Kasus satu, saat diberitau status HIV positive seorang pasien langsung berpikir bahwa hidupnya akan segera berakhir.Kasus dua, dengan status positif nya seorang pasien merasa sebagai individu yang berbeda secara sosial sehingga menarik diri dari pergaulan sosial.
Kasus tiga, karena percaya bahwa hiv tidak ada obatnya, seorang yg baru terdiagnosa positif langsung berupaya mencari pengobatan alternatif apapun yang diklaim mampu menyembuhkan HIV.
Kasus empat, karena percaya bahwa hiv tidak dapat disembuhkan dan dipulihkan kondisinya , ODHIV yang sudah lama ARV sekalipun akan mulai berpikir buat apa minum ARV kl pada akhirnya tetap tidak dapat sembuh/pulih.
Kasus lima, orang yang baru tau status HIV positif-nya berpikir bahwa dia akan dijauhi orang lain, padahal saat itu masih diruang konseling dan belum ada orang lainpun yang tau statusnya.
Kasus enam, pasien merasa berdosa dan bersalah berlebihan melakukan hal yang sangat bertentangan dengan Norma Sosial sehingga melakukan "penghukuman diri".
Dan masih banyak lagi kasus kasus dilapangan yang kemudian berakhir kematian akibat stadium akhir (AIDS).
Sebagian besar karena tidak mau mencari informasi "tandingan" terhadap stigma yang sudah berupa slogan dan diucapkan dalam keseharian sehingga dianggap kebenaran.
Stigma dan apa kata orang ditelan mentah2 tanpa mencari pembanding kasus yg sama tetapi memiliki hasil yang berbeda.
Menganggap diri bersalah, berdosa, kotor, hina, tidak layak dan berbagai pikiran negatif lainnya justru akan menghambat kita untuk melangkah lebih jauh atau (bahkan) mendapat informasi yang harusnya justru dapat mencerahkan.
Menolak bergabung dalam suatu network positif karena ketakutan akan terbongkarnya status jg merupakan suatu mental block yang harus disingkirkan mengingat group Sebaya dapat dimanfaatkan menjadi sumber support yang utama.
Banyak sekali kasus yang mengakibatkan ODHIV terusir dari komunitas atau keluarganya, dikucilkan bahkan bunuh diri karena tidak memahami HIV itu sendiri.
Seberapa banyak yang sadar bahwa menurut awam HIV disebarkan karena free sex dan bukan karena risky sex (sex berisiko, unprotected sex)?
Apakah Kita akan diam saja dianggap sebagai orang yang gemar free sex disana sini dan tidak bermoral?
Hingga sekarang HIV masih dianggap penyakit yang mudah menular, tidak ada obatnya dan belum dapat disembuhkan.
Apakah Kita akan membiarkan orang terus menerus mengintimidasi dengan hal2 diatas sementara Kita tau bahwa ARV dapat menekan HIV hingga taraf tidak terdeteksi dan tidak lagi menularkan orang lain melalui sex, lalu apa bedanya dengan orang tanpa HIV?
Dan bahwa orang dengan HIV juga dapat memiliki kualitas hidup yang sama dengan orang tanpa HIV?