Mohon tunggu...
Rifky Pradana
Rifky Pradana Mohon Tunggu... -

Seseorang pria yang bukan termasuk golongannya rakyat 'Jelita', hanya seorang rakyat 'Jelata' saja, yang suka iseng, yang suka mengisi waktu nganggurnya untuk menghibur dirinya dengan membaca dan menuliskan uneg-unegnya yang dipostingkan di blog komunitas : Kompasiana, Politikana, serta di milis-milis yahoogroups.com : Forum Pembaca Kompas, Mediacare, Media Umat, Ekonomi Nasional, PPI-India, Indonesia Rising, Nongkrong Bareng Bareng, Wartawan Indonesia, Zamanku, Eramuslim, Sabili, Mencintai Islam, Syiar Islam, dengan nickname rifkyprdn@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Indonesia Disetrum Malaysia

18 Maret 2010   10:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:20 2113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia dan Malaysia itu seringkali disebut sebagai dua bangsa yang serumpun.

Makna dari bangsa serumpun ini biasanya secara umum diartikan bahwa walau berbeda negara namun pada hakikatnya dua bangsa ini berasal dari satu garis keturunan yang sama, atau setidaknya mempunyai akar budaya yang nyaris sama.

Dan seyogyanya dua bangsa yang serumpun itu hidup berdampingan dalam naungan kerukunan yang harmonis.

Syukur-syukur jika disamping rukun dan harmonis, juga bisa hidup berdampingan dalam tingkat kesejahteraan dan kemakmuran yang setaraf dan setara.

Perihal kerukunan dan keharmonisan antar dua bangsa ini, pada masa lalu pernah ada acara televisi yang bernama ‘Titian Muhibah’.

Acara yang ditayangkan oleh TVRI ini merupakan kerjasama antara Indonesia dengan Malaysia yang menampilkan artis dari kedua negara pada panggung acara bersama.

Sayangnya, pada zaman sekarang ini dimana stasiun televisi sudah semakin bertambah sedemikian banyak, malahan tak ada lagi acara yang senada dan senuansa dengan acara titian muhibah tersebut.

Namun, di zaman sekarang ini tentunya bukan tak ada sama sekali program kerjasama antara Indonesia dengan Malaysia dalam mengupayakan bersama hidup berdampingan dalam naungan kerukunan yang harmonis.

Bahkan, mungkin kerjasama antara Indonesia dengan Malaysia itu juga merambah ke sektor-sektor lainnya yang berkait erat dengan program peningkatan taraf kesejahteraan dan kemakmuran kehidupan rakyat di kedua negara agar setaraf dan setara.

Salah satu misalnya, di sektor energi dan listrik.

Sebagaimana diketahui, masih banyak wilayah Indonesia yang berada di dekat perbatasan dengan wilayah Malaysia, belum mendapatkan pasokan aliran listrik secara memadai.

Provinsi Kalbar (Kalimantan Barat) sebagai misalnya. Di wilayah ini terjadi defisit atau kekurangan pasokan energi listrik.

Berkait dengan itu maka PT. PLN (Perusahaan Listrik Negara) wilayah Kalbar menambah pembelian listrik dari perusahaan listrik Malaysia, Serawak Energy Berhad.

Selama ini, PT. PLN wilayah Kalbar sudah mendapatkan pasokan listrik dari Malaysia dengan daya sebesar 600 KVA.

Pasokan listrik yang selama ini telah dipasok oleh Malaysia itu sudah dinikmati oleh rakyat Indonesia yang berada di Kalimantan Barat, seperti diantaranya di Sambas sebesar 200 KVA dan Kapuas Hulu 400 KVA.

Pembelian baru dari Malaysia dengan tambahan pasokan daya sebesar 250 KVA itu dialirkan ke sistem interkoneksi Kalbar, selanjutnya dipakai untuk memenuhi kebutuhan listrik rakyat Indonesia yang berada di wilayah dekat perbatasan.

Daya listrik sebesar 250 KVA itu akan diperuntukkan bagi Entikong sebesar 150 KVA, sementara untuk Bengkayang sebesar 100 KVA.

Disamping itu, tambahan pasokan listrik dari Malaysia itu juga akan dipakai untuk mengurangi defisit daya yang dialami PT. PLN wilayah Kalbar pada saat beban puncak.

Di soal harga, Indonesia membeli listrik dari Malaysia dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan harga listrik yang selama ini diproduksi oleh PT. PLN dari pembangkit tenaga diesel yang ada di wilayah Kalbar.

Biaya produksi listrik PT. PLN dari pembangkit tenaga diesel itu sebesar Rp 2.298,13 per Kwh sampai dengan Rp. 3.100 per Kwh. Sedangkan harga beli listrik dari Malaysia hanya sebesar 30 sampai 40 sen ringgit Malaysia per Kwh, atau sekitar Rp. 820 per KWh sampai Rp. 900 per Kwh.

Saat ini juga sedang dilaksanakan pembangunan interkoneksi listrik tegangan 275 KVA dari Sabah dan Serawak yang diperkirakan akan siap pada tahun 2012 mendatang.

Pada masa mendatang, diperkirakan impor listrik Indonesia dari Sabah dan Serawak akan mencapai sekitar 100 Mega Watt.

Dengan adanya kerjasama antara Indonesia dengan Malaysia ini, maka diharapkan secara perlahan-lahan akan mengakibatkan taraf kesejahteraan dan kemakmuran kehidupan rakyat Indonesia yang berada di Kalimatan Barat akan menjadi setaraf dan setara dengan rakyat Malaysia yang berada di Sabah dan Serawak.

Paling tidak dalam waktu dekat ini pelayanan listrik bagi rakyat Malaysia yang berada di Sabah dan Serawak menjadi tak jauh beda dengan rakyat Indonesia yang berada di Kalimantan Barat.

Mengingat selama ini rakyat Malaysia yang berada di Sabah dan Serawak menikmati pelayanan listrik selama 24 jam setiap harinya. Sedangkan sebagian besar rakyat Indonesia yang berada di Kalimatan Barat hanya menikmati pelayanan listrik selama 12 jam setiap harinya dari pukul 17.00 sore sampai pukul 06.00 pagi.

Dimasa mendatang, program yang seperti ini nantinya tak hanya akan dinikmati oleh rakyat Indonesia di Kalimantan Barat saja. Namun juga rakyat Indonesia di belahan wilayah lainnya, seperti di Sumatera sebagai misalnya.

Saat ini, PT.PLN dan TNB (Tenaga Nasional Berhad) juga sedang bekerjasama dalam pembangunan jaringan interkoneksi 600 Megawatt yang akan menghubungkan antara Malaysia dengan Sumatera.

Jaringan interkoneksi ini merupakan bagian dari proyek transmisi listrik Asean (Asean Power Grid) yang nantinya akan meningkatkan keandalan pasokan listrik bagi rakyat Indonesia yang berada di Pulau Sumatera.

Penyambungan sistem kelistrikan itu akan menggunakan kabel bawah laut 250 KV sepanjang kurang lebih 200 kilometer, dan dua set kabel bawah laut masing-masing 57 kilometer.

Proyek pembangunan ini didukung dan dibantu secara penuh oleh ADB (Asian Development Bank), dan Bank Dunia, serta JICA (Japan Internasional Coorporation Agency).

Proyek pembangunan interkoneksi Malaysia dengan Sumatera yang diharapkan sudah beroperasi pada tahun 2015 itu nantinya pada tahun 2016 juga akan dihubungkan dengan sistem interkoneksi Sumatera dengan Jawa.

Selanjutnya juga akan dikoneksikan dengan Bali. Dengan demikian maka diharapkan rakyat Indonesia di Sumatera dan Jawa serta Bali itu taraf kesejahteraan dan kemakmuran kehidupannya akan menjadi setaraf dan setara dengan rakyat Malaysia.

Saat ini, konon menurut kabar, rata-rata tarif langganan listrik di Malaysia sekitar 31 sen ringgit Malaysia per Kwh, sedangkan untuk pelanggan 200 kwh ke bawah tarifnya sekitar 21 sen ringgit Malaysia per Kwh.

Sementara itu terhadap pelanggan industri diberikan tarif khusus dengan maksud untuk mendorong kemampuan positif bagi berbagai industri, agar memberikan nilai tambah produk atau jasa yang kemudian akan memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi Malaysia.

Konon pula, kabarnya tarif dasar listrik di Indonesia yang rata-rata sekitar US$ 6,5 sen per KWh itu merupakan tarif termahal kedua di kawasan negara-negara ASEAN.

Menurut rumor, tarif listrik di Filipina itu sekitar US$ 7,3 sen per KWh, lalu Malaysia sekitar US$ 6,2 sen per KWh, Thailand sekitar US$ 6,0 sen per KWh, Vietnam sekitar US$ 5,2 sen per KWh.

Berkait dengan tarif ini, walau Menteri ESDM, Darwin Zahedy Saleh, pada akhir bulan Januari 2010 pernah membantah pemerintah akan menaikan tarif dasar listrik (TDL) dalam waktu dekat ini karena pemerintah masih prihatin terhadap kondisi kemampuan daya beli masyarakat yang masih rendah.

Tidak benar TDL (Tarif Dasar Listrik) akan dinaikkan dalam waktu dekat ini, apalagi bila kita mencermati daya beli sebahagian rakyat kita masih terbatas”, kata Darwin Zahedy Saleh.

Disamping itu, Menko Perekonomian, Hatta Rajasa, pada pertengahan bulan Januari 2010 juga pernah mengatakan hal yang senada.

Hatta Rajasa memastikan bahwa pemerintah tidak akan ada kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) dan TDL (Tarif Dasar Listrik) pada tahun 2010 meskipun harga minyak dunia saat ini masih berfluktuasi.

Dan, walau dengan tidak adanya kenaikan TDL tersebut akan membuat beban subsidi makin berat, akan tetapi potensi tambahan beban subsidi itu masih akan bisa di-cover oleh APBN.

Hatta juga menegaskan bahwa dibandingkan dengan menaikkan TDL, pemerintah akan lebih fokus kepada upaya membenahi sektor kelistrikan secara menyeluruh dimulai dari PLN.

Sebagaimana diketahui, tarif listrik itu selain dipengaruhi oleh biaya produksi yang berkaitan dengan jenis pembangkit dan efesiensinya, juga dipengaruhi oleh angka susut. Konon, angka susut yang terjadi di PLN masih sangat tinggi, diatas 10%.

Disamping itu, kenaikan tarif listrik itu juga berkaitan dengan daya saing industri di suatu negara. Tarif listrik yang tinggi tentunya akan menyebabkan biaya produksi dari barang yang dihasilkan oleh industri menjadi mahal.

Selanjutnya hal itu akan membuat daya saing industri di negara itu menjadi lebih lemah dibandingkan di negara yang tarif listriknya lebih murah.

Konon menurut kabar, Malaysia pada tahun lalu sempat berencana untuk menurunkan tarif listriknya bagi pelanggan domestiknya dengan penurunan sebesar rata-rata 3,7 %, dan pelanggan komersial sebesar 2,7%, serta pelanggan industri sebesar 5%.

Berkait dengan tarif listrik dengan daya saing industri ini, Menteri Perindustrian, MS Hidayat, pada bulan Nopember 2009 pernah mengatakan bahwa tarif listrik di Indonesia saat ini paling tinggi di antara negara-negara anggota ASEAN.

MS Hidayat mengharapkan untuk ke depan harga listrik menjadi kompetitif. Sebab hal itu akan mempengaruhi daya saing industri dalam negeri saat diberlakukannya Free Trade Agreement ASEAN.

Soal daya ini, menurutnya di bidang tekstil sekarang ini industri dalam negeri Indonesia sudah kalah bersaing dengan RR China.

Namun, apa hendak dikata, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, pada pertengahan bulan Maret 2010 sudah memastikan bahwa TDL akan naik pada Juli 2010 dengan kenaikan sebesar 15 persen.

Konon menurut beberapa kalangan, kenaikan TDL itu berkaitan dengan keinginan pemerintah untuk menaikkan tingkat margin penerimaan PT. PLN di bidang tanggung jawab pelayanan publik sektor listrik dari 5% di APBN 2010 menjadi 8% pada APBN-P 2010.

Oleh sebab itu, pemerintah menaikan TDL sebesar 15% agar dapat mengalihkan sebagian dana subsidi listrik untuk membiayai kenaikan tingkat margin penerimaan PLN di bidang tanggung jawab pelayanan publik sektor listrik yang sebesar 3% itu.

Dimana dengan tingkat margin yang telah naik menjadi 8% itu dapat dipakai PT. PLN untuk membiayai bunga dan pengembalian pinjaman dari investasi pembangunan pembangkit yang baru.

Selanjutnya dengan adanya pembangkit yang baru itu akan mengurangi bahkan diharapkan dapat menghilangkan defisit pasokan listrik, sehingga dapat mendorong semakin lajunya gerak roda pembangunan yang berkesinambungan dan berkelanjutan.

Giliran akhirnya, laju pembangunan itu dapat menaikkan taraf kesejahteraan dan kemakmuran kehidupannya rakyat Indonesia.

Akhirulkalam, jika dilihat dari perbandingan pendapatan perkapitanya maka saat ini taraf kesejahteraan dan kemakmuran kehidupannya rakyat Indonesia berada di bawahnya taraf kesejahteraan dan kemakmuran kehidupannya rakyat Malaysia.

Apakah karena itu maka tarif listrik di Indonesia masih lebih mahal dibandingkan tarif listrik di Malaysia ?.

Apakah dengan kenaikan tarif listrik ini maka dapat mempercepat taraf kesejahteraan dan kemakmuran kehidupannya rakyat Indonesia menjadi setaraf dan setara dengan rakyat Malaysia ?.

Apakah setelah mempercepat taraf kesejahteraan dan kemakmuran kehidupannya rakyat Indonesia menjadi setaraf dan setara dengan rakyat Malaysia maka nantinya akan membuat tarif listrik di Indonesia menjadi lebih murah dibandingkan tarif listrik di Malaysia ?.

Wallahulambishsawab.

*

Artikel-artikel terkait :

*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun