Assalaamu 'alaikum,
Ada yang beda kala menyaksikan siaran langsung sepakbola di TV sini dengan di TV kabel semasa di Singapore dulu. Bedanya, kalau di TV sana yang menjalin ekrja sama dengan ESPN Sports, para komentator bola adalah memang para pundit yang dulu pernah menjadi pemain ataupun kini telah menjadi pelatih. jadi mereka memang benar-benar pelaku, atau minimal mantan pelaku. Dengan pernah menjadi pelaku maka mereka tau betul bagaimana suasana pertandingan, bagaimana menganalisa hasil yang telah berjalan dan bagaimana memprediksi hasil selanjutnya. Gak jarang yang diundang untuk berkomentar itu adalah para mantan bintang sepakbola, seperti David Platt, Sol Campbell dll. Memang seharusnya begitu. Di sini pun, saya dulu sangat menyukai komentar dan analisa dari Pak Eddy Sofyan dan alm. Bung Ronny Pattinasarani. Favo nomor satu saya ya Pak Eddy Sofyan. Memang sih, gak semua mantan pelaku punya communication skill untuk bisa menjelaskan. Tapi pasti adalah mantan pelaku yang hebat untuk hal explanation dan communication skill. kalau di tinju itu, saya paling suka kalau komentatornya adalah Pak Syamsul Anwar Harahap yang mantan petinju nasional juga.
Tapi bagaimana kini dengan siaran sepakbola di tanah air. Saya bingung, kok komentatornya adalah para wartawan sih? Saya salut dengan data yang dimiliki oleh para wartawan. Mereka tau banyak data ini itu, tapi itu kan cuma pengetahuan dan bukan analisa. Kalau cuma sekedar data seperti itu, saya juga punya. Bedanya komentator yang pengamat tapi bukan pelaku, dengan kita yang orang awam ini adalah mereka itu lebih DULUAN membaca dan lebih tau banyak dari kita. Mungkin karena mereka lebih erat berkecimpung dengan bidangnya, pengamatan mereka lebih tajam daripada kita. Tapi tetap saja beda kualitas dengan analisa dari seseorang yang benar-benar pelaku di situ. Itu sudah pasti. Kenapa yah untuk hal sepakbola yang dipanggil bukan komentator yang mantan pelaku? Memang sih kekurangan dari mantan pelaku, selain kalau gak communication skill nya ada yang jelek, waktu yang diperlukan mereka untuk menjelaskan adalah lebih panjang, karena mereka maunya menjelaskan secara detail. Sedangkan TV komersial itu harus mendahulukan iklan. Kadang-kadang, belum selesai analisa disampaikan, harus dipotong oleh commercial braek. kalau TV kabel kan lain, untuk urusan waktu, mereka lebih bebas.
Ya begitulah fenomenanya. Di Indonesia memang banyak sekali pengamat yang bukan pelaku. Termasuk saya sendiri, he he, jadinya agak-agak, saya bisa ngerasani dan tau bedanya antara yang memang benar-benar pelaku atau mantan pelaku, dan yang sekedar pengamat bermodal lebih duluan baca. Roy Suryo saja yang cuma seorang lulusan ilmu komunikasi tiba-tiba bisa muncul dan dinobatkan menjadi pakar dan pengamat IT. Tentulah ini membuat para komunitas IT meradang, karena mereka tau persis bagaimana level kemampuan seorang yang cuma pandai berkomunikasi itu. Tapi itu rejekinya doi, jadi yah mau gimana lagi, he he. Di Indonesia memang banyak sekali pengamat, kadang kalau ada suatu kasus, kita jadi bingung, kok pengamat yang satu bilang A, dan yang satu lagi bilang B. Rakyat pun bingung. Tapi ada yang lucu banget. Saat nonton bola bareng, tiba-tiba semua penonton berubah jadi Pengamat yang paling pandai. Coba dioper dulu, coba langsung ditendang, kenapa gak seharusnya begini dulu bla bla bla. kadang saya geli sendiri dan membathin, "Kalau Indonesia mau jadi juara dunia sepakbola, sebenarnya gak susah, kumpulkan saja para penonton yang pengamat ini menjadi satu tim. Kan mereka yang paling jago jadi pengamat, kali aja juga jago sebagai pemain". Ha ha, begitulah adanya.
Yo wes, dinikmati ajalah, yang penting kan gak merugikan siapa-siapa. Kalau cuma sekedar menonton tapi tidak mengamati, ya kadang gak asyik. Sip sip, lanjutken deh. Saya pengen banget sosok pengamat yang pelaku, seperti alm. Bung Ronny dan Pak Eddy Sofyan, bisa muncul lagi, dan tentu waktu mereka untuk berkomentar dan menganalisa, tidak perlu terlalu dibatasi. Tapi piye toh? No offense yah dan mohon maaf kalau tidak berkenan.
Wassalaam,
Papa Fariz & Ayya aka Mas Boedoet
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
Face Book: boedoetsg@gmail.com