Mohon tunggu...
Tomy Sinaga
Tomy Sinaga Mohon Tunggu... -

Melihat.Melakukan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Festival Perang Benteng Pasir di Ancol

24 Januari 2012   10:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:30 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ancol, salah satu taman bermain paling populer di Indonesia, juga memiliki cukup banyak anak pantai. Faktanya, pantai pantai di Ancol sendiri menjadi salah satu destinasi yang paling diminati kala liburan tiba. Terbukti dari liputan berbagai media di musim liburan. Tapi tidak jarang pantai-pantai Ancol hanya dimanfaatkan hanya untuk berenang, bersantai menikmati semilir angin, dan tentu meninggalkan sampah. Padahal banyak elemen pantai yang dapat dibangun menjadi sebuah wahana menarik lagi gratis. Salah satunya lewat pasir.

Johan Huizinga, menulis bahwa manusia adalah mahluk bermain. "Homo Ludens". Manusia adalah mahluk yang suka bermain dan menciptakan permainan. Pasir pun tak luput dari objek Homo Ludens ini. Sering sekali kita lihat anak-anak atau para pengunjung pantai bermain dengan pasir. Mulai dari membangun istana kecil, hingga mengubur sebagian tubuhnya di dalam pasir. Apa lagi yang bisa dimanfaatkan dari pasir? Banyak! Salah satu contohnya adalah Festival patung pasir yang tentu sudah bukan menjadi hal baru lagi. Sudah banyak pantai yang menjadikan acara ini salah satu komoditas yang dijual di wilayah pantai. Tentu hal ini bukan menjadi hal yang sulit bagi Ancol karena banyak anak pantai yang tentu memiliki wilayah pasir yang luas.

Namun tentu mengajak masyarakat awam membangun patung pasir yang membutuhkan skill pengerjaan yang tinggi dan sayang untuk dihancurkan jelas sia-sia. Kita butuh sesuatu yang gampang dibangun dan gampang dihancurkan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa mausia adalah mahluk bermain, tak perlu terlalu serius. Jadi ciptakan permainan. Buat benteng dari pasir. Bentuk bentengnya bebas, tidak perlu terlalu rapi dan detail karena pada akhirnya akan dihancurkan kan? Yang penting kuat atau misalnya memenuhi syarat yang sudah disiapkan, misalnya, tingginya minimal harus satu meter, panjang satu setengah meter dan tebal sepuluh centimeter. Para peserta akan diberikan waktu untuk membangun bentengnya masing-masing.

Untuk membuatnya menjadi lebih menarik, makan akan dibuat konsep perang antar pengunjung pantai. Yang berhasil mempertahankan bentengnya hingga waktu yang ditentukan, maka pemilik benteng tersebut yang menjadi pemenang. Para peserta diperbolehkan membangun koalisi untuk menjatuhkan musuh yang dianggap berat. Cara menghancurkan bentengnya? Tidak boleh menggunakan fisik, atau benda-benda keras seperti batu. Menghancurkannya cukup dengan air-air di pantai ancol sendiri. Semakin banyak disiram, maka benteng pasirnya akan semakin luber kan? Jadi tidak butuh banyak biaya, tidak butuh skill tinggi untuk membangun benteng, dan perlengkapan perangnya ada dipantai itu sendiri. Dan yang pasti menyenangkan karena semua umur dapat berpartisipasi.

Hadiahnya? Hmm..jangan membuatnya menjadi terlalu mudah, setiap minggu sebutlah menjadi ajang seleksi atau latihan untuk menyaring para peserta yang akan tampil di final nantinya. Hadiah di final, misalnya mendapat gratis masuk Ancol selamat setahun atau hadiah misalnya 250 ribu hingga satu juta rupiah.  Tapi, tetap yang perlu disadari bahwa pada dasarnya tujuan dari bermain adalah untuk mendapatkan kesenangan. Mari buat para pengunjung dan peserta menikmati permainan ini. Dan tunggu apa lagi, mari wujudkan dan mari bermain perang benteng pasir di Ancol si taman impian untuk semua insan.

link twiter : https://twitter.com/#!/tommradd/status/161762939441909760

1327403440618970303
1327403440618970303
link fb : http://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=317009701673644&id=1396340835

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun