"Wah, enak ya punya saudara yang jadi polisi dan tentara. Bebas ngapain aja," demikian celetuk orang.Â
Sebagai bagian dari keluarga besar Polri dan TNI, aku lumayan kenyang mendengar dan mengalami "cap" sebagai penerima hak-hak istimewa dengan memanfaatkan pengaruh saudara yang jadi anggota militer dan polisi.Â
Aku punya tiga paman yang menjadi anggota polisi. Jabatan dua di antara mereka lumayan tinggi sebagai perwira. Almarhum kakekku seorang kapten TNI.Â
Bagaimana kiatku dan keluargaku dalam menghindari arogansi sebagai keluarga besar polisi dan tentara?
Pertama, menyadari arti jabatan anggota keluarga sebagai abdi negara
Tak bisa disangkal, ada rasa bangga membuncah kala memiliki saudara anggota TNI dan Polri. Ada pula godaan untuk memanfaatkan.Â
Akan tetapi, godaan itu bisa kita tangkal dengan menyadari arti jabatan anggota keluarga kita yang jadi polisi dan TNI sebagai pelayan masyarakat.Â
Aku merasa prihatin saat pamanku sulit tidur nyenyak semasa memantau anak buah via HT hingga dini hari. Aku tahu karena aku dulu numpang nonton bola di rumah Omku.Â
Ketika jelang hari raya, tanteku ikut repot menyiapkan bingkisan hari raya untuk anak buah Omku. Ya, jadi atasan yang peduli bawahan itu berat, kawan.Â
Kedua, memisahkan urusan pribadi dengan urusan tugas negaraÂ
Aku tidak meminta bantuan kerabat yang jadi anggota polisi untuk urusan pribadi. Permohonan SIM C aku urus sendiri. Aku juga gagal tes pertama.Â
Bukankah seharusnya memang begitu? Biarlah kerabat yang jadi anggota polisi dan TNI fokus mengurusi urusan negara. Tak usah merepotkan mereka dengan urusan pribadi kita, yang bisa kita usahakan sendiri sesuai jalur resmi.Â
Aku juga tidak pernah memasang atribut polisi dan tentara di kendaraan. Jika mau tilang, tilang saja. Gitu aja kok repot.Â
Tak pernah juga pakai pakaian bercorak khas polisi dan tentara. Yang polisi dan tentara kan bukan aku. Tanpa atribut pun, aku sudah ganteng, kok 😎.Â
Di media sosial, aku juga tidak koar-koar punya saudara anggota polisi dan tentara. Biasa saja.Â
Ketiga, justru anggota keluarga besar TNI dan Polri harus jadi teladan.
Jangan dikira jadi anggota keluarga TNI dan Polri itu lantas bisa bebas seenaknya saja. Justru harus jadi teladan demi mendukung anggota keluarga yang berdinas sebagai polisi dan tentara.Â
Malu dilihat orang jika orang tahu kita anggota keluarga Korps Bhayangkara dan TNI, tapi kelakuan tak karuan.Â
Apalagi almarhum kakek kami dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Sebagai keluarga pahlawan, ada beban moral yang aku tanggung.Â
Meneruskan teladan almarhum kakek, seorang kapten TNI adalah tugasku. Beliau semasa bertugas di Riau dikenal jujur. Banyak pengusaha suka dengan kakekku yang tidak pernah  minta "uang keamanan".Â
Satu hal lagi, "hak istimewa" menjadi anggota keluarga polisi dan tentara adalah justru bisa mendukung mereka melayani masyarakat dengan baik dan belajar seluk-beluk penegakan hukum langsung dari praktisinya.Â
Bukan justru arogan mentang-mentang punya pasangan atau kerabat polisi dan tentara. Bukan pula dengan pamer status dan kekayaan di media sosial.Â
Hmm... jabatan itu ibadah dan harus amanah. Menjadi keluarga besar Korps Bhayangkara dan TNI itu tidak mudah jika disadari sebagai keluarga abdi negara.Â
Salam cinta Indonesia. Salam hormat untuk anggota Polri dan TNI beserta keluarga besar.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H