Sektor konsumsi rumah tangga dapat diandalkan sebagai penggerak dan pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Peningkatan konsumsi itu akan mendorong adanya peningkatan kapasitas produksi. Selanjutnya, peningkatan kapasitas produksi akan menyerap tenaga kerja baru yang akan menyumbang kepada peningkatan pendapatan bagi masyarakat.
Giliran lanjutannya, peningkatan pendapatan masyarakat itu akan kembali berdampak dengan semakin meningkatkan kapasitas produksi.
Akibat lanjut dari semua itu secara keseluruhannya tentu akan merangsang tumbuhnya investasi baru.
Begitulah kata sebuah teori ekonomi yang terasa sangat masuk akal, mengingat Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk yang cukup besar.
Di banyak negara pun paket kebijakan yang bertujuan untuk memberikan stimulus ekonomi berupa keringanan pajak, penurunan suku bunga, dan lain sebagianya itu juga ditujukan untuk mendorong peningkatan konsumsi masyarakat.
Bahkan tak hanya sebagai pendorong pertumbuhan saja. Di banyak negara, kekuatan konsumsi domestiknya merupakan pilar utama dari kekokohan ekonomi nasionalnya.
Dan, teori itu memang terbukti. Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga telah memberikan sumbangan sebesar 2,8% terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2009 lalu yang mencapai 4,5%.
Berkait soal konsumsi ini, ada berita yang sangat menarik.
Di pusat perbelanjaan Senayan City, di hari kedua acara ‘Crocs Gives Back 2010’ telah terjadi antrean mengular yang sedemikian panjang, mulai dari lantai 1 sampai lantai 8.
Para pecinta sandal dan sepatu impor merk Crocs rela mengantre berjam-jam. Bahkan juga rela berdesak-desakan dan berebutan untuk untuk mendapatkan alas kaki produksinya Crocs Inc dengan harga murah.
Walau murah atau mahal itu relatif, namun sebenarnya juga tak bisa disebut murah. Mengingat harga alas kaki kreasinya George B Boedecker, Jr ini dijual dikisaran harga antara Rp. 100.000 sampai Rp. 350.000.
Menjadi disebut murah karena harga tersebut merupakan harga diskon dengan potongan harga sampai dengan 70% dari harga semulanya antara Rp. 350.000 sampai Rp. 900.000.
Pada tahun 2009, acara ini berhasil menjual sekitar 70.000 pasang sepatu dan sendal berbagai model dengan harga mulai Rp. 120.000 sampai Rp. 300.000 dengan total transaksi sekitar Rp. 18,6 miliar.
Pada tahun 2010 ini yang acaranya akan berlangsung selama lima hari, dari tanggal 15 sampai 19 Maret 2010, telah disiapkan 80.000 pasang alas kaki.
Sungguh menarik mengamati pelaksanaan acara ini, karena tak hanya akan melihat antrean panjang lengkap dengan jejeran deretan kereta bayi. Tapi juga melihat kereta bayi yang ikutan berzig-zag ditengah kerumunan pembeli yang saling berdesakan berebut barang.
Memang sungguh luar biasa besarnya potensi kekuatan konsumsi rakyat Indonesia.
Namun, apakah yang seperti ini maksud dari kekuatan konsumsi domestik sebagai salah satu pilar utama ekonomi nasional suatu negara ?.
Wallahualambishshawab.
*
Catatan Kaki :
Artikel yang berjudul ‘ Cukup 1 Riyal Saja ‘ klik di sini , dan yang berjudul ‘ Nyidam Menara Petronas ‘ klik di sini ,serta yang berjudul ‘ Kondom Bekas ‘ klik di sini ,dan yang berjudul ‘ Tujuh WNI Terkaya di Dunia ‘ klik di sini .
*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H