Mohon tunggu...
ryan syaifurrachman
ryan syaifurrachman Mohon Tunggu... lainnya -

menulis untuk berbagi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilpres Antara Aku, Engkau dan Mereka

2 Juni 2014   20:38 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:48 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilpres yang akan dilaksanakan pada tanggal 9 juli 2014 adalah pelaksanaan pilpres yang kesekian kali yang harus dijalani  oleh rakyat indonesia. Dalam pelaksanaannya banyak hal yang berbeda tapi hasil nya cenderung sama,alih -alih menghasilkan pemimpin yang bisa membawa perbaikan dalam kehidupan rakyat,realitasnya pilres hanya menghasilkan pemimpin yang gaduh dalam proses pencalonan, flamboyan dalam jargon kampanye, ngotot ketika menjalani pertarungan, berbusa - busa ketika mengucapkan janji kampanye tapi ketika jadi, lebih banyak menjadi masalah dibandingkan solusi dari berbagai permasalahan rakyat yang semakin hari semakin komplek. Jadi kesimpulan saya yang mungkin asal- asalan adalah hingar bingar dan euforia pelaksanaan pilpres tidak pernah sejalan dan sebangun dengan optimisme dan kegembiraan ketika pilpres berakhir yaitu ketika presiden baru terpilih.

Pilpres dinegeri ini secara realitas tak ubah nya seperti event - event pecarian idola di televisi,ramai dan hingar bingar di proses eliminasi tapi sepi dan cenderung tanpa aksi ketika usai. Presiden kita hanya serupa idola populis tapi kinerjanya minimalis, gagah dalam gaya dan bicara tapi gagap dalam karya nyata, flamboyan dalam janji - janji tapi lamban dalam merealisasikan janji. Calon presiden kita seperti bayi yang kelebihan nutrisi, sensasi dan rating popularitasnya melebihi bukti nyata kinerja dan atau bahkan potensi sebenarnya.  hal ini terkait dengan gencarnya proses menggoreng rating pencitraan para calon presiden oleh berbagai lembaga survey.

Terkait dengan pilpres tahun 2014, antusiasme masyarakat terhadap pelaksanaan pilpres cukup tinggi, salah satu indikatornya adalah banyaknya orang yang ingin terlibat dan melibatkan diri dalam tim pemenangan calon pressiden baik resmi maupun tidak resmi.  Masyarakat hanyut , larut bahkan terbius untuk merelakan bahkan mengorbankan diri dan pikiran mereka untuk memenangkan salah satu calon bahkan rela berjanji mati. yang jadi pertanyaan di benak saya,ketika masyarakat merasa bahwa dia dan calon yang harus dimenangkan adalah sebuah kesatuan yang disebut "kita" seperti jargon salah satu pasangan,apakah pikiran masyarakat seperti itu sebangun atau ada juga di para calon Presiden kita??? jawabanya walluhualam, tapi yang pasti realitas menunjukan tidak. Buktinya ketika terpilih, calon presiden tersebut cenderung menjadi lupa baik terkait merealisasikan janji kampanye bahkan menjaga jarak dengan rakyat bahkan dengan rakyat yang dulu berkorban jiwa raga untuk memenangkannya. Dia kembali menjadi kader partai,yang urusannya hanya berkutat bagaimana mensejahterakan partai dengan menggoreng dan menggarong duit negara,niat untuk mensejahteran rakyat seperti janji kampanye dulu hilang sejalan dengan berlalu nya waktu dan berjalannya zaman. Mengapa demikian karena sesungguhnya presiden kita bukan milik kita sebagai rakyat tapi milik partai sebagai pengusungnya. Jadi jangan kegeeran ketika kita mendukung dan memenangkan seorang calon presiden dia akan ingat pada kita atau bahkan pada janji kampanyenya kepada rakyat,karena kembali dia bukan milik kita dia adalah milik partai. Jadi  jangan salahkan saya kalau   berandai – andai bahwa pasca pilres nanti kalau jokowi yang menang sejatinya dia akan menjadi presiden bagi partai dan ketuanya begitu juga dengan prabowo. Karena apa ?? karena hutang budi mereka kepada partai pengusung atau bahkan kepada ketua partai lebih besar dibanding kepada kita sebagai rakyat. Jadi kita sebagai rakyat sejatinya hanya penggembira pesta para elit dan kita layak untuk dilupakan dan seperti biasa nya akan dilupakan. Jadilah pemilih cerdas,jangan mau diadu domba seperti kata bang rhoma. Dan sekali lagi pikirkan ulang, karena pilpres sebetulnya bukan arena pertarungan kita tapi  buat mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun