Sampai saat menit-menit akhir menjelang persis tengah malam, di hari Selasa, tanggal 26 Oktober 2010 pukul 00:25 WIB, keberadaan dan nasib mbah Maridjan masih belum diketahui.
Demikian yang diberitakan oleh sebuah situs berita online Detik.Com dalam rilisnya yang bertajuk ‘Kondisi Mbah Maridjan Simpang Siur, Rumahnya Terbakar Habis’.
Menurut penuturan beberapa orang termasuk anak lelakinya, posisi terakhir pada saat bakda Sholat Maghrib berjamaah, mbah Maridjan diketahui masih kukuh untuk berkeinginan tetap bertahan di desanya, dengan tetap berada di dalam masjid.
Keberadaan mbah Maridjan didalam masjid yang lokasinya berdekatan dengan rumah mbah Maridjan itu hanya ditemani oleh pengiring setianya.
Selepas itu, tak ada yang tahu keberadaan dan nasib mbah Maridjan. Teka-teki yang makin menjadi misteri, bahkan Kompas.Com menuliskan bahwa Sultan HB X pun juga tak tahu keberadaan dan nasibnya mbah Maridjan.
Setelah itu, tim evakuasi mencapai rumahnya mbah Maridjan yang dalam keadaan hancur terbakar.
Suasana disekitarnya mencekam, hawa terasa panas, masih ada titik api disana-sini. Banyak pohon bertumbangan dan serta hangus terbakar serta mayat-mayat yang bergelimpangan.
“Kondisi di Kinahrejo sangat parah, hampir semua rumah dan pohon-pohon roboh serta ketebalan abu mencapai lebih dari 10 sentimeter“, kata Miskan Nur Ikza, anggota Tim SAR Kabupaten Sleman, sebagaimana dikutip oleh Kompas.Com.
Tim evakuasi itu menemukan tak kurang dari 14 jenazah. Jenazah-jenazah itu dalam kondisi gosong, karena terbakar.
“Ada 4 jenazah ditemukan di dalam rumah Mbah Maridjan. Di sekitar rumah Mbah Maridjan, ada korban tewas sekitar 10 orang”, kata Kolonel (Laut) Pramono, pimpinan tim evakuasi yang menyisir rumah Mbah Maridjan.
Tim Danlanal yang beranggotakan 37 personil ini merupakan satu-satunya tim evakuasi yang berhasil mencapai rumah Mbah Maridjan.
Ditengah situasi yang demikian itu, seperti yang dikutip dari berita yang dirilis oleh Detik.Com maupun Kompas.Com memberitakan bahwa mbah Maridjan berhasil diketemukan dalam keadaan selamat walau kondisinya lemas.
“Mbah Maridjan selamat, tapi dalam kondisi lemas”, kata Kolonel (Laut) Pramono.
Namun Mbah Maridjan masih belum mau dibawa turun ke bawah. “Sekarang masih di atas”, tambah Kolonel (Laut) Pramono.
Sungguh sesuatu tekad mbah Maridjan yang tak masuk di akal, selain mencoba memahaminya dalam perspektif budaya Jawa.
Hangrungkepi momongane, setia sampai akhir kepada sesuatu yang dulu pernah diamanahkan oleh Sultan HB IX (almarhum) kepada mbah Maridjan.
Ataukah, tekadnya itu menyerupai semangat seorang prajurit dalam mengemban tugas yang dipercayakan kepadanya dimana ia tak akan meninggalkan pos yang harus dijaganya, walau nyawa yang harus jadi taruhannya ?.
Wallahualambishshawab.
*
Catatan kaki :
- Artikel lainnya dapat dibaca di : ‘Khalifah Wanita di Indonesia’ , ‘Yahudi bertawaf’ , ‘Kolonel Kutu Kupret Jilid Dua’ .
*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H