Mohon tunggu...
aan rianto
aan rianto Mohon Tunggu... Freelancer - Pengamat Issue HIV

Pengamat issue HIV, pendukung kampanye U=U, accidental activist

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Setelah Gempita HAS 2020 Lalu Apa?

4 Desember 2020   14:11 Diperbarui: 4 Desember 2020   17:17 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Global target akan memberikan target baru capaian 95:95:95 by 2025. Bukan lagi 90:90:90 by 2030 untuk percepatan epidemi HIV.
Masih banyak yang senang bermain main dengan berbagai "program" tidak kasat mata alias strategi halu untuk percepatan menuju 90:90:90.
Indonesia sendiri capaian untuk ODHIV dgn viral load tersupresi masih diangka 4.5% dengan angka LFU dikisaran 50% dan indeks stigma HIV yang masih tinggi.
Indonesia melalui kementrian kesehatan yang membawahi bidang HIV sekalipun sudah memasukkan TDTM kedalam sub topik HAS2020 tapi masih belum dapat memahami upaya konkrit pemutusan epidemi yang bila berdasarkan TDTM akan sangat sederhana.

Semakin banyak orang dengan HIV mencapai VL tersupresi akan semakin sedikit angka penularan HIV baru.
Kondisi dilapangan, ketersediaan ARV sebagai salah satu upaya pemutusan epidemi HIV masih sangat carut marut.
Belum lagi penggunaan slogan yg stigmatis dan diulang setiap taun tanpa ada pembaruan sama sekali.
Ditambah lagi dengan informasi yang tidak update oleh para pemberi informasi sehingga stigma terus berlanjut tanpa disadari.
Lalu bagaimana dengan JKN yang juga seharusnya berlaku sebagai Universal Health Coverage melepaskan HIV dari jaminannya sementara warga negara tetap harus membayar premi setiap bulan? Ada hak warga negara yang membayar premi JKN setiap bulan yang tidak dipenuhi karena HIV dianggap sebagai "penyakit" akibat resiko "kelalaian".

Pemerintah sebagai penanggung jawab JKN melepaskan HIV dari coverage JKN, tetapi di sisi lain berusaha (dan tetap bermimpi) mengupayakan agar semua orang dengan HIV dapat akses ARV.

Pemerintah berusaha dan masih bermimpi bahwa semua orang dengan HIV yang konsumsi ARV dapat mencapai viral load tersupresi sementara layanan pemeriksaan Viral Load tidak dapat diakses oleh banyak orang dengan HIV.
Dalam salah satu webinar jawaban atas pertanyaannya langkah konkrit yang dilakukan hanyalah "semangat mas Aan.........."
Jawaban ini keluar dari salah satu pejabat tinggi negara yang harusnya juga memiliki tanggungjawab atas keberhasilan program dibawahnya.
Capaian Viral Load tersupresi 4.5% adalah raport yang sangat buruk dan bukan keberhasilan yang layak dibanggakan apalagi dirayakan.  Belum lagi angka LFU yang cukup tinggi.

Ada yang mengatakan kegagalan yang dilakukan terus menerus adalah suatu kebodohan.
Kapan mau menyadari dan mengakui bahwa apa yang dilakukan adalah suatu kegagalan dan segera merubah strategi yang lebih bagus? Termasuk dengan perubahan edukasi terkait HIV yang lebih ramah dan tidak lagi stigmatis seperti anggapan bahwa HIV akibat sex Bebas......

Catatan setelah HAS2020
#equals_id
#tdtm

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun