Mohon tunggu...
Boedi Tjahjono
Boedi Tjahjono Mohon Tunggu... -

I'm just an Javanese moron, and joint in this blog only want to say what I'm thinking in my stupido head.. he..he not pretending to be any kind of expert... just trying to make tomorrow is a better than today.. cheers

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

“Besi“ – Harta Karun yang Terkubur !

26 Maret 2010   08:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:11 1346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” ( Surah AL HADIT 25)

Bila mau “KUAT” manfaatkan “BESI”, itulah inti amanah Al-Quran pada Surah Al Hadit (Surat Besi) ayat 25. Dan

[caption id="attachment_102847" align="alignleft" width="215" caption="Pig Iron - Besi Kasar dengan kadar Fe>90% (source BT file)"][/caption] kalau kita lihat data statistik pada gambar 1. dengan nyata dapat dilihat bahwa Negara yang menyandang gelar “super power” dan kuat secara ekonomi, politik dan pertahanan adalah Negara yang benar-benar menguasai teknologi dan produksi “besi dan baja”. Dan Revolusi Industri pada abad ke 18 dipicu oleh pemanfaatan “iron & Coal” secara massif.

Komsumsi besi dan baja per kapita juga menjadi salah satu ukuran dari kemajuan suatu Negara.

Bagaimana dengan Indonesia?? Konsumsi besi dan baja perkapita Indonesia di Asean dibawah Malysia, Singapore, Thailand dan Vietnam, serta Philipina.

Komsumsi besi baja Indonesia berdasar statistik 2005, hanya sekitar 26kg perkapita, Padahal tingkat konsumsi per kapita baja berkaitan erat dengan tingkat pertumbuhan ekonomi.

[caption id="attachment_102845" align="alignleft" width="300" caption="Negara Produsen Besi dan Baja (source BT File)"][/caption]

Hasil penelitian ahli baja internasional menemukan bahwa bila sebuah negara mampu mencapai tingkat konsumsi baja perkapita hingga 100 kg, maka pertumbuhan ekonomi negeri itu akan mencapai angka 7%. Artinya, saat ini posisi industri baja kita masih jauh dari mampu untuk ikut membantu meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi.

Padahal Indonesia telah mulai membangun Industri bajanya dan mulai berproduksi pada tahun 1970an,.. dengan kapasitas sekitar 2.5 juta TPA (Ton per Annum), bersamaan dengan Korea Selatan dengan kapasitas yang sama.

Saat iti total kapasitas Industri besi dan baja Korea Selatan sudah diatas 40juta TPA, sedangkan Indonesia masih jalan ditempat, disekitar 2-3 juta TPA. Apa yang salah??

Apa Indonesia memiliki Sumber Daya Alam Mineral Besi??

Secara hipotetis, amat banyak, milyar ton. Berupa Iron Sand (pasir besi) hipotetis SDA diperkirakan sekitar 600 juta Ton dan yang berupa Iron Ore (batu besi) sekitar 1.7 milyar Ton. (lihat data ESDM dibawah ini).

Dari seluruh total cadangan Hipotetis tersebut, kurang dari 1% yang telah diekplorasi secara detail dan telah tersertifikasi secara layak teknis dan berstandard internasional, menjadi cadangan terbukti, dan yang telah memiliki sovereign value sebagai asset nasional. Benar-benar “besi”..merupakan “harta karun” yang masih “terkubur” di bumi republik ini..!!???.

[caption id="attachment_102860" align="aligncenter" width="500" caption="SDA Mineral Logam Besi (Source ESDM)"][/caption]

SDA Indonesia yang berupa Iron Sand dan Iron Ore, sampai saat ini hanya ditambang secara sporadis tanpa adanya kelayakan teknis yang memadai, dan diekspor berupa bahan mentah belum siap pakai untuk industri baja, yang berupa konsentrat dengan kadar besi 40-50%, hanya dengan harga sekitar Rp 300-400/kg, dan industri baja Indonesia mengimpor besi kasar berupa iron pelet (besi kasar dengan kadar Fe sekitar 60-70%) dengan harga disekitar Rp 2000-3000/kg, dan pengrajin besi di Klaten harus membeli pig iron (besi kasr dengan kandungan Fe >90%),.. dengan harga sekitar Rp 5000-6000/kg,.. padahal di bumi pertiwi ini amat kaya akan potensi mineral besi?? Alangkah ironisnya..!

