Ada berita yang sedikit tenggelam oleh hingar-bingar KDRT selebritas. Presiden Joko Widodo pada Jumat, 14 Oktober 2022 memanggil para petinggi Polri dari penjuru negeri ke istana negara.
Uniknya, pemanggilan para petinggi Polri ini bertepatan dengan hari lahir Jenderal Hoegeng: tanggal 14 Oktober. Apa makna Jokowi panggil petinggi polisi pada hari lahir Kapolri lengendaris Indonesia tersebut?
Perintah unik Jokowi pada petinggi polisi
Presiden Jokowi memanggil Kapolri hingga para kapolres ke istana negara. Perintah unik Jokowi adalah bahwa para pejabat kepolisian tersebut tidak membawa tongkat komando, topi, dan ajudan.
Inilah pertama kalinya seorang presiden Indonesia memanggil pejabat kepolisian negara dari level atas sampai bawah tanpa atribut kebesaran.Â
Jokowi tentu sangat memahami bahwa akhir-akhir ini Polri menjadi lembaga negara yang sangat disorot masyarakat dan media massa. Aneka skandal yang dilakukan oknum anggota Polri telah mencoreng wajah lembaga pengayom masyarakat itu.
Bukan hanya kasus Sambo, Polri juga kini menghadapi kasus-kasus pelanggaran besar yang dilakukan oknum anggotanya. Sebut saja kasus di Stadion Kanjuruhan dan kasus perwira polisi jualan narkoba satu kilo 400 juta.
Beberapa waktu lalu, Jokowi kedapatan tidak menjabat tangan Kapolri, Listyo Sigit Prabowo. Meski dibantah oleh staf presiden, tindakan Jokowi ini telah telanjur ditafsirkan sebagian kalangan sebagai tanda ketidakpuasan Jokowi pada kinerja Polri.
Hoegeng, simbol polisi pengayom masyarakat
Sangat menarik bahwa Jokowi memanggil para petinggi Polri pada tanggal 14 Oktober, hari lahir Jenderal Hoegeng sang polisi pengayom masyarakat.
Hoegeng adalah Kapolri kelima pada periode 1968 sampai 1971. Semasa menjabat, Hoegeng menjadi ikon polisi yang tegas menolak korupsi.
Jenderal Hoegeng yang bernama lengkap Hoegeng Iman Santoso lahir di Pekalongan, Jawa Tengah pada 14 Oktober 1921. Ia dikenal hidup bersahaja dan mau turun ke lapangan demi melayani warga.