Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Simbok Pedagang Pasar dan Sopir Misterius

1 April 2021   15:43 Diperbarui: 1 April 2021   15:47 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Simbok pedagang pasar - Foto: Dyah Kusumaningrum/nationalgeographic.com

Ngayogyakarta Hadiningrat, 1946

Jogja masih berselimut kabut lembut. Saat sebagian besar orang masih lekat berselimut, para simbok pedagang pasar telah berjalan kaki menunggu angkutan desa. 

Pagi itu di Jalan Wates, angkot tak jua lewat. Mbok Painah gelisah. Jika ia gagal mencapai Pasar Kranggan di awal hari, bagaimana ia bisa mengais rezeki? Makin siang, pembeli makin berkurang.

Terbayang wajah-wajah tiga anaknya yang merengek-rengek minta uang jajan. Tambah lagi, uang SPP belum lunas. Beras di persediaan dapur pun nyaris tandas. Mbok Painah menunggu angkot dengan wajah memelas.

Dari kejauhan tampak sebuah mobil kodok. Warna cat mobil itu putih. Kabut pagi menyamarkan kedatangan mobil itu. Sopirnya seorang pria paruh baya. Beberapa helai rambut putih menyembul di kepala sang sopir.

"Badhe tindak pundi, Mbok?" tanya pria itu. Mau pergi ke mana, arti pertanyaannya.

"Ten peken Kranggan, Pak", jawab sang Simbok.

Sang sopir mempersilakan Simbok memasuki mobilnya. Sang simbok awalnya menolak.

"Nanti mobil ini kotor terkena sayur jualan saya," kata sang pedagang renta.

"Tidak apa-apa, Mbok. Kalau kotor, nanti kan tinggal saya bersihkan. Mari naik. Saya bantu memasukkan barang dagangan Simbok," kata pria nan ramah itu. 

Mbok Painah akhirnya luluh. Ia menerima tawaran sang sopir yang baru kali ini dia jumpai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun