(Menyikapi Beredarnya Buku ‘Aku Berani Tidur Sendiri’)
Publik kaget. Mau dibawa kemana pendidikan kita? Sebuah buku yang dikhususkan untuk anak-anak telah menghebohkan jagat negeri yang dikenal menjunjung tinggi moralitas. Soalnya, buku itu mereproduksi konten yang tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak. Buku itu berisi ‘masturbasi’.
Reaksi yang sama juga ditunjukkan oleh Puan Maharani. Tentu saja berbeda dari sekedar kekagetan publik. Puan dalam posisinya sebagai kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (kemenko PMK) bertanggung jawab atas persoalan ini. Ini menyangkut pembangunan manusia. Sebuah buku dengan konten masturbasi dan beredar di kalangan anak-anak jelas bukan pendidikan yang baik.
Dengan demikian, Puan segera mengambil langkah cepat. Dia meminta seluruh elemen agar perihal buku ini segera diinvestigasi. Buku-buku ini segera dicegah peredarannya. Tidak boleh ia menjadi virus bagi masa depan anak-anak.
"Ya, itu sedang saya minta untuk diinvestigasi, apakah ini kesengajaan atau ketidaksengajaan, saya minta untuk diproses selanjutnya. Nanti, kalau memang perlu, ya diproses ke hukum," ujar Puan di kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (detik.com, 21/2/2017).
Reaksi semacam ini ditunjukkan Puan bukan sekedar karena Puan adalah menteri koordinator yang berhubungan soal pembangunan manusia. Terlepas dari jabatan itu, Puan adalah seorang ibu. Puan adalah orang tua yang memiliki kepedulian pada masa depan anak.
Seorang ibu memiliki daya ‘kasih sayang’ yang tinggi kepada anak-anaknya. Ini tidak berarti menegasikan cinta seorang ayah. Hanya saja dalam keseharian, ibu jauh lebih dekat daripada ayah dalam perihal hubungan emosional orang dan anak. Puan merasakan bagaimana dirinya menjadi seorang ibu. kekhawatiran akan masa depannya sangat tinggi disebabkan ‘daya’ kasih sayangnya pada anak sangat kuat.
Ada ungkapan: “tak ada orang tua yang mendoakan keburukan untuk anak-anaknya”. Ibu adalah yang paling depan dalam perihal ini. Kecintaannya yang tinggi membuat mereka begitu gelisah memikirkan masa depan anak. Wajar saja jika seorang ibu menunjukkan reaksi yang cepat, terlihat buru-buru, bila melihat anaknya terluka atau mengalami apapun.
Reaksi marah yang cepat itu lahir dari daya peka keibuan Puan Maharani. Dia mencintai anak-anak yang memiliki masa depan yang baik. Dia menginginkan generasi muda bangsa ini bisa bersaing dalam hal-hal yang positif. Berlomba-lomba dalam kebaikan. Dia menginginkan anak-anak memiliki prestasi yang membanggakan. Tapi tentu saja, kebanggaan yang tinggi adalah pendidikan moralitas. Ia di atas segala-galanya.
Di sinilah poin penting mengapa Puan bereaksi cepat perihal hebohnya buku yang berisi ‘masturbasi’ ini. Puan tidak ingin masa depan anak-anak hancur hanya gara-gara beredarnya buku-buku yang tidak layak baca. Ini satu peringatan. Puan tidak menginginkan ada buku-buku lain semacam ini yang beredar di negeri ini.
Dengan tegas, dia mengatakan: “saya minta untuk bisa dilaporkan ke polisi untuk diproses secara hukum" (detik.com, 21/2/2017).