Dalang dan otak dari pembunuhan berencana atas Nasrudin Zulkarnaen, begitulah tuduhan yang saat ini ditujukan bagi Antasari Azhar, mantan ketua KPK. Sebelum kasus menghebohkan ini menjadikannya sebagai terdakwa, pria kelahiran Pangkal Pinang, Bangka, pada tanggal 18 Maret 1953 ini sempat sangat melejit namanya. Hampir seluruh media massa, saat kurun waktu itu menjadikannya sumber dan bahan berita lantaran kiprahnya dalam memimpin KPK. Masyarakat heboh, kasus demi kasus dikuak tabirnya oleh gebrakan KPK. Berbagai kalangan, mulai dari oknum politisi sampai oknum aparat penegak hukum diseret oleh KPK sebagai tersangka yang selanjutnya didudukkan sebagai terdakwa di depan meja hijau. Perhatian masyarakat terbetot, tersentak kesadarannya oleh rentetan terkuaknya kasus demi kasus yang dibeberkan oleh hasil kerja penyelidikannya KPK. Setelah pada waktu era sebelumnya, masyarakat seolah putus asa dalam mencari cara memberantas praktik korupsi menjadi terbangkitkan harapannya lantaran gebrakan-gebarakannya KPK itu. Berbagai model dan cara dalam melakukan praktik suap dan korupsi, ditelanjangi oleh KPK. Kiprah kerja KPK yang main hantam kromo itu, membuat masyarakat menjadi seolah melihat cahaya terang di ujung lorong panjang yang gelap. Seolah hampir tak ada kalangan yang tabu untuk dijamah KPK. Bahkan besannya Presiden SBY pun tak luput dari jangkauan tangannya KPK. Masyarakat pun menjadi semakin menggelembung asa dan harapannya. Pemberantasan korupsi kemudian menjadi tema dan jargon yang paling seksi dan paling menghipnotis semua kalangan masyarakat. Di saat euphoria yang seperti itu, konon menurut kabar rumor yang spekulatif dan tak jelas dari mana sumbernya serta tentunya tak dapat dipertanggungjawabkan validitas kebenaran kabarnya. Kabar itu menyebutkan bahwa secara diam-diam namun sistematis pihak kubu Megawati Soekarnowati sedang menyusun rencana untuk menjadikan Antasari Azhar sebagai Cawapresnya di Pilpres 2009. Jika berita itu benar, maka siapapun pencetus idenya, pantas diacungi jempol sebagai jeli dan cerdas serta brilian. Namun terlepas dari perdebatan benar atau tidaknya berita itu, yang jelas saat ini Antasari Azhar sedang terpuruk, ibarat sudah jatuh masih tertimpa tangga, diberhentikan dari jabatannya sebagai Ketua KPK dan menjadi pesakitan di kursi terdakwa. Berbagai bukti dipaparkan di depan pengadilan tentang keterlibatan Antasari Azhar sebagai dalang dan otak dari sebuah kasus pembunuhan berencana, yang konon dipicu oleh affair asmara Antasari Azhar dengan Rani Juliani, istri kedua yang dinikahi secara sirri oleh Nasrudin Zulkarnaen, sang korban pembunuhan. Begitulah, jika tak berhati-hati dalam meniti terjalnya jalan kehidupan, maka manusia akan menderita karena salah urus tergelincir dalam soal Harta dan Tahta serta Wanita. Tak hanya diri pribadi saja yang akan tertimpa ruwetnya masalah itu, bahkan istri dan anak keturunannya dapat terseret ikut terkena getahnya. Jika sudah begitu, lalu mengapa kita masih juga sombong dan berbangga diri ?. Padahal sudah banyak bukti yang sangat nyata dan tak terbantahkan, bahwa sesungguhnya manusia itu mahkluk yang teramat lemah dan secara hakikatnya tiada punya kekuatan daya upaya sama sekali, terkecuali atas izin dan pertolongan serta bantuan dari-Nya. Semoga, Allah SWT senantiasa memberikan kepada kita kesadaran dan kekuatan serta kemampuan untuk senantiasa eling dan waspada. Amien, Allahumma Amien Ya Karim.
Wallahulambishshawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H