Apa yang kira-kira dilakukan anak-anak Yahudi pada zaman Yesus? Pada zaman Yesus, anak-anak (terutama anak laki-laki) mulai belajar membaca Taurat pada umur lima tahun di bawah bimbingan orang tua dan atau guru di sinagoge.Â
Pada usia sepuluh tahun, anak-anak mulai belajar komentar lisan atas Taurat. Itulah mengapa, pada usia dua belas tahun, Yesus sudah bisa membaca dan tahu juga tradisi lisan Taurat sehingga Ia mampu bertanya-jawab dengan alim ulama di Bait Allah.Â
Injil Lukas mencatat, "Sesudah tiga hari mereka (orang tua Yesus) menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya" (Luk 2:46-47).
Yesus sangat mahir dalam pengetahuan akan kitab-kitab suci. Sebagai contoh, Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang Farisi dan Saduki yang bertanya: "Hukum manakah yang paling utama?".Â
Yesus menjawab, "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini" (Mrk 12:28-31).Â
Yesus dengan cerdas menggabungkan dua sumber berbeda: perintah kasih kepada Allah dikutip-Nya dari kitab Ulangan 6:4-5 sementara perintah kasih kepada sesama dikutip-Nya dari kitab Imamat 19:18. Tentunya kemahiran Yesus dalam pengetahuan kitab-kitab suci ini dipelajari-Nya dari orang tua-Nya.
Keakraban Yesus dengan kitab-kitab suci tidak lepas dari kebiasaan-Nya (bersama orang tua-Nya) beribadah di sinagoge (Luk 4:16). Setiap hari Sabat, seperti lazimnya keluarga-keluarga Yahudi yang taat, keluarga Yusuf mengikuti ibadat di sinagoge.
Kita dapat mereka ulang apa yang dilakukan Yusuf, Maria, dan Yesus setelah mereka menghadiri ibadat di sinagoge pada hari Sabat. Lazimnya di sore hari, keluarga Yahudi yang saleh mengunjungi orang-orang sakit, lanjut usia, dan miskin. Dari kebiasaan mulia ini, Yesus belajar mencintai dan melayani orang-orang yang menderita.Â
Kelak Ia akan mewartakan datangnya Kerajaan Allah dengan melakukan banyak karya cinta kasih, terutama pada kaum miskin dan tersingkir.
Â