Mohon tunggu...
Abdul Chalid Bibbi Pariwa
Abdul Chalid Bibbi Pariwa Mohon Tunggu... -

Warga di Makassar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Shawshank Redemtion dan Potret Lapas Kita

18 Desember 2013   12:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:47 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagi penikmat film, pasti belum lupa dengan The Shawshank Redemtion. Saya bukan termasuk maniak film, tapi beberapa tahun lalu, ketika masih kuliah, pernah menonton copy-an film yang diadaptasi dari cerita pendek Stephen King tersebut di Laptop teman. Itu pertama kalinya, saya menonton film bercerita soal kehidupan penjara, dan kemudian tahu gambaran kehidupan manusia di balik prodeo.

Bagi saya, film ini memiliki kekuatan dalam alur cerita. Sang sutradara sukses memukau, "mengikat" penontonnya, sabar menanti detik demi detik cerita yang berjalan hingga mencapai ending. Ia berhasil membangun rasa penasaran dari scene ke scene. Terlebih di beberapa scene terjadi alur maju mundur, dan flasback. Film ini happy ending, tetapi saya secara pribadi sulit menebak bentuk cerita yang dihadirkan di scene akhir-mungkin karena saya tak pernah membaca cerpen Stephen King sebelumnya.

Seperti apa ceritanya? Butuh deskripsi mendetail. Tapi secara umum, saya dapat menggambarkannya, film ini bercerita soal pribadi Andy Dufresne (Tim Robbins). Mantan bankir yang tengah naik daun di tempat kerjanya itu, divonis dua kali seumur hidup oleh pengadilan. Andy dianggap terbukti melakukan pembunahan sadis terhadap istri dengan teman selingkuhannya. Namun, sebenarnya dalam film ini digambarkan, Andy tak melakukan perbuatan sebagaimana dituduhkan.

Tak terima, ia pun merencanakan pelarian dari penjara bernama Shawshank Redemtion itu, sebuah rumah tahanan dengan sistim pengamanan superketat, penjagaan berlapis, dan tentu dikelola seorang pimpinan sipir yang tiran, Samuel Norton (Bon Gunton). Sebenarnya film ini hanya bermuara pada proses pelarian, tapi di sela-selanya juga disajikan sisi kehidupan penjara dengan segala perilaku manipulatif, kolusi, korupsi dan nepotisme yang didukung oleh sistim, baik di dalam, maupun dari luar penjara. Inilah yang membuat saya tecengang.

Perilaku jahat para narapidana justru kian terasah di tempat ini. Praktik-praktik komodifikasi benar-benar menjadi ruh dalam kehidupan mereka. Reward and punishment dijual-belikan alias semua ada harga yang harus dibayar narapidana. Tak luput, Andy pada akhirnya harus menjadi bagian dari itu. Namun, Ia dengan latar belakang bankir intelek, memiliki ruang lebih besar untuk ikut memainkan ritme “permainan”. Ia tahu celah, dan memanfaatkan hobby kepala sipir yang senang menyalahgunakan wewenang mengeruk keuntungan. Alhasil, Ia menjadi akuntan pribadi sang kepala.

Begitu seterusnya, hingga terakhir Andy peran yang dilakoninya itu berhasil mengelabui dan mengalihkan perhatian segenap orang-orang di penjara. Dan, kemudian melarikan diri melalui pipa pembuangan tinja.

Tentu, tulisan ini tak lebih hanya gambaran kasar dari filmnya yang sungguh-sungguh menarik. Apa yang saya sampaikan tak lebih sebagai pengantar dalam melihat problematika lembaga pemasyarakatan di negeri kita. Seperti yang baru saja saya saksikan di televisi baru-baru ini. Sebuah peristiwa yang kembali terkait dengan tanah leluhur kami, yaitu tana Luwu. Setelah lalu terjadi bentrokan antara massa pendukung pemekaran Walenrang-Lamasi, dengan aparat kepolisian di Walenrang, Kabupaten luwu, kali ini kerusuhan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kota Palopo. Sekelompok narapidana dan tahanan di rumah rehabilitasi itu mengamuk, kemudian membakar gedung yang mereka huni.

Sedih, tapi juga tak kaget. Karena soal Lapas, memang satu dari sekian cerita miris yang tak pernah punya ujung pangkal di negeri ini. Sejak beberapa tahun silam, peristiwa kerusuhan di Lapas berulang-ulang terjadi. Selama tahun 2013 kerusuhan Lapas terjadi sebanyak enam kali. Paling parah di Insiden di Lapas Tanjung Gusta, Sumatra Utara, 11 Juli 2013. Penjara tersebut diduga dibakar para narapidana yang tak terima dengan seretnya listrik dan air di Lapas. Mereka mengamuk, dan menjebol pintu utama Lapas. Insiden itu menyebabkan lima orang tewas, masing-masing dua sipir, satu napi, dan dua juru masak. Sebagian kabur.

Apa yang saya nonton di film Shawshank Redemtion adalah cermin kehidupan Lapas di negara kita. Yah, kecuali alur cerita dan kemenangan Andy dalam film itu tentunya. Hemat itu kian kuat saat saya terlibat penelitian potret penahanan pra persidangan yang dilakukan salah satu LSM dari Jakarta 2012 lalu. Saya dengan seorang senior meneliti khusus wilayah Kota Makassar dan sekitarnya. Tak hanya diproses penyidikan di Kepolisian, kami menelusuri proses penahanan hingga penitipan terduga tersangka ke Rutan Klas I Makassar.

Dengan begitu, berbagai fakta mengenai kehidupan di Rutan juga sedikit hadir dalam penelitian. Kami menggali informasi dari sejumlah sumber yang merepresentasi sistim kehidupan di Rutan, dari Sipir hingga tahanan. Walau akan dianggap sebagai sumber lemah, tapi beberapa diantaranya terpaksa kami jadikan sumber anonim. Untuk menguatkan data-data penelitian itu, kami juga menggali informasi dari mantan napi, serta melakukan analisis terhadap pemberitaan surat kabar di Makassar yang merekam beberapa kasus di Lapas dan Rutan dalam kurun waktu tertentu.

Secara umum kami menemukan beberapa hal. Pertama, Rutan dan Lapas bukan lagi sekadar tempat melalui hukuman vonis atau hukuman para narapidana dari pengadilan. Lebih dari itu, Lapas dan Rutan adalah komoditas baru untuk menumpuk pundi-pundi penghasilan. Wajah developmentalism dan postmo rupanya telah mencekoki dunia Lapas dan Rutan. Hukum dan keadilan disulap jadi komoditas pasar yang bisa diperjual-belikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun