Israel Jaya, setelah menjalani perawatan intensif di ruang ICU (Intensive Care Unit) RSUD Tarakan, Gambir, Jakarta Pusat, akhirnya mengembuskan napas terakhir di RSUD Tarakan, pada hari Kamis sekitar pukul 06.30 WIB.
Jenazah anggota Satpol PP ini dari RSUD Tarakan dibawa dulu ke RS Cipto Mangunkusumo untuk keperluan otopsi, lalu disemayamkan di rumah duka Jl. Swadaya Nomer 79, Jatibening, Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat.
Dirumah duka, pelayat dari tetangga dan kalangan kerabatnya terus berdatangan untuk berdoa dan dinyanyikan dengan adat Batak.
Israel yang semasa hidupnya termasuk rajin beribadah minggu ke gereja ini rencananya akan dimakamkan di TPU Pondok Kelapa Jakarta Timur pada hari Jumat pukul 14.00 WIB.
Sementara itu, Pintauli Pangaribuan, ibundanya Israel Jaya tak hentinya menangis histeris disamping jenazah anak lelaki keduanya yang masih berstatus sebagai mahasiswa semester IV di Fakultas Hukum Universitas Mpu Tantular Jakarta.
Dengan meninggalnya Israel Jaya ini berarti sudah tiga orang anggota Satpol PP yang meninggal dunia akibat bentrokan Priok kemarin.
Sementara itu, dari pihak warga masih ada tiga orang yang sampai sekarang masih dirawat di ruang ICU RSUD Tarakan, mereka adalah Ade Supriyanto dan Wahidin serta Arman.
Berkait dengan namanya, Israel Jaya, salah seorang kerabatnya menuturkan bahwa pemberian nama tersebut mencerminkan sebuah negara yang besar ditimur tengah dengan harapan Israel Jaya akan menjadi orang besar yang berguna bagi bangsa dan negara.
“Mungkin karena negara Israel adalah sebuah negara yang besar dan suci. Orang tuanya berharap sang anak bisa tumbuh jadi orang besar dan suci”, kata salah seorang kerabat dekatnya itu.
Israel Jaya yang menjadi anggota Satpol PP sejak tahun 2005 ini berasal dari keluarga golongan ekonomi lemah.
Walau gaji Israel Jaya sebagai anggota Satpol PP itu relatif tak besar, namun ia merupakan salah satu penopang ekonomi keluarganya.
Mengingat ayahnya Israel Jaya hanyalah pensiunan pengemudi Bus PPD. Sedangkan ibunya membuka usaha kelontong di rumah sambil menerima jahitan.
Disamping kesedihan yang mendalam lantaran kehilangan anak dan kerabat yang dikasihinya, kehilangan salah satu penopang tentu merupakan tambahan pukulan yang cukup berarti bagi keluarganya Israel Jaya.
Demikian itu tentunya juga merupakan hal yang sama dengan deritanya para keluarga korban dari pihak warga.
Sungguh, siapapun dia dan dari pihak manapun dia, sebuah kehilangan memang berat bagi yang mengalaminya.
Akhirnya, semoga para jajaran pimpinan di birokrasi pemerintahan dapat mengambil hikmah dari bentrokan Priok ini.
Setiap kebijakan yang mereka putuskan berdasarkan wewenangnya, ada resiko yang harus ditanggung oleh pihak lainnya.
Resiko yang tak hanya akan ditanggung oleh pelaksananya di jajaran aparat bawahannya yang berpangkat rendah dan bergaji kecil dan pas-pasan kesejahteraan hidup. Namun, juga warga masyarakat biasa akan turut menanggung resikonya.
Sudahkah mereka mempertimbangkan hal itu di setiap akan memutuskan sebuah kebijakan ?.
Janganlah sampai kebijakan itu diambil karena tekanan dan pesanan dari kepentingan negara asing yang konon kabar rumornya menginginkan digusurnya komplek Gubah Al-Haddad itu.
Menurut kabar rumor, US Coast Guard menganggap komplek Gubah Al-Haddad itu sebagai titik rawan sehingga merupakan wilayah terbuka yang membuat kerawanan di implementasi ISPS (Internasional Ship and Port Fasility Security) Code.
ISPS Code ini dimunculkan sebagai reaksi serangan 11 September 2001 terhadap menara kembar World Trade Center dan pemboman truk tangki minyak Prancis Limburg.
Semoga rumor itu tidak benar.
Jika benar maka sungguh mengenaskan, sebuah kebijakan untuk kepentingannya negara asing yang harus dibayar dengan tumbal nyawa disertai pengorbanan jiwa raga harta benda dari saudara sebangsanya.
Wallahualambishshawab.
*
Catatan Kaki :
Artikel terkait Bentrokan Priok 2010 yang membahas peristiwa bentrokan Priok ini dapat berpotensi menjadi awal dari akan meledaknya kerusuhan sosial yang lebih besar dan lebih dahsyat lagi dapat dibaca dengan mengklik di “Jangan remehkan Priok” .
*
Sumber foto ilustrasi dicopy paste dari Kompas Images
*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H