Handphone di masa kini tak lagi hanya punya kartu garansi dari pabrikan yang hanya memberikan jaminan terbatas atas kerusakan tertentu saja.
Produk handphone atau biasa disebut juga dengan sebutan hape atau telepon seluler, kini juga mulai dilengkapi jaminan asuransi untuk memberikan jaminan dan perlindungan atas resiko lain diluar yang dijamin oleh garansi pabrikan.
Layaknya asuransi mobil, ada salah satu operator jaringan telepon seluler yang bekerjasama dengan sebuah perusahaan asuransi untuk memberikan asuransi model TLO (Total Loss) atas hape milik pelanggannya.
Asuransi TLO atas hape itu meliputi resiko kehilangan yang disebabkan oleh musibah kecopetan atau penjambretan ataupun perampokan.
Premi asuransinya cukup murah, hanya Rp. 5.500 untuk masa jaminan satu tahun.
Namun, layaknya persaingan di dunia bisnis. Langkah itu juga mulai diikuti oleh sebuah perusahaan asuransi lainnya.
Dan, tak tanggung-tanggung, asuransi yang diberikan dengan lingkup resiko semodel asuransi All Risk. Sehingga resiko yang ditanggung tak hanya sebatas kehilangan hape karena sebab dicopet atau dijambret atau dirampok.
Resiko pertanggungannya meliputi juga kerusakan karena sebab terjatuh atau tercelup air.
Premi pertahun yang dibayarkan memang menjadi sedikit lebih mahal, yaitu sebesar Rp. 12.000 atau 3% dari harga hape yang diasuransikannya itu.
Fenomena pemberian asuransi atas produk hape ini semakin menunjukkan betapa pasar domestik Indonesia memang menggiurkan.
Jika dilihat dari jumlah preminya memang kecil saja, hanya berkisar dinilai uang ribuan sampai puluhan ribu rupiah saja. Jauh lebih kecil dibandingkan premi atas produk otomotif atau properti yang nilai preminya bisa sampai dikisaran jutaan rupiah, bahkan puluhan juta rupiah.
Namun, jika dilihat dari jumlah pemakai hape, maka nilai bisnisnya cukup menjanjikan.
Saat ini, jumlah pemakai hape di Indonesia sudah lebih dari 40 juta orang atau sekitar 20% dari jumlah penduduk Indonesia.
Suatu jumlah yang sangat bisa jadi sudah lebih dari sepuluh kali lipatnya jumlah pengguna hape di Singapura sebagai salah satu misalnya.
Sehingga kalaupun ARPU (Average Revenue Per User) dari pemakai hape di Indonesia lebih rendah dibandingkan Singapura, tetapi jika jumlah pemakainya berlipat kali lebih banyak, maka potensi nilai ekonomi Indonesia sesungguhnya tidaklah lebih rendah dibandingkan Singapura.
Akhirulkalam, Memang sungguh luar biasa besarnya potensi kekuatan pasar domestik Indonesia.
Semoga potensi itu tak hanya terus menerus menjadi sekedar pasar yang dieksplotasi saja, namun potensi itu dapat dijelmakan dalam bentuk kesejahteraan hidup bagi seluruh rakyat Indonesia.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia masihkah menjadi visi dan misinya para perancang ekonomi nasional Indonesia ?.
Wallahualambishshawab.
*
Catatan kaki :
- Artikel terbaru bertema aturan lalulintas yang membahas kesalah kaprahan penggunaan lampu hazard dapat dibaca di ‘Salah Kaprah Lampu Hazard’ .
- Artikel menarik bertema ekonomi nasional yang membahas potensi ekonomi Indonesia ditilik dari besarnya kekuatan pasar domestiknya dapat dibaca di ‘Kedahsyatan Pasar Domestik Indonesia’ ,dan yang membahas kebijakan ekonomi yang gagal mengolah kekuatan potensi Indonesia dapat dibaca di ‘Indonesia Disetrum Malaysia’ ,serta yang membahas kebijakan pasar bebas antara Indonesia dengan RR China dapat dibaca di‘Kondom Bekas’.
*
Source gambar ilustrasi dari sini yang dicopy paste dari sini dan sini serta sini .
*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H