Mohon tunggu...
Bung Fai
Bung Fai Mohon Tunggu... Aktor - Menjadi baik. Cukup.

Baik bukan keniscayaan. Tapi kemauan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kehilangan

11 Desember 2020   14:02 Diperbarui: 11 Desember 2020   14:09 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Entahlah!
Apa yang ku fikirkan? Mungkin karena aku merasa kesepian hingga terkadang aku benar-benar merasa kehilanganmu. Kau di depanku, berada sangat dekat denganku. Tak ada sekat walau sekecilpun memisahkan kita. Tapi, aku benar-benar merasa kehilanganmu. Aku tahu, ini adalah sebuah kewajaran. Bagiku sebagai kaum Adam apabila merasa kurang diperhatikan.
Tapi, siapa aku?
Pacar bukan! Minta diperhatikan?
Aku selalu berusaha mematikan api cinta yang membara itu. Yang merasa sangat rindu walaupun berada di dekatmu. Aku selalu beranggapan bahwa apapun bisa tercipta dengan akal khayali kita.
Ketika nada-nada dirimu tercipta pada setiap nyanyian laguku, kamupun terbentuk utuh. Menggodaku. Sungguh ini sangat memperdayaiku. Dari nada-nadamu aku menari. Menghilangkan segala kegetiran hidup ini. Aku bahagia, dengan imaji yang tercipta.
Memang ini tidak berlangsung lama. Tapi, aku sungguh menikmatinya. Dan bodohnya lagi, dari nada-nadamu aku benar-benar berhasil menciptakan semua orang menjadi bentuk sepertimu.
Rambutmu yang hitam bergelombang.
Matamu yang sedikit tipis saat tersenyum,
Hidungmu yang sedikit mancung,
Bibir yang merah merekah seperti buah apel yang ingin ku gigit,
Semua menjadi potongan-potongan puzzle yang membentuk dirimu.
Aku bahagia, tapi aku memang kehilanganmu di depanku. Semua orang ini di sekitarku benar menjadi berwujud dirimu dalam imajiku.
Rindu ini memang bisa menciptakan segalanya. Yang pintar menjadi bodoh. Yang kuat menjadi lemah. Yang tiada menjadi ada. Dan aku benar-benar ingin selalu merasakan hal ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun