Boediono yang saat ini menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia didepan publik selalu berpenampilan sederhana dan bersahaja.
Kehidupan kesehariannya pun menurut kabar juga tetaplah sederhana, meskipun beliau per tanggal 30 September 2009 mempunyai harta kekayaan senilai USD 16.000 dan Rp. 28.082.373.823 .
Walau begitu, ternyata jumlah harta kekayaannya Wapres Boediono yang senilai hampir mendekati Tiga Puluh Milyar Rupiah itu melebihi jumlah harta kekayaan miliknya Presiden SBY yang hanya senilai USD 269.730 dan Rp. 7.616 270.204 .
Jumlah harta kekayaan Wapres Boediono per tanggal 30 September 2009 itu terhitung naik lebih dari Enam Milyar Rupiah selama 6 bulan terakhir ini.
Sementara itu pada kurun waktu yang sama, selama 6 bulan terakhir ini, penambahan jumlah harta kekayaannya Presiden SBY hanya mencapai sekitar Rp. 1 Milyar saja.
Menurut penjelasan resmi, jumlah harta kekayaan Wapres Boediono yang selama 6 bulan terakhir ini hanya naik senilai USD 1.000 dan Rp. 6.000.000.000 itu, seluruhnya berasal dari tunjangan akhir jabatannya sebagai gubernur BI (Bank Indonesia).
Yopie Hidayat, Juru Bicara Wapres menuturkan bahwa saat Wapres Boediono mengundurkan diri dari jabatan gubernur BI, telah mendapatkan tunjangan rumah, penambahan gaji, dan tunjangan lainnya yang totalnya berjumlah Rp. 6 Milyar.
“Tidak ada yang istimewa. Seluruhnya berasal dari tunjangan akhir masa jabatan sebagai gubernur BI”, tambah Juru Bicara Wapres, pada hari Jumat tanggal 5 Maret 2010.
Namun menurut data LHKPN (Laporan Harta dan Kekayaan Penyelenggara Negara) kenaikan harta kekayaan Wapres Boediono itu berasal dari investasi surat berharga dan tabungan, giro atau setara kas.
Surat berharga milik Wapres Boediono itu pada bulan April 2009 bernilai sekitar Rp. 1,2 Milyar. Sementara itu pada bulan September 2009 telah naik menjadi bernilai sekitar Rp. 3,7 Milyar.
Giro dan harta setara kas lainnya milik Wapres Boediono pada bulan April 2009 bernilai sekitar USD 15 ribu dan Rp. 13,5 Milyar. Sementara itu pada bulan September 2009 telah naik menjadi bernilai sekitar dan USD 16.000 dan Rp. 16,8 Milyar.
Sementara itu menurut data per 24 Februari 2006, Wapres Boediono yang pernah menjabat sebagai Menko Perekonomian itu, saat sebelum menjabat sebagai Gubernur BI memiliki harta kekayaannya sejumlah Rp. 13.612.509.972.
Boediono dilantik menggantikan Burhanuddin Abdullah sebagai Gubernur BI pada 22 Mei 2008.
Selanjutnya, jumlah hartanya itu kemudian melonjak, menurut data per 31 Mei 2008 bertambah menjadi USD 10.000 dan Rp. 18.660.488.141.
Sedangkan menurut data LHKPN pada tahun lalu, menujukkan bahwa dalam satu tahun di tahun 2009 itu jumlah harta kekayaannya Wapres Boediono hanya meningkat sekitar Rp 3,4 Milyar saja.
“Dari 31 Mei 2008 , harta kekayaan Boediono meningkat dari Rp. 18,6 Miliar menjadi Rp. 22,06 Miliar atau setara dengan 18,3 persen”, kata Eko S Tjiptadi, Deputi Bidang Pencegahan KPK.
Kenaikan itu, menurut pelaporan resminya berasal dari Kenaikan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) sebesar Rp. 560 Juta, dan kenaikan surat berharga sekitar Rp. 600 Juta, serta kenaikan tabungan sebesar Rp. 2 Milyar.
Akhirulkalam, demikianlah secara sekilas serba serbi tentang Wapres Boediono yang sederhana dan bersahaja.
Sedemikian sederhana dan bersahaja sehingga sekalipun sudah berusia mencapai 67 tahun dan mempunyai kekayaan senilai hampir Rp. 30 Milyar masih belum menunaikan Rukun Islam yang kelima, yaitu menunaikan Ibadah Haji.
Wallahualambishshawab.
*
Catatan Kaki :
Artikel menarik lainnya yang antara lainnya berjudul “ Koalisi versi Virus Babi ?” dapat dibaca dengan mengklik di sini , dan yang berjudul “ Pintu Masuk KPK ke Skandal Century “ dapat dibaca dengan mengklik di sini , serta artikel menarik lainnya yang berjudul “ Tafsir Islam Subtansial ala Boediono “dapat dibaca dengan mengklik di sini , dan “ George Soros dan Boediono serta Musdah Mulia “dapat dibaca dengan mengklik di sini , serta artikel menarik lainnya yang berjudul“ Boediono dan Privatisasi BUMN “dapat dibaca dengan mengklik di sini , dan yang berjudul“ Sri Mulyani pewarisnya Boediono “dapat dibaca dengan mengklik di sini .
*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H