Mohon tunggu...
Fakhruddin
Fakhruddin Mohon Tunggu... -

Seorang yang ingin tantangan baru, karena tantangan itu menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tuban, Eksotisma dan Keramahan

30 Mei 2012   07:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:36 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kompasianer, lama ini nggak nulis, kali ini saya pengen cerita soal liburan super puanjang kemaren. Bagi saya libur 4 hari itu sudah super panjang soalnya biasanya paling cuma tiga hari. Hari Rabu tanggal 16 Mei 2012, seperti liburan-liburan sebelumnya, saya harus mempersiapkannya 3 bulan sebelumnya, saya sudah dapat tiket PP dan sore itupun saya berangkat ke Tuban dengan menumpang kereta Gumarang. Diluar kebiasaan kereta yang saya tumpangi sampai tepat waktu yakni 4.15 WIB, setelah nunggu beberapa waktu akhirnya saya dijemput adek saya yang baik hati hehehe. Setelah melewati Grabagan dengan sunset yang memukau saya sampai dirumah, dan sampai rumah saya terkejut kok ada telor banyak banget, ternyata ibuk-ku sekeluarga mau ngadain kendurenan untuk mendoakan leluhur kami yang sudah mendahului kami. Sore setelah beristirahat saya melaksanakan ziarah kubur, ziarah kubur ini sudah menjadi darah saya dan keluarga saya. Saya di Jakarta berasa kehilangan jati diri, tapi kalau sudah ada di pesarean leluhur saya, saya bisa bercermin saya bisa siapa saya. Maghrib pun tiba, oiya hari itu rumah saya juga kedatangan Trio Ceria hehehe… kenapa trio Ceria, ya soalnya tiga-tiganya bikin ceria suasana rumah, kalo mereka bertiga dateng udah siap deh tuh rumah bakal jadi kapal pecah. Pas setelah maghrib saya sama adek saya sama trio ceria tadi ngeluarin berkat-berkat. Undangan Kendurenan pun datang satu persatu memenuhi Musholla, Mbah Bib (Sapaan akrab pada ulama lokal) mulai memimpin doa. Pertama-tama semua peserta mengirimkan bacaan alfatehah kepada leluhur keluarga saya kemudian semua undangan menengadahkan tangan memohon kepada Allah Pengeran sedoyo ngalam. [caption id="" align="aligncenter" width="443" caption="Kendurenan"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="518" caption="kendurenan juga"][/caption] Suasana difoto itu yang selalu mengingatkan saya siapa diri saya, saya selalu rindu dengan suasana damai penuh tawadlu’ seperti difoto. Saya selalu ingin mendengar alunan tahlil alunan sholawat yang menggetarkan jiwa yang sedang kaku, menyejukkan hati yang kering kerontang oleh dunia dan mempererat silaturahim. Oke setelah itu besoknya dapat ditebak saya maen kerumah pujaan hati yang bawelnya minta ampun hehehe… tapi tetep baik kok orangnya kami jalan-jalan menyusuri kota Tuban dan berakhir ke Boom, Pantai Boom memang mantab surantab. Menjelang maghrib saya pulang dan mempersiapkan untuk touring sama kakak-kakak saya. Saya janjian habis shubuh (oiya saya kalo dirumah jarang pake jam sebagai penunjuk waktu, biasanya pake Ba’do Shubuh artinya setelah shubuh dll.) tapi saya terlambat tidur akibatnya molor dikit. Jam 05.30 kami berangkat, saat itu matahari belum terbit kami berlima mengambil rute dari Desa Tuwiri Wetan lanjut ke Koro tujuan kami sebenarnya ke Kerawak tapi dijalan kami berembuk gimana kalau ke Pemandian Air Hangat di Desa Prataan, kami berlima berdiskusi sambil makan serabih di Sebelah barat Kantor Polsek Montong. Setelah dari polsek Montong dengan petunjuk dari penjual Serabih kami menuju ke Prataan, sepanjang jalan kami bertemu dengan banyak pertigaan dan perempatan yang membingungkan tapi kami beruntung karena masyarakat disini baik banget, kami tanya sana sini selalu dijawab dengan lugas dan jelas sehingga kami bisa melanjutkan dengan arah yang benar, tak jarang kami dalam satu menit bisa tanya dua kali, kami terus melajukan motor kami. Disekeliling saya lihat pemandangan yang menakjubkan hutan-hutan jati menjulan tinggi menantang gagahnya sang surya. Tebing-tebing angkuh yang berusaha mematahkan bumi ini dan hijaunya terasiring persawahan luarbiasa ciptaan Allah Tuhanku ini. Saya beberapa kali bergumam “AllahuAkbar” saya beruntung saya beruntung sekali diberi kesempatan untuk memuji Allah pencipta alam semesta yang indah luar biasa ini. Taraaaa… kami terkejut saat melihat gerbang kumuh yang bertuliskan “Pemandian air Hangat Prataan” Gerbang yang cukup gagah namun tak terawat hehehe yups akhirnya kami sampai di Pemandian Air Hangat Prataan yang terletah di Desa Prataan Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban Jawa Timur. Disana ada tiga kolam yang masing-masing dibatasi pagar yang dua merupakan kolam dengan air yang biasa dan satu kolam lagi dengan air hangat. Tarif masuk area tiga ribu per orang kemudian motor seribu kalau nggak salah kemudian untuk mandi perkolam tiga ribu per orang cukup mahal dan cukup aneh dengan fasilitas yang sangat minim. beberapa penampakan yang ada di Pemandian air Hangat Prataan [caption id="" align="aligncenter" width="368" caption="Prataan 3"][/caption]

[caption id="" align="aligncenter" width="368" caption="Prataan"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="368" caption="Prataan 2"][/caption]

Puas dengan Pemandian Air Hangat Prataan kami memutuskan untuk menyudahi eksplorasi di tempat ini, selanjutnya kami akan menuju Kerawak. Oiya tadi belum ada foto-foto gimana hebatnya pemandangan sepanjang perjalanan dari Montong ke Prataan

[caption id="" align="aligncenter" width="368" caption="Jalan Menujur Prataan"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="368" caption="Jalan Menuju Prataan 2"][/caption]

Setelah kurang lebih satu jam dari prataan kami sampai di Kerawak, Kerawak adalah sebuah aliran sungai yang entah dari mana asalnya dan dari sungai ini air terjung Nglirip atau Nglirip Waterfall yang terkenal itu disuplay, disini saya lupa harus membayar berapa soalnya saya di bayarin hehehe… oke langsung saja kita nyemplung oiya Kerawak ini adanya disebelah kiri jalan kalau dari arah montong, dan masih merupakan wilayah Kecamatan Montong.

[caption id="" align="aligncenter" width="368" caption="Sungai Kerawak"][/caption]

Setelah puas main air di Kerawak kami melanjutkan perjalanan ke barat ke arah Nglirip Waterfall kurang lebih 10 menit sudah sampai, sesampainya disana kami langsung disambut dengan suara gemuruh air terjun Nglirip, air Terjun ini 5cukup tinggi sekitar 15-20M, Di situr air terjun ini juga ada makam syeikh yang bernama Syeikh Jabbar sayang sekali waktu itu saya belum sempat ziarah dan mendoakan beliau karema saya harus pulang buat njemput bapak.

[caption id="" align="aligncenter" width="368" caption="Nglirip Waterfall Tuban"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="368" caption="Nglirip Waterfall Tuban"][/caption]

Capek main air di Nglirip Waterfall pasti kita merasa laper, tenang aja disini banyak penjual makanan khas Tuban, apa itu makanan Khas Tuban ya apalagi kalau bukan masakan dengan bumbu-bumbu tajam yang sangat menggoda selera, ada gorengan ada nasi rames ada rujak, paling rekomen yaitu rujak yang banyak dijajakan disekitar tempat ini harganya murah meriah dengan porsi jumbo.

Tamat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun