"Wah, enak ya punya saudara yang jadi polisi dan tentara. Bebas ngapain aja," demikian celetuk orang.Â
Sebagai bagian dari keluarga besar Polri dan TNI, aku lumayan kenyang mendengar dan mengalami "cap" sebagai penerima hak-hak istimewa dengan memanfaatkan pengaruh saudara yang jadi anggota militer dan polisi.Â
Aku punya tiga paman yang menjadi anggota polisi. Jabatan dua di antara mereka lumayan tinggi sebagai perwira. Almarhum kakekku seorang kapten TNI.Â
Bagaimana kiatku dan keluargaku dalam menghindari arogansi sebagai keluarga besar polisi dan tentara?
Pertama, menyadari arti jabatan anggota keluarga sebagai abdi negara
Tak bisa disangkal, ada rasa bangga membuncah kala memiliki saudara anggota TNI dan Polri. Ada pula godaan untuk memanfaatkan.Â
Akan tetapi, godaan itu bisa kita tangkal dengan menyadari arti jabatan anggota keluarga kita yang jadi polisi dan TNI sebagai pelayan masyarakat.Â
Aku merasa prihatin saat pamanku sulit tidur nyenyak semasa memantau anak buah via HT hingga dini hari. Aku tahu karena aku dulu numpang nonton bola di rumah Omku.Â
Ketika jelang hari raya, tanteku ikut repot menyiapkan bingkisan hari raya untuk anak buah Omku. Ya, jadi atasan yang peduli bawahan itu berat, kawan.Â
Kedua, memisahkan urusan pribadi dengan urusan tugas negaraÂ