Mohon tunggu...
Bobby Rizky Irawan
Bobby Rizky Irawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Akuntansi-Universitas Brawijaya Malang. Hobi membaca dan menulis, tertarik dengan tema-tema ekonomi, politik, humaniora dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Irik’-irik’an Tak Diteruskan Pak Jokowi (+Drama)

17 Oktober 2014   21:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:39 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senang juga melihat perkembangan berita terbaru. Salah satu tokoh dari partai pemenang pemilu sekaligus presiden terpilih yang baru, pak Jokowi mau sowan. Mendatangi dan berkomunikasi dengan tokoh-tokoh dari KMP yang kini banyak duduk di parlemen. Dimulai dengan pak ARB (Abu Rizal) lalu nantinya kepada pimpinan DPR dan MPR atau bahkan mungkin berdamai dengan Pak Prabowo. Persahabatan memang benar-benar indah. Meskipun partainya menjadi pemenang pemilu sekaligus menjadi pemenang pilpres dari calon yang diusungnya, namun Pak Jokowi tidak jumawa sekaligus tidak meneruskan politik irik’-irik’ an yang sebelumnya dijalankan oleh partai penguasa dan pemimpinya.

Politik irik’-irik’an adalah istilah saya sendiri menggambarkan senggangnya hubungan antara partai Demokrat yang berkuasa dengan PDI-P yang memilih menjadi oposisi pada pemerintahan yang lalu. Ketika komunikasi antara dua pimpinan partai tidak berjalan mulus ternyata berakibat fatal juga pada pengambilan keputusan demi kepentingan bangsa dan negara.

Ingat dahulu pada waktu partai Demokrat dan presiden SBY meminta dengan sangaaaat kepada DPR agar dapat menaikkan harga BBM, namun ditolak dengan alasan tidak sesuai dengan keinginan rakyat oleh PDI-P dan pendukungnya. Tetapi sekarang ketika konsumsi BBM mblendung, semakin membebani keuangan negara pada ribut-ribut lagi. Ributnya bukan apa, siapa pemerintahan yang mau menjadi kambing hitam naiknya harga BBM? Pemerintahan Pak SBY atau Pak Jokowi.

Kalau mau “dirit-irit” seharusnya BBM subsidi diharapkan bisa bertahan sampai bulan Desember 2014, yang berarti selama 2 bulan masa pemerintahan pak Jokowi konsumsi BBM bisa bertahan sesuai kuota dan harganya pun tidak berubah. Namun lagi, karena adanya politik irik’-irik’an antara petinggi Demokrat dengan PDI-P jadinya harus ada kambing hitam. Pak SBY sudah tidak mau “ngirit-ngirit” BBM bersubsidi lagi, kalau nanti akhir tahun kuota mblendung tak tertahankan “itu bukan derita gue, itu derita luuu, mau naikin? Pemerintahan luu yang kena getahnya” begitu mungkin pikiran pak SBY kepada pak Jokowi.

Kalaupun pak Jokowi bersombong-sombong ria merasa menang dan meneruskan politik irik’-irik’an yang diwariskan oleh “ibunya” kepada Demokrat yang kini sudah punya kawan-kawan di legislatif pasti nanti pemerintahannya kesulitan sendiri. Contoh sama seperti diatas, masalah BBM saja. Konsumsi BBM yang semakin tinggi dengan harga pasar semakin tinggi pula, namun di rakyat masih menginginkan harga tetap yang tidak naik-turun (lebih murah lagi dari harga pasaran) akan membuat  beban subsidi yang ditanggung negara semakin membengkak. Pemerintahan  Pak Jokowi yang ingin menaikkan harga BBM demi mengurangi beban negara harus mendapat persetujuan DPR, namun dimentahkan dengan “tidak sesuai dengan keinginan rakyat” (rakyat mana pula coba yang mau BBM naik?). Pak Jokowi pulang dengan lesu, anggarannya habis untuk subsidi bukannya menjalankan program-program kerjanya. Di meja kerjanya pada malam hari ditemani sebatang lilin (agar terkesan drama) beliau berujar “Oh my God, it’s because I continued irik’-irikan politic my moms”

Tapi untunglah harapan pemerintahan berjalan baik dan tidak saling menjegal antara eksekutif-legislatif mungkin dapat terlaksana melihat kemurahan serta kerendahan hati Pak Jokowi yang mau merangkul semua kawan ataupun lawannya dan tidak meneruskan politik irik’-irik’an yang diwariskan oleh “ibunya”. Sebagai seorang anak yang akan menempuh hidup baru (membangun pemerintahan dan kekuasaan kan sama seperti pengantin baru hihihi) pak jokowi berada di ambang pintu, menatap keluar dan berkata “Baiklah “Ibu”......... ini sudah berakhir, aku akan bersilahturahmi dengan kawan-kawan kita, sekaligus aku akan mencoba berkawan dengan Yu  Sri dan putra-putrinya yang sebelumnya engkau kurang suka terhadap mereka, aku juga akan mulai berbicara dengan keluarga Yu Minah yang engkau juga membenci mereka, tapi yakinlah aku masih tetap putramu bu..” dibawanya gembolan dan pergi menuju arah barat memulai kehidupan baru.

“ibunya” melongo......

Yang baca di Kompasiana melongo.Hwkwkwk..

https://bobbyykzir.blogspot.com

sumber gambar: http://inspirasi.co

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun