Mohon tunggu...
bocah larangan
bocah larangan Mohon Tunggu... -

BUKAN PENDAHULUAN Karena NOL yang biasa digunakan untuk Mengawali hitungan sudah diambil oleh si PANDAI Kini jatah-ku, dan Anda, adalah SATU Itu-pun bila Anda mau mengambil dan menyimpan-nya Bila tidak aku kan tetap sabar menunggu mereka yang mau menggantikan Anda. Sebagai orang yang kalah pandai Hanya bisa berharap bahwa pada akhir segala sesuatu Aku dan sahabat baru, Akan dibagi NOL Oleh si PANDAI Bukan sebagai PENDAHULAN Melainkan sebagai AWAL sampai AKHIR vilayat_1khan@ymail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Si Black Mulang (Mengajarkan) Kebijaksanaan

9 Agustus 2010   00:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:12 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Iklas yang cerdas

Rabu pagi rupanya hari yang kurang menguntungkan bagi si black (sebuah nama panggilan untuk salah seorang teman joker) dipanggil black karena memang dia mempunyai tubuh yang legam karena setiap hari terbakar oleh sengatan sinar matahari. karena dipagi hari ini tidak seperti biasa. Pagi yang biasanya cerah kini telah ditutupi oleh mendung, yang menandakan hujan akan segara turun. Kendati black tau dirinya tidak diuntungkan oleh cuaca, tapi tidak membuatnya patah semangat untuk melakukan aktifitas harianya yaitu mencari rumput untuk memberi makan kambing-kambing peliharaanya. Yah habis mau gimana lagi memang sudah pekerjaan saya mencari rumput untuk empan kambing (makan kambing), kalau bukan aku mau siapa lagi?. Demikianlah yang terlintas di benak black yang berusaha untuk iklas didalam mengerjakan tugas rutin hariannya. Dia menganggap apapun pekerjaan dan status sosial manusia, hanyalah peranan yang diberikan oleh sang sutradara hidup, yaitu Tuhan

Sebuah sikap hidup yang luar biasa, “nerimo” menunjukan kerendahan hati, mawas diri, tidak brangasan, sikap seperti inilah yang seharusnya dimiliki oleh para wakil rakyat kita di senayan sana. Tau diri, bukanya dipercaya jadi wakil sama siblack, malah ngebos, “bertingkah seperti bos” tidak sadar sesungguhnya siapa bos mereka, apa perlu siblack berteriak “bosnya ini ya saya” rakyat cilik yang ada dalam Negara kesatuan republic Indonesia “dudu koe” bukan anda, tugas anda ya kerja yang baik membuat undang-undang yang berpihak pada bos “rakyat” sebegai pemilik, kalau sudah kerja dengan baik nanti bos senang, simpati, kalau bos sudah simpati nanti anda dapat gaji yang layak dengan pekerjaan yang telah dilakukan.

Tidak seperti sekarang, baru dipercaya jadi wakil wis gembelengan “bandel” minta gaji besar, minta fasilitas ini itu, semuanya sudah diberikan, mobil dinas, uang tunjangan tetek bengek, sampai laptop, dengan maksud supaya dapat bekerja dengan baik, eh.. malah mbalelo, asset Negara masih digasak juga, rame-rame pada korupsi “colectif corupsion”, rame-rame pada jadi tikus menggerogoti harta rakyat, aspal dimakan, hutan dimakan, sampe dermaga juga dimakan, minumnya lautan dan peluh orang “rakyat” itu kata bang Iwan Fals dan Doel Sumbang yang jauh-jauh hari sudah mengkritik habis kelakuan para orang-orang kampungan disana (melalui salah satu lirik lagunya) yang mengaku dirinya orang elit------wong pesuruh rakyat ko elit, elit apanya, dasar tidak tau diri, apa tidak malu sama siblack, sesungguhnya dia (Black) itu bos, salah satu pemilik Negara kesatuan republik Indonesia, tapi mawas diri, ora kaya koe---tidak kaya anda sebagian wakil rakyat. Iya sebagian. tidak semuanya! Tapi banyak.

Black tidak pernah mengeluh, kendati di dalam mencari uang untuk menggaji wakilnya, dengan peras keringat dan banting tulang, dalam keadaan hujan deras dia tidak lupa tanggung jawabnya mencari rumput untuk empan kambing-kambing peliharaanya, dengan harapan kambingnya gemuk-gemuk, nanti dapat berkembang biak, dan dapat dijual dengan harga yang mahal, hasil dari jualan kambing dapat digunakan untuk menghidupi keluarganya “anak istri, ibu dan bapaknya” sebagian untuk gaji wakilnya. Melalui pajak. Kendati wakilnya sudah sering menyakiti-nya, tapi dia tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai salah satu bos di Negara kita ini. Walau-pun pada hakikatnya tidak ada bos dan tidak ada pesuruh. Tidak ada yang harus menguasai dan dikuasai. Kenapa mesti merasa paling berkuasa. Wong Negara ini hanya titipan amanah Tuhan yang diberikan kepada manusia.

Sikap seperti black-lah yang sesungguhnya dibutuhkan oleh bangsa kita, sikap rendah hati, mawas diri, penuh tanggung jawab. Ini yang yang dinamakan iklas. Bukan sikap hidup yang fatalis, pasrah tidak mau berusaha, sudah tau pengangguran, lontang-lantung maunya hidup enak, makan enak, tidak ada uang buat senang-senang, lalu mencuri milik orang lain, tipu sana tipu sini, sudah tidak ada yang bisa diakali, tidak ada yang bisa ditipu lagi, lalu memilih bunuh diri seperti yang sedang marak diberitakan di televisi, alasan buat biaya sekolah, motor orang digasak, rumah orang dibobol, yang muda maling, yang tua rampok, yang sudah uzur cabul, tidak ada barang yang bisa disikat, kehormatan perempuan-pun jadi, pemerkosaan marak dimana-mana, sampe-sampe anak-anak ingusan ikut menjadi korban pencabulan, fenomena seperti ini sebenarnya yang benar-benar sesat dan menyesatkan lebih parah sesatnya dari Ahmadiyah dan Lia Aminudin/eden, keduanya hanya mengaku nabi dan malaikat jibril. Sebenarnya asalkan kita tidak mempercayainya ya-sudah selesai urusan, tidak ada yang bisa disesatkan, dan tidak ada yang dirugikan.

Bila sudah demikian rasanya perlu belajar kepada black, karena dia tahu jati dirinya sebagai manusia, dia tau anugerah Tuhan yang berupa hidup, dia gunakan untuk membantu Negara, untuk membantu sesama, minimal tidak menjadi beban orang lain, apalagi beban Negara. Dia selalu berusaha iklas dalam menjalani proses hidup, mau berperan jadi tukang cari rumput, tukang sapu, bahkan tukang pijat kaki orang kaya kek, black tidak peduli yang penting tidak merugikan orang lain, bahkan yang dilakukannya membuat orang lain senang lalu diapun senang karena dapat uang, dan sudah membuat orang lain puas tersenyum gembira. Bukan tidak mungkin bila sikap hidup iklas dalam menjalankan peranan kehidupan terus dipelihara, kelak kita akan mengetahui tujuan hidupnya dengan pasti, tanpa nyasar nyusur, karena jalan kembali kepada Tuhan akan dibentangkan seluas-luasnya bagi orang yang istikomah dalam menjalankan ilmu iklas. Itulah takwa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun