sampan-sampan pengarung kehidupan
menyampaikan rasa hati tak terucapkan:
air tawar dan air laut akhirnya berpautan
di pelabuhan persinggahan hati para insan
rembang petang ini kirana candra membayang
pada netraku dan netramu telanjang
memandang camar terbang lalulalang
seolah menarikan ribang tak terbilang
lima puluh tahun lalu
bidukku dan bidukmu beradu
dalam sebuah perjumpaan penuh misteri
di sebuah pelabuhan persinggahan hati
tak kuduga-duga
diriku yang lata engkau cinta
dengan kasih yang baka
dengan sabar nan daim adanya
diriku dan dirimu tlah menyatu
dalam sasmita ganjil namun padu
tarian dua insan rapuh
di bawah baskara mencoba tetap utuh
setelah lima dasawarsa
aku, pria dengan kursi roda
engkau sambut dengan ranum senyum yang sama
ternyata bukan dermaga ini, duhai dinda:
engkaulah pelabuhan hatiku sesungguhnya
***
desember 2021, untuk para pengarung samuderasmara
[ribang: kata arkaik rindu; sasmita: isyarat tubuh]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H