Mohon tunggu...
Itok Aman
Itok Aman Mohon Tunggu... -

Pemuda yang mencintai komedi dan dunia petualangan. Facebook: Itok Aman -- Instagram: @bob_kristo23 -- Youtube: Bob Itok -- Twitter: @bob_itok

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akal Budi dan Potensi Bunuh Diri

31 Januari 2019   01:35 Diperbarui: 31 Januari 2019   06:15 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar: krjogja.com)

Kedua, Peran Agama. Agama juga sangat menjadi elemen penting dalam mengambil perannya untuk mengatasi masalah bunuh diri, dengan doktrin setiap agama dan juga berbagai macam cara yang berkaitan dengan peneguhan iman dan pendekatan secara kerohanian. Ketiga, Peran Masyarakat. Masyarakat juga tidak kalah pentingnya dalam mengatasi masalah ini. Sebagaimana dalam filsafat sosial bahwa pembentukan karakter pribadi seseorang bisa dipengaruhi oleh pergaulannya dalam dunia masyarakat (homo socialis). Misalnya dengan cara pendekatan-pendekatan yang seperti dilakukan oleh pihak keluarga dan agama di atas, juga melibatkan mereka dalam kegiatan sosial atau rekreasi agar mereka terus berinteraksi. Mendengarkan dan menawarkan dukungan sehingga mereka memiliki rasa optimis untuk tegar dan bangkit dari keterpurukan yang membelenggu privasinya. Dan yang paling penting dari masyarakat adalah tidak membiarkan mereka merasa tersudutkan sehingga mengakibatkan mereka semakin merasa minder.

Keempat, peran Dunia Pendidikan. Akhir-akhir ini bunuh diri pada anak dan remaja semakin meningkat. Penyebab utamanya (bisa jadi) adalah kegagalan di sekolah, masalah tekanan dari orangtua, tuntutan prestasi sekolah terlalu tinggi, biaya sekolah, biaya hidup, putus cinta dan konflik lainnya. Perilaku yang merusak kepribadian remaja seperti merokok, meminum minuman beralkohol dan kegiatan seks bebas juga semakin meningkat. Sekolah dan perguruan tinggi berfungsi sebagai tempat membangun kehidupan individu dan dapat memainkan peranan penting dalam mencegah perilaku merusak diri tersebut dengan cara memberikan pendidikan keterampilan hidup yang dikombinasikan dengan pendekatan pemecahan masalah merupakan modal untuk menghadapi dan mengatasi masalah dengan cara yang realistik dan optimistik.

Kelima, Peran Pemerintah. Bunuh diri juga merupakan sebuah persoalan yang perlu menggugah perhatian khusus dari pihak pemerintahan dengan cara melibatkan kerja bersama dunia kesehatan untuk melakukan penyuluhan dan pendekatan secara psikologis.

Pemerintah bisa menyelenggarakan kegiatan seperti kompetisi olahraga, maupun mengadakan kegiatan perlombaan yang bersifat akademik atau non-akademik dengan melibatkan remaja dan anak-anak. Di ssanalah mereka diberikan ruang untuk menunjukan prestasi dan eksistensi mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

Keenam, Peran Media. Media bisa memainkan peran pentingnya dalam mencegah bunuh diri, dengan melaporkan tragedi itu secara bertanggungjawab. Orang sering enggan membicarakan bunuh diri karena stigma yang ada. Pelaporan berita yang tidak bertanggungjawab bisa mendorong tindakan bunuh diri pada mereka yang meniru bunuh diri yang dilihat atau dibaca, dan meningkatkan resiko tersebut. Dalam hal ini, wartawan bisa membantu mengatasi stigma ini dengan mendorong orang untuk mencari pertolongan dan berbicara secara terbuka tentang tekanan yang mereka hadapi.

Peran media dalam pemberitaan kejadian bunuh diri dapat menjadi dua sisi mata pisau. Di satu sisi bisa menjadi alat pencegahan, tetapi di sisi lain justru dapat mendorong korban untuk meniru. Sehingga perlu formula yang tepat untuk merumuskan peran media dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang usaha pencegahan bunuh diri. Dapat berupa iklan layanan masyarakat, yang mengajak orang-orang untuk lebih perhatian terhadap keluarga, kerabat, dan teman terutama apabila sudah ada kecenderungan perilaku negatif ketika orang tersebut menghadapi sebuah permasalahan yang sulit. Hal ini juga melibatkan peran dunia pendidikan, Tokoh Agama, Politisi, dan Lingkungan/Keluarga terdekat 

Fenomena bunuh diri juga dapat dipicu oleh suicide contagion atau bunuh diri yang menular. Pernah ada sebuah penelitian di Amerika Serikat bahwa di kalangan remaja terjadi suicide contaigion. Mereka melakukan bunuh diri hanya untuk mencoba-coba dan membuktikan dirinya hebat. Fenomena bunuh diri yang menular dapat pula dipicu oleh pemberitaan media yang tidak proporsional. Semakin sering suatu tempat diberitakan digunakan untuk bunuh diri, semakin banyak yang akan mencontoh. Hal ini karena memunculkan preokupasi (pikiran berulang) untuk bunuh diri, sehingga dapat memberi ilham metode bunuh diri.

Bunuh diri adalah tindakan sadar menuju kematian. Sejatinya setiap orang pasti akan mati. Hanya waktu, proses dan tempat yang membedakan. Kita semua berjalan ke arah yang sama, yakni ke liang kubur, atau laut biru nan luas sebagai abu di antara ikan dan ganggang.

Dengan demikian, sebagai penutup, pertanyaan yang mengintrospeksi diri kita sebagai manusia berakal budi adalah: apakah kita berpikir untuk tetap berusaha membunuh diri? Bukankah manusia adalah satu-satunya makhluk yang berakal budi? Apakah kita lebih rendah dari hewan dan tumbuhan oleh karena mengambil sikap membunuh diri kita sendiri? Semoga tulisan reflektif ini mampu memberi makna yang berarti menjalani hidup sesuai dengan fungsinya saat demi saat secara jernih.

Oleh sebab itu, sangat penting untuk belajar lebih, menyadari  keadaan diri sendiri. Banyak membaca, banyak sharing atau jika suatu masalah dirasa tidak bisa kita selesaikan sendiri, bisa juga bekonsultasi dengan ahlinya yang bisa dipercaya memiliki potensi agar lebih cepat tertangani. Pada intinya kejadian-kejadian bunuh diri yang pernah terjadi sebelumnya mengingatkan kita untuk lebih aware (menyadari) dengan kesehatan mental kita, bukan hanya kesehatan fisik. Sebab setiap persoalan selalu mempunyai hikmah yang kita ambil, setiap masalah adalah jalan untuk mendewasakan diri, bergantung pada bagaimana kita bias saling membenah diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun