Jumat 6 Desember ini publik sepakbola Indonesia dihibur oleh  pertandingan ekshibisi Persib Bandung dengan DC United yang berakhir dengan kemenangan Persib, 2-1. Secara garis besar saya memandang pentas ini berjalan sukses. Pendukung Persib nampak memenuhi stadion meski pertandingan berjalan di bawah guyuran hujan. Fanatisme mereka pun terbayar dengan kemenangan Persib yang dikunci oleh gol cantik Firman Utina. Kedua tim pun memperoleh pengalaman berharga dari pertandingan ini: DC berkesempatan mengunjungi Indonesia dan merasakan atmosfir sepakbola yang baru dan Persib pun berkesempatan menambah jam terbang mereka. Kemenangan atas DC pun akan menjadi kebanggaan tersendiri mengingat  banyak hasil ekshibisi tim lokal dengan tim asing yang berakhir kekalahan telak.
Pada Sabtu 7 Desember pagi, salah satu stasiun televisi nasional menayangkan pemberitaan seputar kunjungan DC dan pertandingan dengan Persib. Lewat program olahraganya, media ini memberikan gambaran mengenai DC United yang memang kurang populer di kalangan pecinta sepakbola dalam negeri. DC United adalah klub juara 4 kali liga Amerika Serikat MLS. Klub ini pernah mengasuh 2 bintang tim nasional kita Andik Vermansyah dan Syamsir Alam. Meski demikian Andik dan Syamsir tidak pernah memperkuat DC dalam laga kompetitif, di antaranya karena cedera. Pemilik kedua klub, Erick Thohir mengatakan bahwa tur DC United ini bukan hanya berkepentingan bisnis semata, melainkan untuk pembinaan sepakbola dan berbagi pengalaman.
Demikian hasil laporan dari program olah raga pagi tersebut. Saya tertarik untuk menelisik data-data tersebut lebih dalam. Ini mengingat stasiun televisi tersebut masih berada di bawah naungan grup usaha Erick yang bisa jadi kurang objektif.
Siapakah DC United?
Media tersebut memberitakan akurat bahwa DC adalah juara empat kali liga MLS yang terakhir diraih pada 2004. Klub ini menikmati masa keemasan di bawah pelatih kawakan Bruce Arena (kini dengan LA Galaxy) pada akhir dekade 90an dengan gelar juara domestik tahun 1996, 1997, dan 1999. Memasuki era 2000an, kesuksesan mereka menurun seiring hengkangnya Bruce dari kepelatihan. Karir Bruce melejit ke kursi pelatih timnas AS berdasarkan prestasinya dengan DC.
Tahun 2012 publik Indonesia diperkenalkan dengan DC United berkat pembelian saham oleh Erick Thohir. Pembelian ini mulai menunjukkan keseriusan Erick dalam menggarap bisnis olahraga internasional. Sebelumnya, Erick dan grup bisnisnya sudah terlibat dalam kepemilikan CS Vise Belgia dan klub NBA Philadelphia 76ers.
Nama DC United semakin terdengar saat Andik diundang mengikuti training camp. Dengan status trial, Andik gagal dikontrak dan kembali ke tanah air. Lewat jaringan kepemilikan baru, Syamsir Alam yang berstatus pemain CS Vise dipinjam oleh DC United pada Januari 2013. Meski bermukim selama sepuluh bulan dengan DC, Syamsir tidak sempat bermain di musim kompetisi utama dengan DC dan kembali ke tanah air pada November 2013. Sekembalinya ke tanah air, Syamsir diseleksi pelatih Jacksen F. Tiago untuk memperkuat timnas senior sementara Andik membela timnas U-23.
Melihat kiprah dua pemain timnas di DC United, menjadi menarik untuk melihat level kompetisi di MLS pada umumnya dan di dalam klub pada khususnya. Musim kompetisi 2013 bisa dibilang adalah musim terburuk sepanjang sejarah DC United. Mereka hanya berhasil menang 3 kali dari 34 laga. Bukan hanya sepanjang sejarah DC, rekor 3 kali menang adalah terburuk sepanjang sejarah liga MLS berdiri sejak 1994. Demikian dengan rekor gol yang menyedihkan, 22 kali mencetak dan 59 kali kebobolan. Manajemen DC United pun bertekad untuk melakukan perubahan besar-besaran untuk musim depan. Salah satunya adalah mengembalikan Syamsir ke Vise yang akan membuka satu ruang pemain internasional untuk dikontrak.
Kalangan fans dan media sudah mencurigai kehadiran dua pemain Indonesia ke DC sebagai dampak dari kepemilikan Erick. Bahkan salah satu media AS pernah melaporkan dengan sedikit sinisme bahwa Syamsir adalah pemain paling terkenal DC United berdasarkan follower Twitter meski tidak pernah bermain satu menit pun di kompetisi utama. Komunitas fans DC di blog Black and Red United, mengomentari pemutusan kontrak dengan Syamsir sebagai satu lagi bukti kecurigaan ini. Syamsir yang "dititipkan" di DC masih jauh dari kualitas yang diharapkan. Jika Syamsir tidak bisa bermain semenit pun di klub terburuk di MLS, patut diduga kontrak ini hanyalah sebagai "hadiah" bagi pemilik baru.
Singkat cerita, klub Amerika Serikat yang mengunjungi Indonesia kali ini adalah tim terburuk dari kompetisi 2013 di MLS. Dari beberapa menit yang saya saksikan di televisi melawan Persib, menurut saya kekalahan mereka bahkan bisa lebih dalam. Ada beberapa peluang emas yang dimiliki Persib yang gagal menjadi gol. Mungkin juga pemain DC masih kelelahan dari penerbangan Washington DC - Bandung atau mungkin juga efek hujan deras, tapi memang tidak terlihat keistimewaan dari DC United.
Selanjutnya DC United akan menjajal Arema, lagi-lagi klub di bawah grup usaha Bakrie-Thohir. Erick lewat konferensi persnya menyebut laga ini bukanlah semata bisnis. Saya pun sebetulnya sangat setuju. Berbeda dengan kehadiran klub-klub tenar dari Liga Premier Inggris belakangan ini, inilah kesempatan bagi kedua tim untuk mengambil manfaat secara sepakbola. DC yang menerbangkan beberapa pemain mudanya bisa menguji kualitas pemain baru mereka yang diharapkan bisa memperbaiki hasil di liga tahun depan. Klub-klub domestik pun sangat membutuhkan jam terbang dalam kompetisi dengan klub-klub berkualitas. Menurut saya justru inilah contoh positif campur tangan Erick sebagai pemilik banyak klub di mancanegara. Agar mereka saling bertukar pengalaman dan saling bekerja sama satu sama lain. Bukan hanya mendompleng laga-laga besar yang berakhir menjadi lumbung gol pemain kelas dunia.