Mohon tunggu...
Bob Singadikrama
Bob Singadikrama Mohon Tunggu... -

Baru belajar, pengen jadi petani

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Harapan Ristek Indonesia, BlumbangReksa dari Jogja Wakili Indonesia di Kompetisi Teknologi Internasional ASME IShow 2015

7 April 2015   06:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:26 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14283630192105228729

[caption id="attachment_408204" align="aligncenter" width="300" caption="Tim Atnic & Indmira"][/caption]

Harapan Ristek Indonesia, BlumbangReksa dari Jogja Wakili Indonesia di Kompetisi Teknologi Internasional  ASME IShow 2015

Indonesia termasuk negara dengan budaya riset yang masih rendah. Rasio ilmuwan atau peneliti Indonesia hanya 205 orang per satu juta penduduk. Bandingkan dengan Jepang 5.573 orang atau Singapura 6.088 orang. Rendahnya kemajuan teknologi Indonesia juga terlihat dari minimnya anggaran pemerintah untuk riset, yakni hanya 0,08 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB) per tahun. Bandingkan dengan negara lain di Asia,dana riset di Jepang 3,40% dan Korea Selatan 4,04%.

Di tengah minimnya budaya riset Indonesia ada kabar menyejukkan dari Atnic, sekumpulan mahasiswa jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada menjadi wakil Indonesia dalam Kompetisi Teknologi dan Inovasi Internasional ASME IShow 2015. Karya mereka BlumbangReksa menjadi satu-satunya wakil Indonesia dalam ajang bergengsi kompetisi karya-karya inovasi dari seluruh dunia itu.

Sejak akhir 2014 Atnic didukung Indmira, sebuah perusahaan berbasis riset dan penelitian untuk mengembangkan piranti cerdas di bidang pertanian dan lingkungan. Permasalahan selama ini perubahan kondisi pada kolam tidak bisa diketahui dini, masalah baru diketahui setelah muncul gejala berupa gangguan atau bahkan kematian pada udang. Kerugian pun tak dapat dihindarkan. Teknologi BlumbangReksa memungkinkan setiap gejala abnormal pada kolam dapat diketahui secepat mungkin, sehingga resiko kegagalan produksi tambak udang dapat diminimalisir. Alat ini berupa perangkat Internet of Thing (IoT) yang memantau kondisi air tambak udang selama 24 jam sehari. Alat ini dilengkapi dengan modul GSM dan internet sehingga data kondisi air dapat diakses kapan saja dan dimana saja melalui gadget nonstop selama 24 jam.Petambak pun bisa melakukan penanganan kualitas air secara optimal, sehingga bertambak udang menjadi lebih ramah lingkungan.

Ahmad Ataka Awwalur Rizqi, founder Atnic melalui surat elektroniknya dari London berkata, “Kami punya mimpi melihat Indonesia menjadi bangsa yang mandiri, berdiri di atas kaki sendiri. Sangat miris melihat petani dan petambak kelaparan di lumbung padi dan ikan seperti negeri ini”

Semoga hal ini semakin mendekatkan Indonesia menghasilkan inovasi teknologi yang bisa memberikan manfaat untuk masyarakat luas. Jangan lupa dukung Atnic dengan cara vote BlumbangReksa (hanya bisa vote di desktop/komputer) buka link Ayo Vote Blumbang Reksa (bit.ly) hingga tanggal 15 April 2015.

Jayalah Indonesia

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun