Mohon tunggu...
Rifky Pradana
Rifky Pradana Mohon Tunggu... -

Seseorang pria yang bukan termasuk golongannya rakyat 'Jelita', hanya seorang rakyat 'Jelata' saja, yang suka iseng, yang suka mengisi waktu nganggurnya untuk menghibur dirinya dengan membaca dan menuliskan uneg-unegnya yang dipostingkan di blog komunitas : Kompasiana, Politikana, serta di milis-milis yahoogroups.com : Forum Pembaca Kompas, Mediacare, Media Umat, Ekonomi Nasional, PPI-India, Indonesia Rising, Nongkrong Bareng Bareng, Wartawan Indonesia, Zamanku, Eramuslim, Sabili, Mencintai Islam, Syiar Islam, dengan nickname rifkyprdn@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Embrio 98-an Itu Telah Ada

29 Januari 2010   07:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:11 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="alignleft" width="125" caption="Ilustrasi"][/caption]

Membaca kisah ‘bandeng-telur’-nya Deasy Arien yang ditulis oleh Ingki Rinaldi, seakan melemparkan kenangan ke masa silam.

Kenangan lawas di tumpukan memori yang telah lewat lebih dari satu dasawarsa yang telah silam, saat Senayan dikepung lautan massa.

Saat itu, siapa yang menyangka, kumpulan bocah-bocah ingusan itu akhirnya mampu menumbangkan kekuasaan yang telah menggurita selama 30 tahunan ?.

Namun akhirnya, kenyataan membalikkan prediksi banyak orang. Lembaran sejarah pun mencatat, Presiden Soeharto harus lengser keprabon.

Kembali ke tulisan kisah ‘bandeng-telur’-nya Deasy Arien, seakan memberikan isyarat, embrio kembalinya kedigdayaan ‘bocah-bocah ingusan’ itu telah ada lagi, telah menjelma lagi.

Adakah embrio itu terpicu muncul lantaran sebab juga telah munculnya embrio dari reinkarnasinya gurita yang serupa ?.

Entahlah, masih banyak yang merasa yakin bahwa cengkeraman dan hujaman pilar-pilar penyangga kursi tahta kekuasaan masih terlampau kuat jika hanya dibongkar oleh tangan-tangan lemah si bocah-bocah ingusan.

Namun tulisan Sunardi Rinakit yang mengisahkan tentang bocah-bocah ingusan yang bergerombol menjadi kumpulanfenomena politiknya si ‘bocah-bocah nakal’, memperingatkan bahwa Presiden SBY akan semakin merana karena diganggu oleh bocah-bocah bandel tersebut.

‘…Nasution ketuk palu, Soekarno jatuh. Harmoko ketuk palu, Soeharto jatuh. Amien Rais ketuk palu, Gus Dur jatuh. Taufiq Kiemas ketuk palu, siapa jatuh…’ , begitu lantunan lagunya kumpulan si ‘bocah-bocah nakal’ yang telah membuat hatinya yang ditulis oleh Ingki Rinaldi menjadi miris dan kecut.

Kecut dan miris jugakah hatinya Presiden SBY ?.

Terlepas dari merasa miris dan kecut ataupun tidak, yang jelas, Ingki Rinaldi dalam tulisannya secara tersirat telah mengisyaratkan bahwa telah ada diantara anggota masyarakat Indonesia yang menyesalkan bahwa SBY-Boediono itu tidak satu hati, kata dan tindakan.

Seperti demontrasi ini saja, katanya boleh dan silahkan, tetapi teman-teman kami dari luar Jakarta, malah dilarang masuk Jakarta”, kata mereka.

Jadilah Deasy Arien dan seluruh anggota keluarganya bergabung dengan demontrasi itu, tanpa bayaran. Malahan mereka berswadana dan berswadaya membikin nasi bungkus lauk bandeng dan telur sebagai bekal makanan si anak-anak ingusan.

Kami ikut berdemontrasi lebih karena sudah capek dengan keadaan saat ini. Apalagi, berbagai skandal yang mulai terungkap, seperti kebijakan penalangan Bank Century dan perseteruan antara KPK dan Polri, makin bikin capek. Tetapi, Presiden malah rekaman lagu, terus beli pesawat kepresidenan”.

Ya, itulah ungkapan yang mewakili suara hati dari sebagian kalangan masyarakat yang tak tersuarakan. Mereka sudah capek, mereka ingin ada perubahan, mereka sudah tak puas dengan keadaan saat ini.

Saya ingin anak-cucu saya bias hidup lebih baik, itu saja. Jika itu sudah tercapai, saya mau tinggal di gunung, atau mati saja. Karena saya tak mau menyusahkan orang di usia tua”, kata seorang pensiunan pegawai Bank Indonesia yang turut menghantarkan si bocah-bocah ingusan menggerudug Senayan dan Istana pada hari Kamis kemarin, 28 Januari 2010.

Inikah pertanda embrio itu akan membesar menjadi janin, lalu lahir menjadi si jabang bayi ?.

Ataukah, embrio itu akan teraborsi lantaran si Penguasa akan segera menyumbat aliran gizi dari ibu rahimnya ?.

Akhirulkalam, kita yang disini hanya bisa turut menggumam 'Gusti Ora Nate Sare'.

Wallahualambishshawab.

*

Catatan Kaki :

  • Artikel ‘Bandeng-Telur versus Penguasa’ yang ditulis oleh Inki Rinaldi dan dimuat di Koran Kompas pada hari Jumat tanggal 29 Januari 2010, dapat dibaca dengan mengklik di sini.
  • Artikel ‘Bocah-Bocah Nakal’ yang ditulis oleh Sunardi Rinakit dan dimuat di Koran Kompas pada hari Kamis tanggal 28 Januari 2010, dapat dibaca dengan mengklik di sini.

*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun