Mohon tunggu...
Bobby Triadi
Bobby Triadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis sambil tersenyum

Lahir di Medan, berkecimpung di dunia jurnalistik sejak tahun 1998 dan terakhir di TEMPO untuk wilayah Riau hingga Desember 2007.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Ampun Jakarta Macet, Mana Monorail?

13 Maret 2014   04:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:00 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Illustrasi Jakarta Monorail (Jakartamonorail.com)"][/caption] Vivek Vaidya, Vice President Automotive & Transportation Practice-Asia Pasifik Frost & Sullivan memprediksi penjualan kendaraan di Indonesia tumbuh secara fenomenal sebesar 6,5 persen, atau mencapai 1,31 juta unit pada tahun 2014. Direktur Eksekutif Indonesia Effort for Environment, Ahmad Safrudin pun memperkirakan lalu lintas Jakarta akan stuck atau mengalami kemacetan total pada 2014, sepertinya benar-benar akan terwujud. Kasubdit Registrasi dan Identifikasi Kendaraan (Regident) Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya AKBP Latif Usman memperkirakan, pertumbuhan kendaraan di Jakarta akan terus meningkat; 2013 saja dalam satu hari Dir. Lantas Polda mengeluarkan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan) untuk motor rata-rata 4 ribu unit dan mobil 1.000 unit. Bayangkan, dengan masih menggunakan motor saja; saya harus menempuh waktu sekitar satu jam dengan jarak tempuh dari Bundaran HI ke Bundaran Ratu Plaza. Lalu bagaimana kalau saya sudah mampu membeli mobil? Pemerintah Propinsi Jakarta harus cepat menuntaskan permasalahan kemacetan Jakarta dengan kebijakan-kebijakannya yang 'bernas', kebijakan yang berani dan program yang cerdas. Kebijakan membenahi transportasi massal di Jakarta adalah salah satu kebijakan yang sebagai pribadi saya nilai adalah kebijakan cerdas. Tapi, apa kabar dengan bus-bus Trans Jakarta baru yang tak sesuai spec pesanan? Syukurnya, masalah ini sudah segera diselesaikan pemerintah Propinsi DKI Jakarta. Lalu, apa kabar Jakarta Monorail? Melanjutkan program yang sudah 5 tahun mangkrak, kebijakan pemerintah DKI Jakarta untuk melanjutkannya kembali proyek Jakarta Monorail; bagi saya itu adalah kebijakan yang luar biasa dan tepat sebagai angkutan massal alternatif yang layak ditumpangi semua kalangan untuk mengurangi kemacetan. Pertanyaan besarnya, seperti bus Trans Jakarta apakah monorail akan mampu mengurangi kemacetan di Jakarta? Jawabannya tentu harus dengan syarat-syarat. Pertama, belajar dari kegagalan sementara bus Trans Jakarta mengurangi kemacetan di Jakarta. Ini jelas dan fakta, bahwa bus Trans Jakarta gagal mengurangi kemacetan. Jumlah armada yang masih sangat terbatas membuat keadaan tidak nyaman, karena harus berdesak-desakan. Kurang tertibnya pengendara di Jakarta yang menggunakan bus way, juga menjadi penyebab terhabatnya perjalanan bus Trans Jakarta yang diharapkan bebas hambatan. Yang terakhir adalah soal perawatan, bus tidak terawat dengan baik sering mogok, suara bising besi-besi yang beradu di dalam bus yang saya pikir akibat baut-baut yang sudah tak terikat dengan baut dan karat-karat yang menghiasi bus. Nah, Jakarta Monorail jangan terjadi seperti Trans Jakarta. Kedua, saya mendengar, apakah itu masih sebatas isu bahwa pemerintah DKI Jakarta akan menerapkan jalanan berbayar. Apakah ini akan mampu mengurangi kemacetan Jakarta?  Apakah dengan menaikkan pajak kendaraan dapat mengurangi kemacetan? Membatasi umur kendaraan, apakah dapat mengurangi kemacetan? Membatasi setiap keluarga untuk kepemilikan kendaraan pribadi, apakah dapat mengurangi kemacetan? Plat ganjil dan genap, apakah mampu mengurangi kemacetan? Saya yakini tidak akan mampu mengurangi kemacetan di Jakarta, kecuali bila pemerintah DKI Jakarta menerapkan sistem parkir berbayar dengan harga selangit perjamnya. Kebijakan menerapkan parkir berbayar dengan harga selangit perjamnya tentu tidak populis bagi citra secara politik, penolakan-penolakan dengan gelombang besar baik dari rakyat mau pun dari pengusaha otomotif dipastikan akan datang, tapi ini diyakini dapat mengurangi kemacetan. Dengan catatan, noda transportasi massalnya harus terlebih dahulu dibenahi. Ketiga, selain kereta api dan bus Trans Jakarta, Jakarta Monorail juga harus tetap jalan sebagai moda transportasi massal untuk semua kalangan dan kelas. Harus dapat dipastikan fasilitas dan perawatannya terawat dengan baik. Polemik antara PT. Jakarta Monorail dan PT. Adhi Karya harus cepat diselesaikan, pembangunan harus tetap berjalan. Siapa pun yang menghambat, harus disingkirkan. Keempat, selain transportasi, kenyamanan dan keamanan pejalan kaki juga harus dijamin. Fungsi trotoar harus dikembalikan ke pejalan kaki dan tempat-tempat teduh. Salam! twitter: @bobbytriadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun