Mohon tunggu...
Boly Uran
Boly Uran Mohon Tunggu... Human Resources - Seorang Petani yang suka melakukan kajian sosial budaya untuk membantu pembangunan Desa

hasil kajian sosial budaya telah dibukukan dalam buku perdana dengan Judul Di Balik Kesunyian Lewouran Duli Detu Saka Ruka Paji Wurin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menenun Kebijakan Publik di Bilik TPS

12 Juni 2023   14:27 Diperbarui: 12 Juni 2023   14:35 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MENENUN KEBIJAKAN PUBLIK DI BILIK TPS

(REFLEKSI ATAS LOKASI TPS DI PELOSOK- PELOSOK DESA )

Gema pemilu serentak 14 Februari 2024 semakin  bergaung. Setiap gema disambut sorak sorai. Antusias para kontestan melalui wadah partai politik  terus menghadirkan narasi- narasi  di ruang publik.  Masyarakat disuguhkan sekian informasi . Kadang informasi -- informasi manipulatif pun dikemas menjadi sebuah kebenaran.  Di tengah pertarungan informasi di media, KPU bersama jajarannya terus memastikan setiap tahapan dilalui dengan  baik, taat asas , tepat waktu. Satu tahapan yang telah dan sedang dilakukan adalah Penyusunan Daftar Pemilih.  Secara regulasi sebagaimana tertuang dalam Keputusan KPU No 27 Tahun 2023  Tetang Pedoman Teknis  Penyusunan Daftar Pemilih  Dalam Negeri Pada Penyelenggaraan Pemilihan Umum, Daftar Pemilh Tetap  yang tersebar di sekian Tempat Pemungutan Suara akan ditetapkan oleh KPU kabupaten/kota pada tanggal 20-21 Juni 2023.

Tempat Pemungutan Suara  (TPS) bukan sekedar  tempat untuk warga masyarakat menyalurkan aspirasinya,  tetapi TPS lebih dimaknai sebagi media transformasi informasi, transformasi kebijakan public dan sebagai sarana Integrasi Bangsa. Tulisan singkat ini sebagai sebuah refleksi atas  proses  menghadirkan TPS di pelosok -- pelosok desa yang terpencil , sulit dijangkau.

TPS Media Transformasi Informasi

Tempat Pemungutan suara, sebagai wadah  masyarakat mempercayakan aspirasinya  setelah mencermati, mendalami informasi berkaitan calon wakil rakyat yang akan dipilih. Pada masa tahapan kampanye setiap calon legislatif  berjuang menghadirkan informasi yang baik dan benar kepada masyarakat, memastikan kepada para pemilih bahwa mereka pantas dipertimbangkan untuk dipilih, dipercayakan untuk mengemban mandate, aspirasi.  Setelah memastikan pilihan yang tepat dan benar, para pemilih  medelegasikan aspirasinya, serentak  terjadi proses transformasi informasi menjadi kepercayaan penuh, total. Dalam tradisis Lamaholot- Kabupaten Flores Timur, aspirasi , suara disebut dengan Koda adalah sesuati yang suci, kudus.

Kemurnian koda ini, hendaknya ditenun menjadi satu kesatuan kesadaran dari para pengemban amanat untuk menghadirkan kebijakan public  yang bersifat holistik. Bilik suara bukan sekedar tempat menyalurkan hak konstitusi tetapi ia harus dimaknai sebagai ruang kontemplasi sejenak  ketika sesuatu yang suci , kudus harus diberikan kepada dunia, kepada orang yang mungkin akan mengkianati sang pemberi mandat. Ada proses membangun dan memberikan kepercayaan.  

Psikolog agama James W.Fowler sebagaimana dikutip oleh Gregor Neonbasu dalam buku Etnologi Gerbang memahami  kosmos menegaskan bahwa kepercayaan  akan yang transenden selalu diwarnai dan dipengaruhi  oleh factor-faktor pribadi dan budaya yang terbatas. Suara rakyat adalah suara Tuhan, Vox Populi Vox Dei . Tuhan yang Transenden hadir dalam Koda, Sabda. Para Pemilik Koda adalah Citra  wajah yang Transenden.  Menurut   Filsfuf H.G Gademer dalam buku Gregor Neonbasu  tanpa bahasa  manusia  tidak mungkin berbuat apa apa di dunia .   

Tanpa Koda, aspirasi dari masyarakat seorang  politisi tidak bisa meraih kekuasaan. Menerima mandat dari para pemilik koda  seorang politisi,  calon wakil rakyat  dituntut untuk rela dan bersediah berjalan bersama, melewati segala rintangan dan tantangan  untuk sebuah perjumpaan tulus, untuk sebuah dialog berbudaya yang  terbuka.

Pemilu Sarana Integrasi Bangsa

Keberadaan beberapa TPS di beberapa pelosok desa yang sulit dijangkau dengan kendaraan, hanya ditempuh dengan berjalan kaki menerobos padang ilalang,  membungkuk di bawah tali temali menjalar, menapak  lembah memahat bukit dengan tapak dan keringat, di sana  ada sebuah pesan yang teramat agung untuk dipahami. Di Balik bukit, ditempat terpencil ada suara tulus dalam ikatan kosmos. Mungkin mereka hanya berharap agar sang penerima mandat dapat memperjuangkan agar ada tapak jalan dapat dilalui kendaraan, agar mereka tidak perlu lagi memikul hasil pertanian, berjalan kaki menuju pasar dengan jarak sekian kilometer. Mereka hanya berharap ada jalan bagi anak -- anak mereka menuju gerbang kebijaksanaan  agar anak- anak mereka bisa membaca dan menulis dengan benar.   Tapi sayang  teriakan mereka  kembali memantul di dinding bukti sementara penerima kekuasaan  telah menjadikan  kursi  kekuasaan menjadi sebuah makna  kemalasan dialog dan perjumpaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun