang
Dan bagaikan pohon bambu yang tidak pernah tercabut dari akarnya
Tapi semua itu terasa kosong
Saat ego membakar dadaku
Ketika engkau mulai terpinggirkan
Engkau mulai dilupakan
Semua memandang sebelah mata
Pada sumbang sih mu untuk bahtera ini
Mungkin karena engkau mengajak terbang tinggi
Sedangkan aku masih suka berkubang dalam lumpur kepicikan
Engkau pun selalu mengulurkan tangan
Meski terkadang aku mengabaikanmu
Engkau bagaikan mutiara yang mampu menerangi bahtera ini
Tapi semua sudah berlalu
Tunai sudah kewajibanmu
Hari ini semua terhenyak
Semua menundukkan kepala
Teringat semua jasa-jasamu
Teringat bahwa aku belum bisa berbuat banyak sepertimu
Tapi merah putih itu telanjur turun perlahan
Engkau meninggalkan kenangan
Engkau menitipkan pesan agar bahtera ini sampai pada tujuannya
Dan kucium bendera setengah tiang ini
Untukmu bapakku
Untukmu presidenku
Untukmu panglimaku
Habibie ...
Solo.12.09.2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H