Mohon tunggu...
Rifky Pradana
Rifky Pradana Mohon Tunggu... -

Seseorang pria yang bukan termasuk golongannya rakyat 'Jelita', hanya seorang rakyat 'Jelata' saja, yang suka iseng, yang suka mengisi waktu nganggurnya untuk menghibur dirinya dengan membaca dan menuliskan uneg-unegnya yang dipostingkan di blog komunitas : Kompasiana, Politikana, serta di milis-milis yahoogroups.com : Forum Pembaca Kompas, Mediacare, Media Umat, Ekonomi Nasional, PPI-India, Indonesia Rising, Nongkrong Bareng Bareng, Wartawan Indonesia, Zamanku, Eramuslim, Sabili, Mencintai Islam, Syiar Islam, dengan nickname rifkyprdn@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Salaman ala Sunda

11 November 2010   18:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:41 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tifatul : Salaman gaya Sunda

Tidak ada yang salah dengan keyakinan tidak mau bersalaman dengan yang bukan muhrimnya, dan merupakan hak dirinya sepenuhnya untuk tidak mau bersalaman.

Namun, untuk menghindari debat saling bidah membidahkan yang saling mendholalahkan sehingga terkadang dapat menjadikan lupa bahwa konon katanya diantara para sahabat utama Rasulullah SAW pun pernah mengijtihadkan pelaksanaan ibadah yang dapat digolongkan sebagai bidah, juga untuk menghindari adu klaim mengklaim sebagai paling salaf sehingga terkadang menjadikan lupa bahwa konon katanya yang paling salaf adalah mereka para sahabat yang hidup sezaman dengan Rasulullah SAW dan para tabi’in  serta para Tabiut Tabiin, maka fiqih soal salaman tidak akan dibahas.

Termasuk juga tak akan dibahas soal fiqih salaman antara sesama jenis, salaman dengan yang berlawanan jenis kelamin, salaman sesudah sholat berjamaah, bahkan juga salaman yang mencium tangannya mereka yang dituakannya atau dihormatinya.

Disini yang akan dibahas adalah keterkaitan dari beberapa rangkaian kata atau kalimat, dimana antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya itu bisa saling berkaitan yang saling menjelaskan, namun juga bisa tidak saling berkaitan yang saling tidak menjelaskan, bahkan saling mengaburkan.

Kalimat pertamanya adalah : “… Sdh ditahan 2 tangan, eh bu michele nya nyodorin tangannya maju banget...kena deh. @unilubis jadi tersungging..:) …”

Kalimat keduanya adalah : “… Hmmm saya mulai faham poinnya, intinya ngiri aja ...”

Kalimat ketiganya adalah :“… situasi terdadak. Saya majukan dua tangan, seperti cara orang Sunda bersalaman. Dan terjadilah insiden salaman itu …”

Kalimat yang pertama itu barangkali bermaksud mengatakan ada rangkaian ketidak sengajaan yang dimulai dari awal prosesnya hingga berlanjut sampai ke akhir peristiwanya, namun dengan menyalahkan partnernya yang telah menjadi faktor penyebab utama sehingga peristiwa ketidaksengajaan itu harus terjadi.

Atau barangkali juga dapat diartikan ingin menyampaikan bahwa diawal prosesnya sesungguhnya tidak berniat melakukannya, namun karena partnernya terlalu maju yang lagi-lagi menyalahkan partner yang menjadi faktor penyebab utamanya sehingga menjadikan situasinya memaksa dirinya untuk melakukan itu.

Sedangkan di kalimat yang kedua itu barangkali dapat diartikan sebagai menuduh bahwa orang lain itu pada dasarnya hanya ngiri dengan sesuatu yang telah dilakukannya itu.

Bisa jadi ngiri karena sebenarnya ingin melakukan yang seperti itu namun tidak kesampaian karena tidak mempunyai kesempatan seperti yang dipunyainya.

Keterkaitan antara dua kalimat itu, barangkali adalah suatu kesimpulan soal orang lain yang ngiri terhadap ketidak sengajaan.

Namun, benarkah orang lainnya itu ngiri ?. Ataukah, ini jangan-jangan hanya suatu celetukan yang menandakan ada syak wasangka yang asal tuduh saja, padahal yang menuduh ngiri belum bertabayun kepada yang dituduhnya ?.

Lalu, di kalimat yang ketiga, faktor niat awal dan faktor keterpaksaan serta menyalahkan partnernya sebagai causa prima terjadinya peristiwa itu tak lagi ada.

Namun juga tak disampaikan faktor apa yang mengakibatkan peristiwa itu menjadi terpaksa terjadi.

Disini seakan penekanannya hanya soal cara salaman yang bahwasanya seperti itulah cara salaman yang khas salamannya orang Sunda.

Jika dilihat dengan seksama dari foto yang tersebut diatas, juga jika dicermati dari video rekamannya yang terlihat jelas keseluruhan rangkaian peristiwanya itu menjadikan patut untuk dipertanyakan, apakah memang begitu cara salaman yang khas salamannya orang Sunda ?.

Atau, jangan-jangan cara salaman yang diklaim sebagai khas orang Sunda itu merupakan bidah yang menyalahi pakemnya cara khas orang Sunda bersalaman ?.

Menurut anda, para pembaca yang budiman, sesungguhnya bagaimanakah cara salaman yang khas salamannya orang Sunda itu ?.

Wallahualambishshawab.

*

Foto ilustrasi dicopypaste dari  sini .

*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun