Mohon tunggu...
Bobby Triadi
Bobby Triadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis sambil tersenyum

Lahir di Medan, berkecimpung di dunia jurnalistik sejak tahun 1998 dan terakhir di TEMPO untuk wilayah Riau hingga Desember 2007.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tak Dilindungi Demokrat, Udin Balik Menyerang

27 Juli 2011   21:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:19 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Dari pengusaha, menjadi politisi dan kini bernyanyi. Seperti itulah tepatnya gambaran seorang Nazaruddin pemiliki suara sumbang yang belakangan kerap disajikan media televisi, cetak, online dan radio, sebagai seorang penghibur.

Ketika mulai mencuat beberapa kasus yang menyerang Nazaruddin yang belakangan akrab disapa Udin, mulai dari kasus pencabulan SPG di Bandung yang hingga kini masih menggantung, pengadaan batubara dan yang terakhir terkait pembangunan wisma atlet, Udin gagal mendapat perlindungan dari Partai Demokrat. Dan ketika dipecat sebagai Bendahara Umum buntut dari beberapa kasus yang menimpanya, Udin balas menyerang Demokrat tanpa mau menyerahkan bukti.

Layaknya mimpi di siang bolong, dengan bola liar menggunakan media sebagai ‘kaki’ penendang bola, Udin kerap bernyanyi. Awalnya, hanya beberapa nama yang disebut dalam nyanyian sumbangnya melalui media BlackBerry Mesangger (BBM) dan Short Mesangger Servive (SMS).

Dwi Tunggal kepemimpinan Partai Demokrat, Anas Urbaningrum dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) pun turut dinyanyikan pernah menerima aliran dana dari sejumlah proyek APBN. Tak terkecuali Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono pun turut dinyanyikan ikut menerima aliran dana.

Nyanyian-nyanyian menggunakan media BBM dan SMS yang ditayangkan sejumlah media tanpa melampirkan bukti-bukti yang dapat menjadi rujukan hukum, nyanyian itu tentu fitnah adanya. Udin menilai gagal bernyanyi.

Kemarin, Selasa 19 Juli 2011, dari luar negeri di sebuah tempat yang aman Udin kembali bernyanyi melalui saluran langsung telpon yang disiarkan langsung di televisi swasta METRO TV besutan Surya Paloh. Namun tetap sumbang berbau fitnah, tanpa mau menyerahkan bukti-bukti. Semuanya hanya ucapan-ucapan dari Udin saja.

Apakah nyanyian-nyanyian Udin di Metro TV cukup menghibur? Jawabannya tentulah cukup menghibur beberapa kalangan, terutama kalangan politisi lawan Partai Demokrat.

Di internal Partai Demokrat, nyanyian Udin hanyalah isapan jempol yang tak dapat mempengaruhi kader, termasuk disejumlah grup-grup sayap demokrat di jejaring sosial Facebook, seperti di Grup Pro-Demokrat dan Grup Anas Urbaningrum – Ketua Umum Partai Demokrat. Nyanyian Udin hanyalah nyanyian sampah berbau busuk dan kerap berbau unsur penghancur juga unsur fitnah.

Mendengar kentalnya isu KLB di Rakornas Partai Demokrat, 23-24 Juli mendatang, Udin mengalihkan fokus penyerangan ke Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Namun yang Udin tahu KLB (Kongres Luar Biasa) bukannya KLB (Kompak Luar Biasa).

Dwi tunggal kepemimpinan Partai Demokrat jelas-jelas menegaskan tidak ada dan tidak akan membahas KLB (Kongres Luar Biasa) di ajang rakornas mendatang, termasuk sosok sentral di Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono pun turut menegaskan kepada seluruh kader, tidak ada pembahasan KLB (Kongres Luar Biasa) di rakornas nanti.

Seluruh petinggi Partai Demokrat, kader hingga simpatisan kini serempak menyuarakan isu KLB (Kompak Luar Biasa). Mereka sepakat menjadikan bola liar yang diberikan Udin dan di tendang oleh media sebagai suplemen penguat Partai Demokrat untuk bisa kembali unggul di 2014.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun