Sebuah berita menggembirakan beberapa hari lalu muncul dari kementerian PAN (pemberdayaan aparatur megara) yang menyatakan tahun 2012 ini dibutuhkan 130.000 CPNS. Jumlah ini merupakan kombinasi dari 20.000 orang yang akan langsung jadi CPNS dan sisanya akan jadi honorer level 1. Artinya level 1, tahun depan akan dipromote menjadi CPNS.
Beberapa hal muncul dalam fikiran, yang semuanya positif, pemerintah benar menangkap kalau negeri ini perlu dibenahi lebih serius, negeri ini butuh tenaga untuk mengelola segala yang ada dan juga ini berarti akan ada 130.000 lowongan pekerjaan baru. Harapan sekilas terbentang di depan mata bagi para anak bangsa yang punya cita-cita menjadi PNS atau sembarang pencari kerja. Angka yang cukup besar, tapi tidak seberapa dibanding dengan jumlah angkatan kerja yang masih "menganggur" saat ini.
Sebagai masyarakat biasa yang notabenenya "nasabah" dari negara tercinta, rencana pemerintah melakukan perekrutan tenaga-tenaga baru pengelola pemerintahan membawa aroma perbaikan. Masih cukup bertumpuk data-data keluhan masyarakat yang harus dieksekusi satu persatu. Mulai dari pelayanan publik yang berorientasikan keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat, penyelenggaraan birokrasi yang profesional, pengelolaan sumberdaya yang ada secara cerdas dan masih banyak lagi. Satu hal yang paling penting dari semua itu adalah pemerintahan yang bebas dari korupsi, mulai dari level paling bawah (kelurahan atau desa) sampai pada pucuk pimpinan negara.
Bagaimana kemudian harapan-harapan diatas bisa tercipta?
Tidak mudah memang. Banyak tahapan yang harus dilalui dan banyak tindakan yang harus dilakukan. Ibaratnya ingin menumbangkan pohon tua untuk diganti dengan pohon baru, tidak bisa hanya sekedar memangkas dahan, memotong pangkal  batang tapi juga harus membersihkan akar-akar yang paling dalam sehingga dengan begitu pohon baru nantinya dapat tumbuh kokoh tidak hanya sekejap mata.
Kembali dengan analogi pohon, bibit apa yang ditanam haruslah yang terpilih dengan selektif. Bibit yang sehat, bersih, tidak cacat, dan tahan terhadap penyakit mestilah berpotensi tumbuh baik dan bertahan. Seperti itulah hendaknya dalam memilih orang-orang yang akan mengelola negeri ini. Tidak peduli itu nantinya apakah akan menjadi abdi negara yang tugasnya juru tulis/ ketik di kantor lurah, pelayanan publik atau yang tugasnya melakukan riset serta program kerja dengan anggaran sekian digit, mereka-mereka itu haruslah menjadi orang yang terpilih dari yang baik-baik melalui proses yang dapat dipertanggungjawabkan.
Mari sekilas kita membandingkan dengan proses rekrutmen di sebuah perusahaan swasta. Ada test psiko sederhana sampai dengan rumit, interview yang mendalam dan sampai pada test kesehatan yang komplit. Setiap tahapan itu dilakukan dengan teliti dan detail dengan tujuan siapa yang nantinya lolos dari rangkaian test tersebut adalah orang-orang yang tepat pada posisi/ fungsinya. Ujung dari semuanya adalah perusahaan tidak akan mau menggadaikan modal mereka dan keberlanjutan usaha mereka hanya karena salah kelola oleh orang-orang yang salah kualifikasinya. Bandingkan dengan abdi negara. Begitu banyak hak masyarakat yang akan tergadai jika negeri ini dikelola oleh orang-orang yang tidak tepat karena "didatangkan" melalui cara yang tidak tepat.
Kembali sebagai rakyat biasa yang berharap banyak dari negeri ini (dengan sekian banyak kewajiban yang juga ditunaikan tentunya), memimpikan dari 130.000 yang akan bergabung di laskar pemerintahan, benar dapat membawa perubahan positif. Oleh karena itu, tahun ini semoga siapa saja yang ingin menjadi CPNS hendaklah benar menyadari bahwa menjadi CPNS bukanlah sekedar mendapatkan pekerjaan, tapi ada tanggungjawab yang cukup besar (tentunya dengan imbalan, minimal pahala) menanti di ujungnya. Begitupun pihak yang melakukan proses perekrutan hingga "user"nya, penting memahami untuk memilih-memilah yang benar-benar memenuhi kualifikasi dan dengan cara yang benar. Tentu kita tidak ingin memilih orang yang bisanya hanya berlari tapi tidak bisa menendang untuk menjadi penyerang dalam team sepakbola kita.
Ujungnya, mereka yang terpilih ini kemudian bisa menjadi penggerak perubahan perbaikan. Mereka yang tidak mudah mengikuti pola pikir, cara kerja bahkan sikap yang selama ini mulai buram dan membudaya. Sehingga banyak sisi kehidupan bernegara, bermasyarakat yang bisa diperbaiki. Masyarakat mulai menaruh kepercayaan kembali kepada pengelola negara. Kemudian negeri ini pun bisa maju dan sejahtera bersama.
semoga..!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H