Mohon tunggu...
bocah larangan
bocah larangan Mohon Tunggu... -

BUKAN PENDAHULUAN Karena NOL yang biasa digunakan untuk Mengawali hitungan sudah diambil oleh si PANDAI Kini jatah-ku, dan Anda, adalah SATU Itu-pun bila Anda mau mengambil dan menyimpan-nya Bila tidak aku kan tetap sabar menunggu mereka yang mau menggantikan Anda. Sebagai orang yang kalah pandai Hanya bisa berharap bahwa pada akhir segala sesuatu Aku dan sahabat baru, Akan dibagi NOL Oleh si PANDAI Bukan sebagai PENDAHULAN Melainkan sebagai AWAL sampai AKHIR vilayat_1khan@ymail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

pendusta agama

14 Agustus 2010   02:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:03 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebagai pribadi muslim, yang menginginkan kebijaksanaan hidup. tentu saja kita harus menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber ajaran, agar kita dapat melihat titik masalahnya dengan bening (jernih). Kendati bukan hanya Al-Qur’an saja kitab yang mangajarkan kebijaksanaan, namun yakinlah asalkan yang dicari kebijaksanaan, kitab manapun tidak akan bertentangan dengan Al-Qur’an. Asalkan kita tidak mudah menyesesatkan ajaran kitab-kitab selain Al-Qur’an. Dari manapun kita memulai pasti akan menemukanya.

Tentu saja kita tidak boleh menelan bulat-bulat setiap ajaran. harus bisa menyaringnya sendiri, dalam hal ini Qur,anlah alat saringan yang tepat bagi kita umat islam. Menjadikanya Al-Qur’an sebagai petunjuk, rasanya sudah cukup bagi kita, sebagai saringan untuk bisa memilah dan memilih, antara yang benar dan yang salah, membuang yang salah dan mengambil yang benar.

QS 2:185 ……Al-Qur’an, dijadikan petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)… ayat ini telah menujukan, menjelaskan dengan sejelas-jelasnya hingga kita mampu membedakan antara yang benar dan yang salah (batil) contohnya sangat jelas, setiap kerusakan yang ditimbulkan akibat pengrusakan sudah pasti sesuatu yang salah dan setiap kebaikan yang ditimbulkan dari perbaikan sudah pasti yang benar. Bagaimana mungkin sekelompok teroris yang suka menghancurkan pranata kehidupan berbangsa dan bernegara bisa dikatakan kebenaran dan keshalehan amal. kendati yang melakukan terror mengaku beragama islam, dan berdalih atas perintah Al-Qur’an. tetap saja tidak bisa dinalar oleh akal yang waras. bahkan menyimpang dari pesan moral ajaran agama, tidak ada kontribusinya sama sekali terhadap pembinaan makarim al ahlak. bahkan menyimpang dari ajaran sunah rosul. ajaran rosul yang mulanya untuk menyempurnakan ahlak mulia dicatut dan disalahgunakan untuk kepentinagn kelompoknya sendiri.

Jadi tidak ada yang salah dari apa yang diterangkan oleh firman Allah diatas. telah tampak perbedaan yang sangat nyata/jelas pada keduanya, (yang haqq dan batil) Al-Qur’an….. pembeda (antara yang haqq dan yang batil).Sayangnya kita masih banyak yang menganut budaya kolot. mudah menyesatkan ajaran selain Al-Qur’an, mudah mengkafirkan orang lain selain islam. Merasa paling benar sendiri, padahal sikap seperti inilah yang sangat membahayakan, dan dapat memecah belah kerukunan antar umat beragama. Islamnya jelas benar, apalagi Qur’annya, sudah tidak diragukan lagi kebenaranya.

Tapi orang-orang yang tidak mampu menangkap pesan moral dari suatu ajaran ini yang patut dipertanyakan. bahkan mungkin sengaja memelintir ajaran agama dan kitabnya masing-masing. demi memuluskan aksi buruk, yang dilandasi kepentingan indifidu dan kelompoknya. ada istilah populer, orang islam tapi tidak islami, ber-Qur’an tapi tidak qur’ani.

Hati-hati dan jujur dalam mentafsirkan suatu ajaran kitab suci memang sudah semestinya dilakukan. Tentu bila kita ingin mendapat ajaran yang murni sesuai dengan konteksnya. Tujuanya jangan sampai kita menemukan alasan seperti yang disebutkan diatas. Perbuatan yang yata-nyata buruk. Merusak. Melakukan pembunuhan massal dengan cara melakukan pengeboman. Malah mengaku bahwa perbuatanya didasari ajaran kitab suci. Yang lebih naif lagi mengaku itu ajaran nabinya.

Seorang nabi yang mulia telah difitnah. Namanya dijual demi mendapatkan dukungan massa yang lebih banyak. Nantinya dapat membuat kehancuran yang lebih banyak lagi. Sebuah sikap yang tidak bertanggungjawab, kekeliruan yang nyata tapi mencoba dilegitimasi oleh sebuah ajaran yang mulia.

Tidakah kita peduli dengan saudara-saudara sesama muslim. Yang kebetulan hidup di sebuah Negara yang mayoritas masyarakatnya beragama lain. Seperti di Amerika. Disebabkan aksi bom bunuh diri yang membabi buta dan telah menghancurkan pusat aktifitas ekonomi negara tersebut. Pada akhirnya saudara kita hidup dikucilkan, bahkan banyak yang kehilangan pekerjaanya dipecat secara terang-terngan hanya lantaran sang Bos tidak sudi mempunyai anak buah yang mempunyai saudara seagamanya terorris (Discovery channel/ islam in amerika).

Bukan-kah ajaran agama mesti dirujuk untuk perbuatan yang makruf. Dan mesti digunakan untuk kemaslahatan umat, agar kita bisa hidup sejahtera dan menyejahterakan. Bisa hidup damai berdampingan dengan penganut agama-agama lainnya. Saya sendiri sebagai orang muslim merasa sedih saat tidak bisa duduk di warung kopi dengan nyaman dan tenang. Sebab agama saya islam di caci maki oleh orang-orang yang tidak sependapat dengan kelakuan terorris yang suka mengatasnamakan agama. Akhirnya bukan sang actor yang disalahkan, tapi islamnya dan semua orang islam yang disalahkan oleh mereka. Lalu saya hanya bisa diam dan sedih karena pasti tidak punya kalimat yang pas untuk menjawabnya.

Islam adalah rahmat. Al-Qur’an adalah hikmah (hakim) hukum yang adil yang dapat mengatur kehidupan bermasyarakat. Menjamin pemeluknya selamat sejahtera. Dan menjamin penganut agama lain aman karena berketentraman. Karena islam mengajarkan nilai toleransi dan perdamaian. Menekankan hidup saling menghargai terhadap sesama umat beragama. Membimbing hidup selamat didunianya agar selamat juga akhiratnya. Tentu itu semua bisa terjadi bila umat islamnya mau berlaku jujur. Terhadap ajaran agamanya. Jujur terhadap ajaran kitabnya (Qur’an). Tentu saja diawali dari jujur didalam mentafsirkan pesan kitabnya. Terbebas dari kepentingan indifidu dan kelompoknya. Karena bila sikap jujur didalam mentafsirkan suatu ajaran tidak dimiliki selamanya akan menjadi pendusta agama. Dan mendustai ajaran kitabnya. Wallahu a’lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun