Mohon tunggu...
aan rianto
aan rianto Mohon Tunggu... Freelancer - Pengamat Issue HIV

Pengamat issue HIV, pendukung kampanye U=U, accidental activist

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengaruh Penggunaan Bahasa yang Tidak Tepat dan Keberhasilan Terapi ARV

21 Juli 2019   07:31 Diperbarui: 21 Juli 2019   08:27 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah berpikir negatif dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan HIV?

Banyak yang tanpa disadari masih belum menganggap arv sebagai obat HIV. Mungkin bagi banyak orang obat bersifat menyembuhkan sehingga tidak perlu lagi minum obat (sekalipun sudah tidak sakit).
Padahal fungsi obat adalah menghilangkan gejala yang menimbulkan sakit. Apakah obat dapat membunuh virus (apapun)?
Keberhasilan ARV dalam menekan HIV hingga tidak terdeteksi yang berarti tidak lagi menularkan keorang lain (seperti yg selama ini ditakuti) seringkali dikecilkan artinya dengan "hanya" menekan", tidak membunuh.
Fakta bahwa arv dapat mengembalikan kehidupan seksual seorang ODHIV hingga tidak lagi menularkan kepasangannya ditutup oleh fakta bahwa orang tsb mengidap HIV.

Kita selama ini memperjuangkan kesamaan status ODHIV secara sosial, seksual dan akses kesehatan, tetapi tanpa disadari Kita selalu menganggap ODHIV berbeda, bahwa HIV-nya akan selalu menjadi "ancaman" bagi orang lain sehingga melupakan nilai positif seseorang tetapi selalu fokus ke status HIV-nya.
Apakah Kita sudah benar2 memberikan dukungan (seperti yg selama ini Kita gembar gemborkan Dan pamerkan dengan lantang) sementara ODHIV yg berusaha mempertahankan kepatuhan obatnya hingga VU selalu "dibunuh" kembali dengan pernyataan "hanya menekan, tidak akan bisa sembuh"??
Apalagi yang harus disembuhkan bila semua IO sudah ditangani, imunitas dipulihkan dan tidak lagi menularkan HIV keorang lain???
Apakah ODHIV akan dan dapat memiliki harapan yg sama dengan orang lain bila selalu diingatkan bahwa mereka "berbeda"?
Memang tetap harus arv setiap Hari tetapi bila sudah tidak lagi menularkan HIV-nya lalu apa yang ditakuti? Apalagi dianggap berbeda?
Apakah ODHIV akan tetap patuh ARV bila setiap saat selalu diingatkan bahwa ARV-nya hanya "menekan" ? Lalu bila mereka putus obat karena frustasi tidak kunjung "sembuh" lalu siapa yang dibahayakan dalam kasus penularan??

Ataukah Kita yg selama ini berteriak zero stigma sebenarnya memiliki masalah tersendiri terkait HIV?

Mari introspeksi ke diri masing masing, terutama para penggiat dan yang sering melakukan pendampingan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun