Ruhut Sitompul, politisi yang juga terkenal sebagai pemeran Poltak dalam sinetron yang berjudulGerhana, memang pantas digelari sebagai pembuat berita dan sensasi.
Baru-baru ini, politisi dari partai Demokrat ini di arena Pansus Hak Angket Skandal Bank Century, sempat mempopulerkan kata ‘Bangsat’, lantaran perseteruannya dengan Gayus Lumbuun, politisi dari partai PDIP.
Kemarin, Ruhut Sitompul yang pernah aktif di partai Golkar ini, kembali membuat berita dengan statemen dimana Robert Tantular seharusnya berterimakasih kepada mantan Wakil Presiden JK (Jusuf Kalla).
Statemen itu dimunculkan oleh Ruhut Sitompul saat Robert Tantular di depan sidang Pansus Hak Angket Skandal Bank Century menyatakan kekesalannya perihal perintah Wapres waktu itu, Jusuf Kalla, untuk menangkap dirinya.
Menanggapi kekesalan mantan pemilik Bank Century ini, Ruhut Sitompul mengatakan bahwa Robert Tantular seharusnya berterimakasih kepada Jusuf Kalla.
“Kebayang apabila kalau saudara tidak ditangkap, fakta-fakta sekarang sudah lengkap dikumpulkan polisi. Bayangkan berapa tahun saudara dipenjara ?”, tanya Ruhut Sitompul.
Ruhut mengatakan bahwa hukuman yang diterima Robert Tantular sangatlah ringan. Hukuman terhadap Robert Tantular justru akan lebih berat apabila Robert Tantular baru dipenjarakan saat sekarang ini, dimana lebih banyak lagi fakta-fakta yang memberatkan dirinya.
“Hukuman anda dengan maling ayam, beda-beda tipis. Jadi anda harus berterima kasih dengan Jusuf Kalla”, kata Ruhut Sitompul.
Selanjutnya Ruhut mengatakan bahwa hal ini dikarenakan terlalu cepatnya proses hukum yang dijalani yang bersangkutan. “Ternyata tidak selalu lebih cepat lebih baik”, kata Ruhut Sitompul.
Berkait dengan statemen Ruhut Sitompul itu, apakah berarti partai Demokrat menganut faham bahwa perampok bank semacam Robert Tantular sebaiknya tidak cepat-cepat ditangkap agar mempunyai kesempatan melarikan diri ke luar negeri ?.
Terlepas dari bagaimana sikap sesungguhnya dari partai Demokrat, yang jelas Ruhut Sitompul, anggota komisi III dari fraksi partai Demokrat ini benar-benar pantas digelari sebagai pembuat berita ?, atau sebagai pembuat sensasi ?.
Wallahualambishshawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H