Dunia politik adalah dunia penuh intrik dan strategi. Dan memutuskan terjun ke dunia politik berarti siap dengan segala gelombang pasang dan surutnya yang kadang mengharu biru. Dalam politik, tak ada istilah kawan dan lawan abadi. Sebab satu-satunya yang abadi hanyalah kepentingan. Sehingga tidak semua orang mau menjadi politisi. Kecuali mereka yang benar-benar lahir dengan darah politik atau mereka yang benar-benar didukung oleh modal yang mapan. Untuk menjadi anggota dewan misalnya. Selain basis massa, modal adalah salah satu faktor penentu yang penting. Tak terkecuali untuk menjadi anggota dewan di negara Amerika Serikat, baik untuk tingkat federal (kongres) maupun tingkat negara bagian.
Akhir April lalu, saya dan lima belas orang teman muda dari lima negara ASEAN peserta program PFP YSEALI Spring 2017 berkesempatan berdiskusi dengan beberapa mantan anggota kongres AS terkait hal ini. Difasilitasi oleh American Council of Young Political Leaders (ACYPL), beberapa mantan anggota kongres baik dari partai Demokrat maupun Partai Republik yang pernah menduduki Capitol Hill lebih dari duapuluh tahun berbagi cerita di kantor Asosiasi Mantan Anggota Kongres di Washington DC, Amerika Serikat.
Berkesempatan berbagi cerita pada diskusi itu adalah Mr Pete Weichien (CEO, US Association of Former Members of Congress), Mr Blanche Lincoln (mantan senator), Mr Jim Slattery (mantan DPR), Mr Cliff Stearns (Mantan DPR), Connie Morella (Mantan DPR), dan Mr Mike Kopteski (Mantan DPR).
Mereka berenam secara bergantian dalam tiga sesi menjelaskan seluk beluk kongres AS (DPR dan Senat), tugas dan tanggung jawab anggota kongres, partisan gridlock di kongres, dan juga bagaimana menjadi anggota kongres.
Terkait topik yang terakhir ini, Mr Cliff Stearns, mantan politisi Partai Republik dari negara bagian Florida berbagi cerita tentang pengalaman personalnya termasuk suka dukanya menjadi anggota kongres AS. Pada diskusi hari itu, ia seolah merefleksi perjalanannya menjadi anggota kongres AS selama lebih dari dua puluh tahun.
Ia menjelaskan, untuk menjadi anggota DPR atau senat di AS pada umumnya adalah pengacara (lawyer), sebab memang pekerjaan utamanya adalah membuat undang-undang. Namun kala itu, ia yang pebisnis memutuskan masuk politik dan bergabung dengan partai Republik.
Di awal keikusertaanya di pemilihan umum negara bagian Florida akhir tahun 1980an, ia tak langsung menang.
Kalah di pemilu pertama membuat ia berpikir dan mengambil pelajaran.
“Kekalahan pertama membuat saya mengetahui beberapa hal yang membuat saya lebih siap di pemilihan berikutnya”, jelasnya.
“Yang pertama, saya belajar untuk mengenal dan mengetahui siapa yang benar-benar menjadi teman sejati setelah kalah di pemilihan pertama. Mereka ini yang masih setia mendukung saya meskipun saya kalah. Yang kedua, dari kegagalan di pemiluhan pertama itu juga, saya juga belajar untuk untuk mengenal diri saya sendiri sebagai pribadi”.
Dan benar, di pemilihan kali berikutnya ia berhasil menang dan mempertahankan kursinya sebagai anggota kongres dari negara bagian Florida sampai tahun 2013.