Ternyata ada suatu kelemahan yang amat mendasar pada Industri Besi dan Baja di tanah air kita, kita memiliki SDA yang secara hipotetis melimpah, dan kita memiliki Industri Baja dengan kapasitas 2.5juta TPA, tapi kita tidak memiliki „Iron Making Industry“ yang bisa membuat SDA mineral besi menjadi bahan baku yang siap pakai bagi Industri Baja,.. ada suatu “missink link“ pada Industri Dasar Besi dan Baja di Republik ini.

[caption id="attachment_102857" align="aligncenter" width="500" caption="Mata Rantai Industri Besi Baja - Missing Link (source BT File)"][/caption]

Diagram diatas menunjukkan adanya ‚“missink link“ pada industri besi dan baja nasional, dan bila dimasa depan Indonesia ingin melepaskan ketergantungan dari luar untuk logam dasar atau produk turunan besi dan baja dan pengadaan alat-alat produksi,.. mulai dari saat ini harus ada “political will“ untuk membangun suatu industri besi dan baja yang terintegrasi mulai dari mining, iron making dan steel making industry.

Dan ini semua membutuhkan investasi yang cukup mahal dimana untuk membangun integrated iron making industry (mulai dari mining development sampai ke iron making) dengan bahan baku 100% iron sand dan produk akhir berupa pig iron (kadar Fe>90%) dengan kapasitas 1 juta TPA akan membutuhkan investasi sekitar US$ 500-600juta (he..he.. hampir sama dengan nilai bail-outnya Century).

Tapi dengan membangun Integrated Iron making Industry dengan kapasitas 1 juta TPA, akan diperoleh benefit :

  • Bila harga produk bisa sama dengan international market, paling tidak akan menghemat biaya shipmen 1 juta ton x $ 70-80/Ton Per Tahun biaya shipment bila besi kasat harus diimpor dari Amerika Latin
  • Setiap 1 juta TPA kapsitas Iron making Industri akan menyerap tenaga kerja langsung 1000-2000 orang
  • Tumbuhnya perekonomian dan industri turunan disekitarnya, berarti akan menyumbang angka pertumbuhan nasional.
  • Besi dan baja adalah material yang bisa didaur ulang
  • Siapa pun yang mengembangkan, entah BUMN ataupun Swasta, pemerintah akan memperoleh pendapatan berupa royalty dan pajak-pajak sesuai dengan ketentuan undang undang
  • Menjadikan Besi dari „“harta karun“ yang tak memiliki nilai, terkubur tanpa arti dibawah bumi,.. menjadi suatu “national sovereign asset“ dan secara hipotetis harta karun ini amat berlimpah di Indonesia.

Berdasar potensi SDA mineral logam besi di negara ini, Indonesia memiliki potensi menjadi 5 besar penghasil produk „pig iron“ dunia, bila dimanfaatkan secara cerdas dan cerdik.. Indonesia memiliki potensi untuk bisa ikut mengontrol harga „pig iron“ dunia,.. dan bisa melepaskan diri dari ketergantungan akan pengadaan alat-alat produksi dari pihak luar.

Siapa yang harus melakukan investasi ??,.. siapa saja yang siap dan memilik kemauan menanamkan modal, memiliki modal dan siap menanggung semua resiko bisnis.. gak perduli kucing hitam atau kucing putih yang penting bisa nangkep tikus... yang diperlukan adalah political will dari yang namanya penguasa di negeri ini..!! Dan tugas siapapun yang berkuasa di negeri ini dan seluruh stake holder negara ini untuk menjaga dan mengamankan investasi ini, bagi masa depan bangsa.

Jakarta, 26 Maret 2006, wrote by Boedi Tjahjono – posted at Kompasiana.Com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun