Mohon tunggu...
Andi Sastriadi
Andi Sastriadi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alumni sebuah perguruan tinggi negeri di Makassar. Berusaha mencari pencerahan di rantau

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pelajaran dari Senayan

15 Oktober 2010   06:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:24 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Nama Komjen Pol. Timur Pradopo mulai di kenal publik sejak bergulirnya reformasi yang ditandai dengan tragedi pada tahun 1998 atau yang lebih di kenal dengan peristiwa Trisakti serta Semanggi I dan II. Pada saat itu Komjen Pol. Timur Pradopo menjabat sebagai Kapolres Metro Jakarta Barat yang di duga terlibat kasus pelanggaran HAM atas peristiwa tersebut. Terlebih lagi Komjen Pol. Timur Pradopo beberapa kali di panggil oleh Komnas HAM atas dugaan keterlibatannya di tragedi tersebut, namun beliau tidak kunjung memenuhinya dengan dalih tidak diizinkan oleh atasan.

Setelah ± 12 tahun tragedi Trisakti serta Semanggi I dan II berlalu dan pelaku utamanya belum juga tertangkap, nama Komjen Pol. Timur Pradopo kembali menjadi perbincangan hangat di masyarakat Indonesia karena beliau menjadi satu-satunya yang diusulkan oleh bapak Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai calon Kapolri menggantikan Jendral Polisi Bambang Hendarso Danuri (BHD). Sebagian masyarakat Indonesia kontra dan menolak pencalonan tersebut karena menganggap beliau tidak pantas memegang jabatan Kapolri sebab kasus yang diduga melibatkan beliau belum tuntas, disamping itu pengangkatan pangkat beliau yang penuh dengan kontroversi.

Selama beberapa masyarakat terus terus bertanya-tanya apakah bapak presiden atau bapak SBY akan menambah beberapa nama lagi untuk di usulkan menjadi Kapolri ke DPR atau tetap mempertahankan Komjen Pol. Timur Pradopo sebagai calon tunggal pilihan presiden. Akhirnya kemarin, tepat pada hari kamis tanggal 14 september 2010 terjawab sudah penantian rakyat Indonesia selama beberapa hari ini. Setelah ± 12 jam fit and propert test yang dilaksanakan oleh para anggota dewan Republik Indonesia yang terhormat khususnya di Komisi III, akhirnya pada pukul 23.45 WIB seluruh Fraksi di Komisi III tersebut menyepakati secara aklamasi Komisaris Jendral Polisi (Komjen Pol) Timur Pradopo sebagai pengganti Jendral Polisi Bambang Hendarso Danuri sebagai orang nomor 1 di tubuh aparat penegak hukum di kepolisian kita. Ada yang Pro dan ada yang Kontra, ada yang senang tetapi ada juga yang sedih, ada yang bahagia tetapi tidak sedikit yang kecewa, ada yang optimis tapi banyak juga yang pesimis tentang nasib POLRI kedepan di tangan bapak Komjen Pol. Timur Pradopo.

Namun ada hal yang menarik dari proses fit and proper test yang dilaksanakan oleh Komisi III DPR RI kemarin, yang mungkin bisa kita jadikan pelajaran bersama yang diantaranya yaitu :

1. Bangsa Indonesia telah kembali ke cita-cita awalnya yaitu bangsa yang menjunjung tinggi musyawarah untuk mencapai mufakat. Ini dibuktikan oleh tidak adanya lagi vooting yang menjadi kebiasaan anggota dewan kita dulu.

2. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang transparan, ini dapat dilihat dari proses fit and propert test calon Kapolri yang berlangsung kemarin dapat disaksikan oleh seluruh masyarakat Indonesia karena disiarkan langsung oleh salah satu stasiun tv swasta. Walaupun apa yang kita lihat kemarin tidak lebih dari sebuah test ketika kita melamar pekerjaan di suatu tempat yang mana tempat tersebut adalah milik keluarga kita sendiri, jadi pertanyaan yang diajukan kepada kita pun tak ubahnya hanya basa-basi alias formalitas belaka.

3. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah, ini terlihat dari proses kemarin yang tidak satupun dari anggota dewan kita yang terhormat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang substansial terhadap keterlibatan bapak Komjen Pol. Timur Pradopo terhadap tuduhan yang pernah di alamtkan kepadanya.

4. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang tahan dan kuat, dimana para anggota dewan kita di Komisi III tahan dan kuat duduk berlama-lama hanya untuk mempertontonkan adegan-adegan yang pangkal ujungnya sudah diketahui bersama. Mereka rela duduk berlama-lama hanya untuk memainkan dagelan dan menunggu instruksi sang sutradara tentang adegan apa lagi yang mesti dilakukan selanjutnya.

Itulah mungkin beberapa pelajaran yang bisa saya petik dari tayangan yang berlangsung ± 12 jam yang berakhir tadi malam. Mudah-mudahan pembaca juga dapat mengambil hikmah dari situ dan saya akhiri tulisan saya ini seraya memanjatkan Do'a kepada Allah SWT semoga bangsa dan Negara yang sangat saya cintai ini tidak Bubar di tengah jalan. Kabulkanlah ya Allah. Amin!!!

sehabis melihat berita tentang KAPOLRI baru

at UHSPT, 15/10/10 pkl. 14.00 Wita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun