Mohon tunggu...
Rifky Pradana
Rifky Pradana Mohon Tunggu... -

Seseorang pria yang bukan termasuk golongannya rakyat 'Jelita', hanya seorang rakyat 'Jelata' saja, yang suka iseng, yang suka mengisi waktu nganggurnya untuk menghibur dirinya dengan membaca dan menuliskan uneg-unegnya yang dipostingkan di blog komunitas : Kompasiana, Politikana, serta di milis-milis yahoogroups.com : Forum Pembaca Kompas, Mediacare, Media Umat, Ekonomi Nasional, PPI-India, Indonesia Rising, Nongkrong Bareng Bareng, Wartawan Indonesia, Zamanku, Eramuslim, Sabili, Mencintai Islam, Syiar Islam, dengan nickname rifkyprdn@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Sepakbola Terlarang

26 April 2010   01:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:35 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangankan tingkat dunia, di tingkat Asean saja tak dapat menjadi yang nomer satu. Begitulah barangkali gambaran prestasi dunia persepakbolaan Indonesia di saat ini.

Walau prestasinya hanya sebegitu, tak berarti dunia sepakbola Indonesia kehilangan pendukung dan penggemar serta penikmatnya.

Klub-klub sepakbola di liga utama Indonesia semacam Persija, Persib, Persebaya, Persema, Arema, Sriwijaya, dan yang lainnya itu dalam soal penggemar dan pendukung fanatiknya tak kalah dengan klub-klub tingkat dunia semacam MU, Liverpol, Juventus, Barcelona, dan lain sebagainya.

Memang klub-klub anggota liga Indonesia belum mempunyai penggemar lintas negara, sebagaimana klub-klub anggota liga di negara-negara eropa.

Namun untuk tingkat domestik Indonesia, barisan para pendukung dari masing-masing klub itu secara kuantitas maupun kualitas kefanatikannya tidaklah bisa dipandang sebelah mata.

Jakmania sebagai salah satu misalnya. Organisasinya para penggemar dan pendukung fanatiknya klub Persija ini bahkan mempunyai website di internet.

Tak hanya itu, mereka juga rela bersusah payah turut bertandang ke kota lainnya saat klub kesayangan melakukan pertandingan tandang ke kandang lawan.

Lihatlah juga betapa atraktif dan bersemangatnya aksi-aksi dukungan yang mereka berikan dari tribun penonton di saat pemain-pemain bola dari klub kesayangannya sedang berlaga di tengah di tengah lapangan bola.

Tak hanya atraktif dan bersemangat, bahkan perasaan serta emosi mereka pun tak ketinggalan turut larut seirama denyut pertandingan yang sedang berlangsung.

Kalah atau menang, dan fair atau curangnya wasit pertandingan, serta pemain lawan bermain kasar dan tak sportif tak hanya menjadi urusan yang dapat menyulut emosinya para pemain yang sedang berlaga saja, namun juga sudah menjadi urusan dan dapat menyulut emosinya barisan pendukungnya juga.

Itulah beberapa titik kerawanan yang bisa ditimbulkan dari sebuah pertandingan liga utama di Indonesia.

Kerawanannya tak hanya sebatas itu, bisa juga timbul karena gesekan yang terjadi diantara dua barisan pendukung dari masing-masing klub yang sedang bertanding.

Jika emosi sudah meluap tak tertahan, maka bentrokan dan tawuran antar pendukung dua klub yang bertanding itu pun bisa terjadi karenanya.

Apabila semuanya bisa berjalan mulus dan terkendali sampai usai pertandingan tak berarti kerawanan menjadi usai. Saat perjalanan pulang dari stadion tempat pertandingan menuju ke markasnya atau ke rumahnya masing-masing, gesekan juga bisa terjadi antara para pendukung itu dengan warga masyarakat yang dilewatinya.

Semua itu bukan sekedar rekaan saja, namun merupakan fakta nyata. Masing-masing potensi kerawanan yang telah disebutkan diatas itu sudah seringkali terjadi.

Mungkin lantaran itulah maka baru-baru ini pada hari minggu menjelang pertandingan Persija melawan Persiba di gelora Bung Karno Jakarta, Polda Metro Jaya melakukan razia senjata tajam kepada para anggota Jakmania.

Hasilnya, diketemukan diantara suporter itu yang membawa berbagai senjata tajam dan beraneka barang lainnya yang berpotensi dijadikan senjata dalam baku hantam seperti tongkat kayu, batu bata, gear sepeda, ikat pinggang besi, dan lain sebagainya.

Sebuah upaya dari Polisi yang harus diapresiasi dan diakui cukup bagus. Mengingat akhir-akhir ini suasana di Indonesia lagi mudah tersulut emosinya.

Memang, menurut beberapa kalangan keadaan emosi masyarakat dari segala strata dan lapisan memang lagi mengkhawatirkan. Dimana semakin hari semakin terasa eskalasi peningkatan emosinya.

Di tengah suasana yang demikian itu, jika pemicunya tepat mengenai sasaran dan emosi masyarakat tak tertahan maka peristiwa semacam bentrokan Priok dan kerusuhan batam menjadi dapat berulang kembali. Bahkan bisa berulang dengan skala yang lebih besar.

Kembali ke soal razia Polisi terhadap para Jakmania, apakah setelah senjata disita kemudian bentrokan dan kerawanan menjadi sirna atau setidaknya bisa dihindarkan ?.

Ternyata tidak, sepulang mereka dari pertandingan dimana Persija berhasil dengan gemilang menang telak 3-0 atas Persiba itu, sebagian dari Jakmania terlibat tawuran dengan warga di daerah Bulak Kapal Bekasi.

Memang senjata tajam dan barang yang dapat dijadikan senjata sudah tak lagi dipunyainya lantaran disita oleh Polisi, namun di jalanan banyak barang lain yang dapat dijadikan senjata.

Jadilah perang batu antara Jakmania dengan warga masyarakat, yang berakhir dengan korban beberapa remaja anggota Jakmania mengalami luka di kepalanya.

Lalu, apakah sebaiknya untuk sementara ini sepakbola dinyatakan terlarang sampai situasi pengendalian emosi masyarakat kembali pulih normal seperti pada tahun-tahun sebelumnya ?.

Bisa jadi memang bisa dilakukan larangan seperti begitu.

Ditengah situasi masyarakat yang lagi rawan emosinya seperti sekatrang ini, daripada sepakbola menjadi titik picu yang bisa memprovokasi masyarakat, maka untuk sementara dinyatakan bahwa sepakbola menjadi terlarang.

Lalu, apakah kerawanan akan berhasil ditiadakan ?.

Tidak juga, kerawanan masih akan tetap ada jika akar masalahnya tetap dianggap tidak ada dan dikesampingkan.

Akar masalahnya sesungguhnya teramat jelas dan gamblang, masyarakat merasakan ada masalah di seputar aspek keadilan dan aspek kesejahteraan.

Itulah akar masalah mengapa emosi masyarakat menjadi mudah tersulut.

Maka di kedua aspek itulah yang perlu dengan segera dibenahi dan diperbaiki, jika menghendaki emosi masyarakat menjadi tidak lagi mudah tersulut.

Jika tetap saja di kedua aspek itu tak dibenahi dan diperbaiki dengan segera, jika bukan dari sepakbola pemicunya maka pemicunya bisa dari tawuran anak sekolah atau tawuran antar kampung atau hal-hal yang berjuta kemungkinan banyaknya.

Sebentar lagi tahun ajaran baru bagi anak sekolahan, sebagian kalangan masyarakat akan merasakan betapa mahalnya biaya menyekolahkan anak.

Sebentar lagi TDL (Tarif Dasar Listrik) akan dinaikkan, dan beberapa saat lagi BBM (Bahan Bakar Minyak) juga akan naik harganya disesuaikan dengan harga keekonomian, serta harga-harga kebutuhan hidup akan meningkat.

Disisi lain, kenaikan tingkat pendapatan masyarakat belum tentu akan naik dengan tingkat kenaikan yang seimbang dengan tingkat perongkosan kehidupannya.

Semua itu diyakini akan berkorelasi terhadap adanya peningkatan emosi masyarakat.

Akhirulkalamm semoga semua itu tidak benar.

Sehingga, semoga saja Indonesia dihindarkan dari bencana dan mara bahaya.

Wallahulambishshawab.

*

*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun